Carlo Ancelotti memang pelatih dengan trofi terbanyak sepanjang sejarah Real Madrid dengan menorehkan total 14 piala untuk menyamai Miguel Munoz.
Torehan emas tersebut tak akan ada artinya jika pelatih berjuluk Don Carlo tersebut tak membawa El Real menjadi pesaing ketat juara di setiap kompetisi yang diikutinya.
Masih teringat pada 2014 lalu ketika pelatih asal Italia tersebut mengantarkan Real Madrid menjadi jawara Liga Champions yang kesepuluh setelah penantian panjang selama 12 tahun.
Alih-alih manajemen Real Madrid memberikan perlakuan khusus kepada Ancelotti, justru pada Mei 2015 lalu Don Carlo ditendang keluar dari Santiago Bernabeu karena menjadi biang atas kurang impresifnya performa Los Galacticos, yang masih dihuni pemain sekaliber Cristiano Ronaldo, Gareth Bale dan Sergio Ramos dalam satu musim tanpa mendulang trofi.
Real Madrid dan Carlo Ancelotti seperti sebuah kisah asmara, mereka kemudian rujuk pada 1 Juni 2021 untuk mengisi kursi kosong kepelatihan setelah Zinedine Zidane mundur dari kursi panas El Real.
Era kedua Carlo Ancelotti bukanlah minim trofi. Justru di tangan Don Carlo kini Los Blancos menambah dua trofi Liga Champions untuk yang ke-14 dan ke-15 di lemari kabinet mereka.
Selain itu Ancelotti juga mempersembahkan dua trofi Liga Spanyol, satu Copa Del Rey, dua Piala Super Spanyol, dua Piala Super Eropa, satu Piala Dunia Antar Klub.
Ancelotti juga berperan penting dalam proses peremajaan skuad El Real kini yang dihuni oleh pemain-pemain muda yang berkelas bintang sekaliber Vinicius Junior, Fede Valverde, Rodrygo Goes, Jude Bellingham, Aurelien Tchouameni hingga Eduardo Camavinga.
Sumbangsih Don Carlo rasanya tak akan terlalu berarti saat ini jika mengulang kisah sialnya pada tahun 2015 dengan mengakhiri musim tanpa trofi.
Kehadiran pemain megabintang sekelas Kylian Mbappe memang diharapkan manajemen klub untuk bisa membawa El Real kian mendominasi Eropa dan dunia usai baru meraih trofi Liga Champions di musim 2023-2024.
Tapi keinginan manajemen tak bersambut dengan performa inkonsisten Real Madrid di tangan Ancelotti pada awal musim ini.
Real Madrid baru saja menelan kekalahan atas AC Milan, 1-3 di hadapan publik Santiago Bernabeu pada pekan keempat Liga Champions, Rabu.
Padahal masih menganga luka di para kalangan Madridista, julukan suporter Real Madrid, usai Vinicius Junior dan kawan-kawan dicukur habis oleh rival abadi, Barcelona empat gol tanpa balas di Santiago Bernabeu pada lanjutan Liga Spanyol (27/10).
Dua kekalahan memalukan tersebut tentu membuat Ancelotti kini diambang cemas ketika pintu keluar dari Santiago Bernabeu kian hari kian terbuka.
Pekerjaan rumah Ancelotti
Kegagalan Ancelotti membawa El Real bersaing pada awal musim ini bisa disebabkan sejumlah faktor. Pertama, Ancelotti belum bisa mencari pengganti peran dari Toni Kroos yang di akhir musim lalu memutuskan untuk gantung sepatu. Kehadiran Kroos di lini tengah El Real sebagai pemain pengatur tempo permainan memang tak tergantikan selama satu dekade terakhir.
Peran sentral tersebut tak kunjung dapat dicari oleh Ancelotti yang justru kerap memaksakan untuk memainkan Luka Modric, yang sejauh ini bermain sudah tidak dalam peak performance karena faktor usia.
