Dalam mewujudkan masyarakat sehat, segalanya dapat dijamin dan disediakan oleh pemerintah. Namun tidak demikian dengan darah, karena tidak dapat diproduksi oleh pabrik. Ketersediaan darah semata-mata hanya bergantung pada kesukarelaan warga untuk menyumbangkannya.
Maka rutinlah berbagi darah sebagai pemberian terbaik dari yang kita miliki. Aksi kemanusiaan itu dapat menyelamatkan nyawa orang lain, sementara bagi pendonor memperoleh bonus tubuh bertambah sehat.
Rumah sakit, tenaga medis, peralatan kesehatan, dan obat-obatan serta segala fasilitas kesehatan lainnya dapat disediakan pemerintah untuk memenuhi pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Hanya satu yang tidak dapat dijamin ketersediaannya, yaitu darah manusia. Padahal berbagai kondisi emergensi membutuhkan transfusi darah untuk menyelamatkan hidup pasien. Tapi, ketersediaan darah di bank darah atau palang merah sering kali mengalami pasang surut karena mengandalkan kerelaan para pendonor.
Kemajuan teknologi bidang kesehatan telah mampu menciptakan beberapa organ tubuh tiruan, yang mampu berfungsi meski tentu saja tidak sebaik organ asli ciptaan Yang Maha Kuasa. Sedangkan darah manusia, hingga saat ini belum dapat diproduksi oleh teknologi. Berbagai penelitian dan uji coba telah banyak dilakukan, selain prosesnya teramat kompleks hasilnya juga belum cukup meyakinkan.
Sehingga upaya menyelamatkan jiwa manusia dengan jalan transfusi darah, sangat bergantung pada sumbangan darah manusia lain. Pantas saja jika donor darah sering disebut sebagai aksi kemanusiaan.
Data menunjukkan bahwa setiap tahun, ribuan orang meninggal dunia akibat kekurangan darah. Berdasarkan standar organisasi kesehatan dunia WHO, jumlah ketersediaan darah ideal adalah 2 persen dari jumlah penduduk, maka untuk Indonesia dibutuhkan sekitar 5,2 juta kantong darah per tahun.
Namun pada peringatan Hari Donor Darah Sedunia Juni lalu, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyebut dari kebutuhan 5,2 juta kantong darah tersebut baru terpenuhi sekitar empat juta kantong sehingga masih kurang satu juta kantong.
Menurut laporan tahunan Unit Transfusi Darah (UTD) dari jumlah darah yang tersedia itu, sebanyak 92 persen di antaranya berasal dari donasi sukarela.
Masalah kepedulian, urusan berbagi dan beramal, masyarakat Indonesia adalah juaranya. Ini bukan isapan jempol belaka, melainkan gelar sebagai negara paling dermawan di dunia telah kita raih sejak tahun 2017. Penilaian World Giving Index 2024 oleh lembaga internasional yang mengukur tingkat kedermawanan negara di seluruh dunia, Charity Aid Foundation (CAF), kembali menyematkan predikat itu bagi Indonesia untuk ketujuh kalinya.
Hanya saja, dalam hal donasi darah, masih kerap kekurangan. Hal ini terjadi barangkali karena masih adanya kesalahpahaman mengenai efek donor darah bagi kesehatan.
Manfaat sehat
Walau telah menjadi pengetahuan umum, namun belum semua orang memahami bahwa melakukan donasi darah justru sangat bermanfaat bagi kesehatan, alih-alih berbahaya.
Meskipun darah merupakan komponen penting bagi tubuh, mendonorkan darah tidak akan menurunkan kekuatan raga, malah bermanfaat bagi kesehatan.
Di antara manfaat donor darah yaitu mengatasi kekentalan darah sehingga membantu menurunkan berat badan dan mengurangi risiko penyakit jantung.
Kemudian, donor darah juga meningkatkan produksi sel darah. Memang sel darah merah akan berkurang setelah melakukan donor, tapi sumsum tulang belakang akan segera memproduksi sel darah merah baru untuk menggantikan yang hilang. Proses ini akan memakan waktu beberapa minggu.
Seseorang yang mendonorkan darahnya secara teratur, tubuhnya akan menstimulasi pembentukan darah baru yang segar, proses itu bisa membuat pendonor menjadi lebih sehat.
Studi mengenai refleksi antarbudaya dan semi-pengakuan tentang donor darah yang terbit pada Canadian Medical Association Journal menemukan, bahwa membakar kalori menjadi salah satu manfaat donor darah.
