Bengkulu, (ANTARA GORONTALO) - Sejumlah warga Bengkulu mengkritik film "Soekarno" yang ditayangkan di bioskop di daerah itu mulai Kamis (12/12).

"Agak kecewa karena tidak ada pengambilan gambar di Bengkulu, padahal dalam film ini durasi tentang Bengkulu cukup panjang," kata Sofian Ramadhan, yang juga Koordinator "Raflesia Motions", sebuah Komunitas Film Indie Bengkulu, di Kota Bengkulu, Jumat.

Selain itu, bahasa yang dipakai sejumlah pemeran saat "setting" di Bengkulu juga lebih mendekati logat Minang, bukan Bengkulu.

Termasuk karakter Fatmawati yang diperankan Tika Bravanti menurutnya kurang memuaskan, sebab penggunaan bahasa Bengkulu dianggap kurang tepat.

Film besutan Sutradara Hanung Bramantyo itu mengisahkan tentang hidup Soekarno atau "Bung Karno".

Lagu "Indonesia Raya" menjadi pembuka film, dan seluruh penonton di bioskop itu diajak ikut berdiri dan menyanyikan lagu kebangsaan tersebut.

Sofian berpendapat, film itu akan lebih "greget" jika pengambilan gambar dilakukan di lokasi aslinya, sesuai sejarah.

Penonton lainnya, Asnody justru berpendapat karakter Bung Karno yang diperankan Ario Bayu kurang kuat.

"Kurang puas saja dengan pemeran Bung Karno, saya justru lebih mendapat semangat dari karakter Bung Sjahrir yang diperankan Tanta Ginting," katanya.

Meski demikian, keduanya mengatakan bahwa "tak ada gading yang tak retak".

"Salut buat Mas Hanung sang sutradara, semoga film ini mampu menggugah nasionalisme kita, terutama generasi muda," kata Sofian.

Pewarta:

Editor : Hence Paat


COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2013