Faktor kedua yakni, Ancelotti enggan merotasi pemain dalam kesebelasan pertama meski dalam awal pertandingan El Real musim ini kerap buntu. Berkaca dari empat laga awal Liga Champions, Los Blancos hanya sanggup mencetak satu gol ketika pertandingan memasuki babak pertama.
Kendala skema permainan tersebut tak kunjung ditangani Ancelotti dengan mengubah kesebelasan pertama, misalnya dengan memasukkan Arda Guler sejak menit awal untuk berposisi sebagai gelandang nomor delapan.
Faktor lain yaitu Ancelotti kerap mengubah-ubah posisi dari Jude Bellingham. Di musim ini, Bellingham sempat dicoba oleh Ancelotti bermain sebagai gelandang sayap kanan maupun penyerang sayap kanan.
Meski di musim lalu percobaan Ancelotti mengubah posisi Bellingham dengan menjadi second striker terbukti berhasil, tapi kini potensi dari pemain timnas Inggris tersebut tak kunjung menunjukkan hasil dengan eksperimen Don Carlo.
Bellingham kini belum mencatatkan satu gol pun dari 12 pertandingan di semua kompetisi musim ini. Hal ini tentu berbeda dengan performa mantan pemain Borussia Dortmund pada musim lalu yang total mengemas 23 gol di semua kompetisi.
Carlo Ancelotti juga belum mampu menemukan formula tepat untuk bisa memaksimalkan potensi dari Kylian Mbappe yang disandingkan dengan Vinicius Junior musim ini. Kehadiran pemain sekaliber Mbappe masih belum juga menunjukkan performa yang memukau di tangan Ancelotti.
Real Madrid kerap mengalami kebuntuan dalam urusan menyerang dan kehadiran Mbappe seolah tak memberikan arti untuk situasi El Real yang kini paceklik gol.
Faktor penting yang tak kunjung menemukan solusi dari Ancelotti yakni perkara lini pertahanan yang rapuh. Tercatat di empat laga Liga Champions, El Real belum sekali pun mencatatkan nirbobol.
Performa lini bertahan yang buruk juga berlanjut di Liga Spanyol, gawang Thibaut Courtois yang secara bergantian dengan Andriy Lunin tercatat mempunyai margin kebobolan satu gol per laga usai telah ditembus sebanyak 11 kali dari 11 pertandingan.
Pintu keluar
Dengan kondisi Real Madrid yang kurang gairah dalam persaingan gelar juara musim ini, bukan tak mungkin Ancelotti akan ditendang segera dari Santiago Bernabeu sebelum kontraknya berakhir pada akhir musim ini.
Saat ini di Liga Spanyol, Los Blancos berada di peringkat kedua dengan mengamankan 24 poin atau selisih sembilan poin dari Barcelona yang berada di puncak klasemen, namun pihak Real Madrid masih mempunyai satu pertandingan yang belum dimainkan.
Sedangkan di Liga Champions, Real Madrid terdampar di peringkat ke-17 dengan mengamankan total enam poin dan diambang kesusahan untuk memperoleh delapan tiket otomatis menuju babak 16 besar.
"Kenyataannya adalah apa yang kita lihat di lapangan dan ada sesuatu yang kurang. Kami harus memperbaikinya...Kami semua harus berpikir tentang bagaimana kami dapat meningkatkan banyak hal dan menemukan soliditas yang kami miliki untuk waktu yang lama, dan yang kurang kami saat ini," kata Carlo Ancelotti seusai kekalahan atas AC Milan.
Dengan musim ini yang masih akan berlangsung sekitar delapan bulan lagi, Ancelotti juga harus memanfaatkan bursa transfer musim dingin pada Januari mendatang untuk menambal sejumlah posisi yang kurang tampil impresif sepanjang musim.
