Jakarta (ANTARA GORONTALO) - Pakar nutrisi dr Prapti Utami MSi mengatakan
kekurangan kalsium dapat menyebabkan kegemukan atau obesitas karena
produksi enzim sintase semakin meningkat.
"Enzim sintase merupakan suatu enzim yang berperan mengubah kalori menjadi lemak. Jadi ketika tubuh kekurangan kalsium, maka enzim sintase meningkat dan efeknya berat badan meningkat karena penumpukan lemak," ujar Prapti di Jakarta, Selasa.
Penderita obesitas akan lebih mudah terserang penyakit degeneratif seperti hipertensi, jantung koroner, dan sebagainya. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan obesitas sebagai penyebab kematian kedua di dunia setelah merokok. Lebih dari 1,7 miliar penduduk di dunia mengalami kelebihan berat badan.
"Obesitas sekarang lebih banyak menyerang generasi muda," kata dia.
Selain kekurangan kalsium, penyebab obesitas lainnya berupa permasalahan metabolisme, ketidakseimbangan diet dan olahraga serta gaya hidup. Sebagian besar obesitas disebabkan oleh gaya hidup.
Prapti menambahkan obesitas dapat ditekan dengan konsumsi kalsium tinggi, yang lebih dari cukup untuk menurunkan berat badan dibandingkan olahraga berat yang justru menyiksa tubuh.
Prapti yang juga Konsultan Produk Synergy Indonesia itu menjelaskan kalsium adalah mineral penting yang sangat mempengaruhi seluruh metabolisme tubuh. Kalsium bertugas mengatur komunikasi antarsel, sehingga menjadi perantara yang sangat diperlukan oleh setiap butir sel organ tubuh.
Idealnya untuk remaja dan orang tua memerlukan asupan kalsium sebanyak 1.000 hingga 1.500 miligram per hari.
"Kalsium juga penting untuk kesehatan jantung. Kekurangan kalsium menyebabkan kontraksi otot jantung menjadi tidak maksimal. Masyarakat cenderung abai terhadap kalsium," cetus dia.
Untuk itu, dia mengimbau masyarakat untuk memperhatikan gaya hidup serta asupan kalsium untuk mencegah terjadinya obesitas.
Beberapa hari terakhir, masyarakat Indonesia dikejutkan dengan Arya Permana, bocah asal Karawang berumur 10 tahun yang mengalami obesitas berat. Pada usia belia, berat badan Arya mencapai 190 kilogram. Penyebab utamanya karena konsumsi mie instan dan minuman ringan dalam kemasan yang berlebih setiap harinya.
"Paradigma masyarakat harus diubah, gemuk bukan berarti lucu tapi harus diwaspadai karena membahayakan bagi kesehatan. Ibarat rumah, tubuh dengan tinggi 153 centimeter, idealnya menopang 48 kilogram tetapi terjadi kegemukan maka akan membahayakan dan mempengaruhi organ lainnya," tukas dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2016
"Enzim sintase merupakan suatu enzim yang berperan mengubah kalori menjadi lemak. Jadi ketika tubuh kekurangan kalsium, maka enzim sintase meningkat dan efeknya berat badan meningkat karena penumpukan lemak," ujar Prapti di Jakarta, Selasa.
Penderita obesitas akan lebih mudah terserang penyakit degeneratif seperti hipertensi, jantung koroner, dan sebagainya. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan obesitas sebagai penyebab kematian kedua di dunia setelah merokok. Lebih dari 1,7 miliar penduduk di dunia mengalami kelebihan berat badan.
"Obesitas sekarang lebih banyak menyerang generasi muda," kata dia.
Selain kekurangan kalsium, penyebab obesitas lainnya berupa permasalahan metabolisme, ketidakseimbangan diet dan olahraga serta gaya hidup. Sebagian besar obesitas disebabkan oleh gaya hidup.
Prapti menambahkan obesitas dapat ditekan dengan konsumsi kalsium tinggi, yang lebih dari cukup untuk menurunkan berat badan dibandingkan olahraga berat yang justru menyiksa tubuh.
Prapti yang juga Konsultan Produk Synergy Indonesia itu menjelaskan kalsium adalah mineral penting yang sangat mempengaruhi seluruh metabolisme tubuh. Kalsium bertugas mengatur komunikasi antarsel, sehingga menjadi perantara yang sangat diperlukan oleh setiap butir sel organ tubuh.
Idealnya untuk remaja dan orang tua memerlukan asupan kalsium sebanyak 1.000 hingga 1.500 miligram per hari.
"Kalsium juga penting untuk kesehatan jantung. Kekurangan kalsium menyebabkan kontraksi otot jantung menjadi tidak maksimal. Masyarakat cenderung abai terhadap kalsium," cetus dia.
Untuk itu, dia mengimbau masyarakat untuk memperhatikan gaya hidup serta asupan kalsium untuk mencegah terjadinya obesitas.
Beberapa hari terakhir, masyarakat Indonesia dikejutkan dengan Arya Permana, bocah asal Karawang berumur 10 tahun yang mengalami obesitas berat. Pada usia belia, berat badan Arya mencapai 190 kilogram. Penyebab utamanya karena konsumsi mie instan dan minuman ringan dalam kemasan yang berlebih setiap harinya.
"Paradigma masyarakat harus diubah, gemuk bukan berarti lucu tapi harus diwaspadai karena membahayakan bagi kesehatan. Ibarat rumah, tubuh dengan tinggi 153 centimeter, idealnya menopang 48 kilogram tetapi terjadi kegemukan maka akan membahayakan dan mempengaruhi organ lainnya," tukas dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2016