Legistalor dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo meminta pemerintah daerah (pemda) baik di tingkat provinsi maupun kabupaten untuk secepatnya mengatasi kerusakan hutan yang berdampak pada bencana banjir di wilayah Tolinggula.

"Banjir bandang pada Minggu (7/4) membuktikan adanya kerusakan hutan yang semakin parah,  mengingat wilayah Tolinggula tidak pernah dilanda banjir separah ini namun pekan kemarin banjir meluas, kata anggota Komisi I DPRD Gorontalo Utara Lukman Botutihe, di Gorontalo, Sabtu.

Ia menjelaskan, banjir tidak hanya memporak-porandakan permukiman warga namu juga merusak alam seperti sungai dan banyak longsoran kecil di perbukitan. "Ini banjir terparah dan perlu solusi secepatnya," katanya.

Ia mengatakan sejak lama sering menyuarakan langkah mengantisipasi dan mencegah kerusakan hutan sebab dampaknya sangat merugikan.

"Wilayah Tolinggula ini punya sejarah banjir lumayan parah di Tahun 1986. Saat itu hanya melanda Desa Tolinggula Ulu dan Tolite Jaya. Namun sekarang merambat hingga enam desa yang sebelumnya tidak pernah dilanda banjir separah ini. Artinya indikasi kerusakan hutan semakin parah. Apalagi banjir banyak membawa material lumpur," kata Lukman.

Ia meminta pemerintah provinsi, pemerintah daerah bahkan pihak TNI dan Polri dapat bekerja sama mengatasi pembalakan liar, menangkap oknum-oknum pelaku yang dengan sengaja merusak hutan.

"Saya meminta Bapak Kapolda yang baru agar dapat memberi atensi dan bersikap tegas mengatasi oknum-oknum pelaku pembalakan liar sebab aksi mereka berdampak pada kerusakan alam dan menyebabkan banjir yang membuat masyarakat menderita. Jika ada oknum anggota TNI dan Polri yang terlibat melindungi aksi pembalakan liar agar dapat ditindak tegas. DPRD prihatin dengan kondisi ini, saya berharap ada tindakan konkret untuk itu," kata Lukman pula.

Masyarakat pun diminta untuk tidak membuka sistem ladang berpindah, dan tidak menanam di kemiringan lebih dari 45 derajat.

Pemerintah daerah perlu menyosialisasikan dengan tepat termasuk memberi solusi mengingat aktivitas pertanian juga menyangkut dengan perekonomian warga atau pendapatan keluarga. Sehingga menghentikan aktivitas pertanian yang dilakukan di wilayah perbukitan harus disertai dengan solusi.

Sekretaris Daerah Pemerintah Kabupaten Gorontalo Utara Suleman Lakoro mengatakan banjir Tolinggula memang diakibatkan kerusakan lingkungan. Seperti Daerah Aliran Sungai (DAS) Tolinggula yang semakin dangkal. Sehingga akan dilakukan langkah cepat untuk mengatasinya.

"Pak Penjabat Gubernur, pihak Balai Sungai maupun Dinas Pekerjaan Umum (PU) Provinsi dan Kabupaten telah mengunjungi hilir sungai di jembatan Otabiu Desa Tolite Jaya untuk melihat langsung kondisi pasca-banjir," kata Sekda.

Ia menjelaskan, rencana maupun alokasi anggaran untuk pengerukan DAS Tolinggula sementara sedang disusun dan pihak Balai Sungai dan Dinas PU juga segera melakukan survei terkait kegiatan yang akan dilakukan selanjutnya.

Sementara terkait petani yang menanam di wilayah kemiringan kata Sekda, pemerintah daerah sangat gencar mengingatkan untuk tidak beraktivitas di lahan miring. Hal itu telah lama dikampanyekan.

"Kita jaga bersama kelestarian lingkungan sebab dampaknya akan kita rasakan pula. Saya berharap masyarakat dapat memperhatikan kondisi ini akibat kerusakan lingkungan yang terjadi," katanya.
Dampak kerusakan permukiman dan areal pertanian akibat banjir pada Minggu (7/4) malam pukul 20.00 WITA yang merendam enam desa di Kecamatan Tolinggula Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo. Anggota Komisi I DPRD meminta pemerintah daerah mengambil langkah cepat mengatasi pembalakan liar yang menyebabkan kerusakan hutan dan lingkungan sekitar. ANTARA/Susanti Sako

Pewarta: Susanti Sako

Editor : Debby H. Mano


COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2024