Atau jika persoalan-persoalan di kubu El Real tak kunjung diatasi, bisa saja Ancelotti mengulang kisah suramnya yang didepak dari kursi kepelatihan sama seperti tahun 2015 lalu.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Taktik pragmatis Don Carlo dan rapuhnya El Real
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2024
Torehan emas tersebut tak akan ada artinya jika pelatih berjuluk Don Carlo tersebut tak membawa El Real menjadi pesaing ketat juara di setiap kompetisi yang diikutinya.
Masih teringat pada 2014 lalu ketika pelatih asal Italia tersebut mengantarkan Real Madrid menjadi jawara Liga Champions yang kesepuluh setelah penantian panjang selama 12 tahun.
Alih-alih manajemen Real Madrid memberikan perlakuan khusus kepada Ancelotti, justru pada Mei 2015 lalu Don Carlo ditendang keluar dari Santiago Bernabeu karena menjadi biang atas kurang impresifnya performa Los Galacticos, yang masih dihuni pemain sekaliber Cristiano Ronaldo, Gareth Bale dan Sergio Ramos dalam satu musim tanpa mendulang trofi.
Real Madrid dan Carlo Ancelotti seperti sebuah kisah asmara, mereka kemudian rujuk pada 1 Juni 2021 untuk mengisi kursi kosong kepelatihan setelah Zinedine Zidane mundur dari kursi panas El Real.
Era kedua Carlo Ancelotti bukanlah minim trofi. Justru di tangan Don Carlo kini Los Blancos menambah dua trofi Liga Champions untuk yang ke-14 dan ke-15 di lemari kabinet mereka.
Selain itu Ancelotti juga mempersembahkan dua trofi Liga Spanyol, satu Copa Del Rey, dua Piala Super Spanyol, dua Piala Super Eropa, satu Piala Dunia Antar Klub.
Ancelotti juga berperan penting dalam proses peremajaan skuad El Real kini yang dihuni oleh pemain-pemain muda yang berkelas bintang sekaliber Vinicius Junior, Fede Valverde, Rodrygo Goes, Jude Bellingham, Aurelien Tchouameni hingga Eduardo Camavinga.
Sumbangsih Don Carlo rasanya tak akan terlalu berarti saat ini jika mengulang kisah sialnya pada tahun 2015 dengan mengakhiri musim tanpa trofi.
Kehadiran pemain megabintang sekelas Kylian Mbappe memang diharapkan manajemen klub untuk bisa membawa El Real kian mendominasi Eropa dan dunia usai baru meraih trofi Liga Champions di musim 2023-2024.
Tapi keinginan manajemen tak bersambut dengan performa inkonsisten Real Madrid di tangan Ancelotti pada awal musim ini.
Real Madrid baru saja menelan kekalahan atas AC Milan, 1-3 di hadapan publik Santiago Bernabeu pada pekan keempat Liga Champions, Rabu.
Padahal masih menganga luka di para kalangan Madridista, julukan suporter Real Madrid, usai Vinicius Junior dan kawan-kawan dicukur habis oleh rival abadi, Barcelona empat gol tanpa balas di Santiago Bernabeu pada lanjutan Liga Spanyol (27/10).
Dua kekalahan memalukan tersebut tentu membuat Ancelotti kini diambang cemas ketika pintu keluar dari Santiago Bernabeu kian hari kian terbuka.
Pekerjaan rumah Ancelotti
Kegagalan Ancelotti membawa El Real bersaing pada awal musim ini bisa disebabkan sejumlah faktor. Pertama, Ancelotti belum bisa mencari pengganti peran dari Toni Kroos yang di akhir musim lalu memutuskan untuk gantung sepatu. Kehadiran Kroos di lini tengah El Real sebagai pemain pengatur tempo permainan memang tak tergantikan selama satu dekade terakhir.
Peran sentral tersebut tak kunjung dapat dicari oleh Ancelotti yang justru kerap memaksakan untuk memainkan Luka Modric, yang sejauh ini bermain sudah tidak dalam peak performance karena faktor usia.
