Harga komoditas jagung di Kabupaten Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo, mengalami penurunan dari Rp4.900 per kilo gram menjadi Rp4.100 per kilo gram di tingkat petani.
Pedagang pengumpul asal Kecamatan Anggrek, Mansyur Akune di Gorontalo, Jumat mengatakan turunnya harga jagung sudah berlangsung hampir empat pekan.
Di tingkat eksportir harga jagung turun dari Rp5.100 menjadi Rp4.900 hingga Rp4.800 per kilo gram dengan kadar air di bawah 20 persen.
Idealnya kata Mansyur, harga di tingkat petani mencapai Rp4.500 per kilo gram, namun saat ini mengalami penurunan tersebut.
Biasanya pula petani memilih cepat menjual hasil panen padahal kadar air masih tinggi. "Ini menjadi salah satu penyebab mereka kurang menikmati keuntungan," katanya.
Ia mengatakan, stok jagung juga berkurang akibat gagal panen dialami petani di wilayah Kecamatan Kwandang, Anggrek dan sebagian Monano.
Kondisi itu dipicu akibat cuaca panas yang tidak mendukung pertumbuhan jagung. Ia berharap produksi jagung kembali membaik di akhir tahun atau pada bulan Oktober hingga Desember agar permintaan pasar bisa terpenuhi.
Anggota Komisi III DPRD Gorontalo Utara, Wisye Pangemanan berharap pemerintah daerah memberi perhatian terhadap produksi jagung di tingkat lokal tersebut.
"Petani harus terus didorong untuk menanam jagung. Saya berharap gagal panen yang terjadi bisa dicarikan solusi terbaik agar petani tidak rugi besar apalagi patah semangat," katanya.
Saat musim tanam rendengan pada bulan September hingga Desember nanti, diharapkan ada dukungan lebih optimal terhadap aktivitas tanam yang dilakukan petani.
"Ini perlu dilakukan untuk menjaga konsistensi produksi jagung. Juga upaya meningkatkan perekonomian petani jagung. Jadi jangan pengusaha atau pedagang pengumpul saja yang sejahtera. Namun petani harus lebih sejahtera dua kali lipat," katanya.***
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2023
Pedagang pengumpul asal Kecamatan Anggrek, Mansyur Akune di Gorontalo, Jumat mengatakan turunnya harga jagung sudah berlangsung hampir empat pekan.
Di tingkat eksportir harga jagung turun dari Rp5.100 menjadi Rp4.900 hingga Rp4.800 per kilo gram dengan kadar air di bawah 20 persen.
Idealnya kata Mansyur, harga di tingkat petani mencapai Rp4.500 per kilo gram, namun saat ini mengalami penurunan tersebut.
Biasanya pula petani memilih cepat menjual hasil panen padahal kadar air masih tinggi. "Ini menjadi salah satu penyebab mereka kurang menikmati keuntungan," katanya.
Ia mengatakan, stok jagung juga berkurang akibat gagal panen dialami petani di wilayah Kecamatan Kwandang, Anggrek dan sebagian Monano.
Kondisi itu dipicu akibat cuaca panas yang tidak mendukung pertumbuhan jagung. Ia berharap produksi jagung kembali membaik di akhir tahun atau pada bulan Oktober hingga Desember agar permintaan pasar bisa terpenuhi.
Anggota Komisi III DPRD Gorontalo Utara, Wisye Pangemanan berharap pemerintah daerah memberi perhatian terhadap produksi jagung di tingkat lokal tersebut.
"Petani harus terus didorong untuk menanam jagung. Saya berharap gagal panen yang terjadi bisa dicarikan solusi terbaik agar petani tidak rugi besar apalagi patah semangat," katanya.
Saat musim tanam rendengan pada bulan September hingga Desember nanti, diharapkan ada dukungan lebih optimal terhadap aktivitas tanam yang dilakukan petani.
"Ini perlu dilakukan untuk menjaga konsistensi produksi jagung. Juga upaya meningkatkan perekonomian petani jagung. Jadi jangan pengusaha atau pedagang pengumpul saja yang sejahtera. Namun petani harus lebih sejahtera dua kali lipat," katanya.***
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2023