Wakil Rektor Bidang Sumber Daya Universitas Paramadina Handi Risza menilai, Indonesia membutuhkan investasi sebesar Rp13.528 triliun dalam lima tahun ke depan untuk mengejar target pertumbuhan ekonomi 8 persen.

Hal itu menuntut pertumbuhan investasi tahunan sebesar 11-19 persen, jauh di atas rata-rata saat ini yang berkisar 5-6 persen.

“Investasi ini merupakan salah satu instrumen penting yang harus didorong oleh pemerintah dalam rangka untuk mempercepat, melakukan akselerasi pertumbuhan ekonomi kita dalam jangka menengah dan jangka panjang satu periode lima tahun dengan cara meningkatkan kapasitas produksi kita,” kata Handi dalam acara diskusi Indef yang bertajuk ‘Catatan Akhir Tahun: Investasi dan Industri Faktor Kritis Pertumbuhan 8 persen’, di Jakarta, Senin.

Berdasarkan data Kementerian Investasi, realisasi investasi di Indonesia pada kuartal III-2024 mencapai Rp1.261,43 triliun, atau 76,45 persen dari target tahun ini yang sebesar Rp1.650 triliun.

Namun, Handi menyoroti Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Indonesia yang saat ini masih cenderung tinggi, yakni di atas 6. ICOR merupakan ukuran yang menunjukkan efisiensi suatu negara memanfaatkan modal dalam menghasilkan barang dan jasa, agar mampu mencapai pertumbuhan ekonomi 8 persen, ICOR perlu ditekan lagi hingga di level 3-4.

Menurut Handi, saat ini ICOR Indonesia masih kurang kompetitif dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya yang rata-rata berhasil menekan ICOR di level 3-4.

“Vietnam, misalnya, itu sudah 4 ya, apalagi kita bandingkan dengan Malaysia, Thailand, bahkan Singapura ya, itu mungkin jauh lebih efisien lagi mereka. Angka ICOR bisa digunakan untuk menghitung tingkat pertumbuhan ekonominya,” ujarnya lagi.

Guna menurunkan ICOR, pemerintah harus menciptakan kebijakan yang ramah investasi, transparansi birokrasi, serta peningkatan kapasitas produksi nasional.

Handi menilai tanpa langkah konkret untuk memperbaiki iklim investasi itu, target pertumbuhan ekonomi 8 persen hanya akan menjadi wacana belaka.

Namun sejauh ini, ujarnya lagi, upaya konkret untuk mendukung hal tersebut masih belum terlihat, terutama di 100 hari awal pemerintahan.

"Ini sudah mendekati 100 hari ya, Januari nanti tanggal 20 Oktober 100 hari Pemerintahan Pak Prabowo. Ini juga saya melihat belum ada langkah-langkah konkret bagaimana memperbaiki perekonomian kita," ujarnya.

Lebih lanjut, Handi meminta Pemerintah untuk segera mengambil langkah-langkah strategis agar target ambisius ini dapat tercapai, mengingat peran investasi yang semakin penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.

Menurutnya, diperlukan adanya peningkatan produktivitas (total factor productivity) melalui peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM), adopsi teknologi, inovasi, riset serta pengembangan.

Adapun Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan, saat ini Pemerintah juga tengah mendorong investasi berbasis padat karya dan padat modal (capital deepening), serta meningkatkan alokasi dana pada riset, teknologi, dan inovasi sebagai strategi menekan ICOR.

Dengan langkah-langkah strategis ini, Airlangga optimistis dapat membawa Indonesia menuju pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi.



Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: RI butuh investasi Rp13.528 triliun kejar pertumbuhan ekonomi 8 persen

Pewarta: Bayu Saputra

Editor : Debby H. Mano


COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2024