Faktor kedua yakni, Ancelotti enggan merotasi pemain dalam kesebelasan pertama meski dalam awal pertandingan El Real musim ini kerap buntu. Berkaca dari empat laga awal Liga Champions, Los Blancos hanya sanggup mencetak satu gol ketika pertandingan memasuki babak pertama.
Kendala skema permainan tersebut tak kunjung ditangani Ancelotti dengan mengubah kesebelasan pertama, misalnya dengan memasukkan Arda Guler sejak menit awal untuk berposisi sebagai gelandang nomor delapan.
Faktor lain yaitu Ancelotti kerap mengubah-ubah posisi dari Jude Bellingham. Di musim ini, Bellingham sempat dicoba oleh Ancelotti bermain sebagai gelandang sayap kanan maupun penyerang sayap kanan.
Meski di musim lalu percobaan Ancelotti mengubah posisi Bellingham dengan menjadi second striker terbukti berhasil, tapi kini potensi dari pemain timnas Inggris tersebut tak kunjung menunjukkan hasil dengan eksperimen Don Carlo.
Bellingham kini belum mencatatkan satu gol pun dari 12 pertandingan di semua kompetisi musim ini. Hal ini tentu berbeda dengan performa mantan pemain Borussia Dortmund pada musim lalu yang total mengemas 23 gol di semua kompetisi.
Carlo Ancelotti juga belum mampu menemukan formula tepat untuk bisa memaksimalkan potensi dari Kylian Mbappe yang disandingkan dengan Vinicius Junior musim ini. Kehadiran pemain sekaliber Mbappe masih belum juga menunjukkan performa yang memukau di tangan Ancelotti.
Real Madrid kerap mengalami kebuntuan dalam urusan menyerang dan kehadiran Mbappe seolah tak memberikan arti untuk situasi El Real yang kini paceklik gol.
Faktor penting yang tak kunjung menemukan solusi dari Ancelotti yakni perkara lini pertahanan yang rapuh. Tercatat di empat laga Liga Champions, El Real belum sekali pun mencatatkan nirbobol.
Performa lini bertahan yang buruk juga berlanjut di Liga Spanyol, gawang Thibaut Courtois yang secara bergantian dengan Andriy Lunin tercatat mempunyai margin kebobolan satu gol per laga usai telah ditembus sebanyak 11 kali dari 11 pertandingan.
Pintu keluar
Dengan kondisi Real Madrid yang kurang gairah dalam persaingan gelar juara musim ini, bukan tak mungkin Ancelotti akan ditendang segera dari Santiago Bernabeu sebelum kontraknya berakhir pada akhir musim ini.
Saat ini di Liga Spanyol, Los Blancos berada di peringkat kedua dengan mengamankan 24 poin atau selisih sembilan poin dari Barcelona yang berada di puncak klasemen, namun pihak Real Madrid masih mempunyai satu pertandingan yang belum dimainkan.
Sedangkan di Liga Champions, Real Madrid terdampar di peringkat ke-17 dengan mengamankan total enam poin dan diambang kesusahan untuk memperoleh delapan tiket otomatis menuju babak 16 besar.
"Kenyataannya adalah apa yang kita lihat di lapangan dan ada sesuatu yang kurang. Kami harus memperbaikinya...Kami semua harus berpikir tentang bagaimana kami dapat meningkatkan banyak hal dan menemukan soliditas yang kami miliki untuk waktu yang lama, dan yang kurang kami saat ini," kata Carlo Ancelotti seusai kekalahan atas AC Milan.
Dengan musim ini yang masih akan berlangsung sekitar delapan bulan lagi, Ancelotti juga harus memanfaatkan bursa transfer musim dingin pada Januari mendatang untuk menambal sejumlah posisi yang kurang tampil impresif sepanjang musim.
Atau jika persoalan-persoalan di kubu El Real tak kunjung diatasi, bisa saja Ancelotti mengulang kisah suramnya yang didepak dari kursi kepelatihan sama seperti tahun 2015 lalu.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Taktik pragmatis Don Carlo dan rapuhnya El Real
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2024