Faktanya, setiap 450 mililiter darah yang didonorkan bisa membakar sampai 650 kalori. Sebelum berdonor, pastikan banyak minum air putih dan mengonsumsi makanan, sebab tubuh harus dalam kondisi prima agar tidak mengalami efek samping negatif setelahnya.
Berbagai penelitian medis mengungkap bahwa donor darah rutin dapat mengurangi potensi kanker sekitar 62 persen serta mengurangi potensi jantung koroner 88 persen. Sedangkan penyakit derivatif lainnya, kemungkinan dapat dihindari sampai setidaknya usia 70-80 tahun.
Bonus lain yang dapat diperoleh dari kegiatan kemanusiaan ini ialah deteksi penyakit secara cuma-cuma. Terhadap pendonor akan dilakukan pemeriksaan darah terlebih dahulu untuk memastikan darah layak didonasikan kepada orang lain. Dari situ, bisa diketahui kondisi kesehatan anda. Jika terdapat suatu penyakit, anda bisa mengetahuinya lebih awal. Bahkan hasil tes darah dapat dibawa pulang tanpa biaya.
Memberi yang berarti
Kalau saja semua orang mengetahui betapa banyak manfaat kesehatan ketika kita berbagi darah untuk orang lain, mungkin orang akan berbondong-bondong menawarkan darahnya untuk disumbangkan dan target 5,2 juta kantong darah per tahun tidak sulit untuk dipenuhi.
Tapi rupanya, Palang Merah Indonesia (PMI) masih perlu menyosialisasikannya lebih masif lagi agar kesadaran berdonor makin meluas. Untuk mengumpulkan sumbangan darah, PMI telah melakukan berbagai terobosan dalam menjemput pendonor, seperti membuka layanan di tempat-tempat umum, di pusat keramaian, pada acara dan kegiatan massal, hingga ke pusat perbelanjaan. Dengan begitu peluang menggaet pendonor kian besar karena untuk berdonor masyarakat tidak perlu repot datang ke kantor PMI, UTD, rumah sakit, klinik dan semacamnya. Orang juga dapat saja secara spontan ingin berdonasi darah ketika menjumpai layanan donor darah di ruang publik.
Masih dalam rangka upaya memenuhi standar stok darah, Ketua Umum PMI Jusuf Kalla pernah mengusulkan kepada Polri untuk membuat program deposit darah bagi para pengendara sepeda motor atau mobil. Mengingat tingginya angka kecelakaan lalu lintas dan seringnya korban membutuhkan transfusi darah dalam pertolongan untuk menyelamatkan nyawanya, sehingga JK menilai perlu ada deposit darah.
Caranya, ketika warga masyarakat mengajukan permohonan pembuatan Surat Izin Mengemudi (SIM) maka yang bersangkutan sekaligus diminta untuk mendonorkan darahnya. Darah itu lantas disimpan PMI sebagai deposit. Jika sewaktu-waktu mengalami laka lantas dan membutuhkan darah, si pendonor dapat mengambil deposit darahnya secara gratis.
Selain kepada Polri, Ketua Umum PMI juga sempat mengajak Kementerian ATR/BPN untuk mengapresiasi para penerima penghargaan DDS (Donor Darah Sukarela) ke-50, ke-75 dan ke-100 kali untuk memperoleh layanan pengurusan sertifikat tanah secara gratis.
Bukanlah usulan yang berlebihan, sebab menyumbang darah dengan sukarela dan rutin hingga puluhan kali sama artinya telah memberi kehidupan kepada banyak orang. Semisal seseorang telah berdonor 75 kali, setidaknya dia telah memberikan sebanyak 20 liter darah bersih dari tubuhnya dan selama 20 tahun memberikan kehidupan bagi manusia lain.
Donor darah adalah sedekah terbaik, karena memberikan yang paling berarti dalam tubuh kita untuk keselamatan nyawa orang lain, tanpa memandang siapa dan dari mana penerima donornya. Satu-satunya alasan berdonor adalah kemanusiaan, sungguh mulia aksi memberi dalam hal ini.
Dalam berdonor paling tidak kita memperoleh tiga kebaikan, yaitu kebaikan hati, kebaikan kesehatan (raga) dan kebaikan jiwa. Seseorang yang dermawan dan gemar berbuat kebajikan menaikkan potensi lebih panjang umur, karena memiliki diri yang berarti, terhindar dari rasa sepi, serta perasaan positif sehingga jiwanya turut sehat.
Mari rayakan Hari Palang Merah Nasional (17 September) dengan memberi yang paling berarti dari yang kita miliki, darah.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Berbagi darah, aksi terpuji berbuah sehat
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2024