Tim boccia Indonesia berhasil memukau berbagai negara di dunia dengan menorehkan sejarah lewat debut yang luar biasa di Paralimpiade Paris 2024, yang membawa pulang empat medali.
Perjalanan Indonesia di ajang boccia ini dimulai dengan raihan medali perunggu oleh Gischa Zayana di nomor individu putri BC2. Tidak lama kemudian, kejutan besar datang dari Muhamed Afrizal Syafa, yang secara mengejutkan mengalahkan atlet favorit juara utama dari Inggris, David Smith, dalam perebutan medali perunggu di nomor individu putra BC1.
Smith, peraih medali emas di Paralimpiade sebelumnya, mengakui keunggulan Afrizal dalam pertandingan tersebut.
“Jika saya tidak tertawa, mungkin saya akan menangis,” kata Smith seusai dikalahkan oleh Afrizal di pertandingan perebutan medali perunggu, dikutip dari laman Paralimpiade.
Langkah Muhammad Bintang Satria Herlangga semakin memperkuat dominasi Indonesia di cabang ini. Bintang berhasil mencapai final di nomor individu putra BC2 sebelum akhirnya harus mengakui keunggulan legenda boccia asal Thailand, Worawut Saengampa, dan membawa pulang medali perak.
Namun, pencapaian terbesar tim Indonesia datang di nomor beregu campuran BC1/BC2. Syafa dan Zayana bergabung dengan Felix Ardi Yudha untuk berlaga di nomor beregu. Dalam babak perempat final, mereka secara dramatis menyingkirkan tim kuat dari Inggris, peraih emas Paralimpiade Beijing 2008, dengan skor imbang 7-7 dan memastikan kemenangan di babak tambahan.
Kemenangan ini membawa mereka ke semifinal, di mana mereka mengalahkan Jepang, peraih medali perunggu Paralimpiade Tokyo 2020, dengan skor telak 9-0.
"Kami tidak percaya apa yang telah kami capai dalam waktu seminggu," kata Yudha usai pertandingan semifinal. “Tiga medali sudah kami raih, dan medali keempat pun sudah dipastikan – semua ini terjadi hanya dalam tujuh hari. Ini adalah momen bersejarah bagi boccia Indonesia.”
Di final, Indonesia berhadapan dengan China dalam pertandingan sengit yang berakhir dengan skor 7-6, membuat Indonesia harus puas dengan medali perak. Meski demikian, Yudha optimis timnya dapat belajar dari pengalaman ini untuk meraih hasil yang lebih baik di masa depan.
“Jika saya melihat ke belakang dan menganalisis penampilan kami, saya rasa inilah kelemahan kami. Kami bermain dengan keberanian, tetapi di situlah kami kehilangan kesempatan untuk meraih emas,” ungkap Yudha.
“Kami telah belajar banyak dari final ini dan bagaimana China bermain. Di Paralimpiade berikutnya, kami akan mencoba menggunakan pengalaman ini untuk meraih emas.”
Afrizal juga memiliki harapan besar untuk masa depan boccia Indonesia.
“Memenangkan perunggu dan perak di penampilan pertama negara kami di Paralimpiade adalah hasil yang luar biasa. Meski begitu, saya berharap bisa memberikan hasil yang lebih baik bagi Indonesia di Paralimpiade mendatang. Medali ini saya dedikasikan untuk keluarga boccia Indonesia dan kedua orang tua saya yang selalu mendoakan saya,” ujar Afrizal.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Boccia Indonesia memukau dunia di Paralimpiade Paris
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2024
Perjalanan Indonesia di ajang boccia ini dimulai dengan raihan medali perunggu oleh Gischa Zayana di nomor individu putri BC2. Tidak lama kemudian, kejutan besar datang dari Muhamed Afrizal Syafa, yang secara mengejutkan mengalahkan atlet favorit juara utama dari Inggris, David Smith, dalam perebutan medali perunggu di nomor individu putra BC1.
Smith, peraih medali emas di Paralimpiade sebelumnya, mengakui keunggulan Afrizal dalam pertandingan tersebut.
“Jika saya tidak tertawa, mungkin saya akan menangis,” kata Smith seusai dikalahkan oleh Afrizal di pertandingan perebutan medali perunggu, dikutip dari laman Paralimpiade.
Langkah Muhammad Bintang Satria Herlangga semakin memperkuat dominasi Indonesia di cabang ini. Bintang berhasil mencapai final di nomor individu putra BC2 sebelum akhirnya harus mengakui keunggulan legenda boccia asal Thailand, Worawut Saengampa, dan membawa pulang medali perak.
Namun, pencapaian terbesar tim Indonesia datang di nomor beregu campuran BC1/BC2. Syafa dan Zayana bergabung dengan Felix Ardi Yudha untuk berlaga di nomor beregu. Dalam babak perempat final, mereka secara dramatis menyingkirkan tim kuat dari Inggris, peraih emas Paralimpiade Beijing 2008, dengan skor imbang 7-7 dan memastikan kemenangan di babak tambahan.
Kemenangan ini membawa mereka ke semifinal, di mana mereka mengalahkan Jepang, peraih medali perunggu Paralimpiade Tokyo 2020, dengan skor telak 9-0.
"Kami tidak percaya apa yang telah kami capai dalam waktu seminggu," kata Yudha usai pertandingan semifinal. “Tiga medali sudah kami raih, dan medali keempat pun sudah dipastikan – semua ini terjadi hanya dalam tujuh hari. Ini adalah momen bersejarah bagi boccia Indonesia.”
Di final, Indonesia berhadapan dengan China dalam pertandingan sengit yang berakhir dengan skor 7-6, membuat Indonesia harus puas dengan medali perak. Meski demikian, Yudha optimis timnya dapat belajar dari pengalaman ini untuk meraih hasil yang lebih baik di masa depan.
“Jika saya melihat ke belakang dan menganalisis penampilan kami, saya rasa inilah kelemahan kami. Kami bermain dengan keberanian, tetapi di situlah kami kehilangan kesempatan untuk meraih emas,” ungkap Yudha.
“Kami telah belajar banyak dari final ini dan bagaimana China bermain. Di Paralimpiade berikutnya, kami akan mencoba menggunakan pengalaman ini untuk meraih emas.”
Afrizal juga memiliki harapan besar untuk masa depan boccia Indonesia.
“Memenangkan perunggu dan perak di penampilan pertama negara kami di Paralimpiade adalah hasil yang luar biasa. Meski begitu, saya berharap bisa memberikan hasil yang lebih baik bagi Indonesia di Paralimpiade mendatang. Medali ini saya dedikasikan untuk keluarga boccia Indonesia dan kedua orang tua saya yang selalu mendoakan saya,” ujar Afrizal.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Boccia Indonesia memukau dunia di Paralimpiade Paris
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2024