Jakarta (ANTARA GORONTALO) - Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto
mengatakan industri keramik nasional masih cukup prospektif dalam jangka
panjang seiring dengan pertumbuhan pasar domestik yang terus meningkat.
Peluang pengembangan sektor ini didukung pula dengan adanya program pemerintah dalam meningkatkan infrastruktur serta pembangunan properti dan perumahan, dan diharapkan akan menggenjot konsumsi keramik nasional.
Peluang pengembangan sektor ini didukung pula dengan adanya program pemerintah dalam meningkatkan infrastruktur serta pembangunan properti dan perumahan, dan diharapkan akan menggenjot konsumsi keramik nasional.
“Industri
keramik menjadi salah satu sektor unggulan karena ditopang oleh
ketersediaan bahan baku berupa sumber daya alam yang tersebar di wilayah
Indonesia,†kata Airlangga pada Pembukaan Pameran Keramika 2017 di
Jakarta, Kamis.
Airlangga, melalui keterangan
tertulis Kemenperin menyebutkan, kapasitas produksi terpasang ubin
keramik nasional tahun 2016 sebesar 580 juta meter persegi dengan
realisasi mencapai 350 juta meter persegi.
“Utilisasinya
sekarang 65 persen, jadi harus ditingkatkan lagi. Kalau sudah mampu
produksi 100 persen, kita bisa menjadi produsen keramik nomor empat di
dunia,†tuturnya.
Dengan jumlah kapasitas
produksi saat ini, sekitar 87 persen untuk memenuhi kebutuhan pasar
dalam negeri, dan sisanya diekspor ke negara-negara di kawasan Asia,
Eropa dan Amerika.
Sementara itu, produksi untuk jenis tableware mencapai 290 juta keping, sanitari sekitar 5,4 juta keping, dan genteng (rooftile) sebanyak 120 juta keping.
“Prospek
industri keramik nasional juga dapat dilihat dari pemakaian konsumsi
keramik di Indonesia yang masih lebih rendah dibandingkan di negara
ASEAN lainnya,†ungkapnya.
Untuk itu, produsen
keramik diminta melakukan diversifikasi produk dengan berbagai desain
serta menggunakan motif khas Indonesia untuk meningkatkan permintaan
dari konsumen.
Bahkan, lanjut Airlangga, yang
juga tidak kalah penting adalah industri keramik perlu melakukan
pembaruan sarana dan prasarana penunjang produksi.
"Misalnya,
memodernisasi pabrik dengan teknologi digital printing serta
menggunakan peralatan yang mampu memproduksi keramik dengan ukuran besar
sesuai tren pasar luar negeri dan domestik," imbuhnya.
Menperin meyakini industri keramik Indonesia mampu berkompetisi di era perdagangan bebas dan berekspansi ke mancanegara.
“Langkah
strategis yang harus dijalankan, antara lain penguatan struktur
industri, peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM), inovasi
teknologi melalui research and development, serta pembangunan
infrastruktur," paparnya.
Oleh karena itu,
Kementerian Perindustrian terus memacu kinerja industri keramik dalam
negeri melalui pemberian berbagai insentif serta mengusulkan sebagai
sektor yang harus mendapatkan harga gas kompetitif.
“Industri
ini membutuhan gas sebagai sumber energi yang tidak tergantikan dan
tidak boleh terhenti selama 15 tahun dengan proporsi mencapai 20-26
persen dari struktur biaya produksi,†ungkap Airlangga.
Apalagi,
menurutnya, industri keramik merupakan salah satu kelompok manufaktur
yang menjadi penggerak pertumbuhan industri nasional selama 25 tahun
terakhir.
Sektor yang diandalkan ini diharapkan
dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap pertumbuhan industri
tahun ini yang ditargetkan bisa melampaui lima persen sehingga menambah
sumbangan pada perekonomian nasional.
Potensi
industri keramik nasional juga ditopang dengan SDM yang kompeten, di
mana jumlah serapan tenaga kerja di sektor padat karya ini sebanyak 100
ribu orang.
Untuk memenuhi kebutuhan SDM yang
sesuai permintaan dunia kerja, Kemenperin telah mengembangkan program
pendidikan vokasi yang link and match antara Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK) dengan industri.
“Kami harapkan industri
bekerja sama dengan SMK untuk menghasilkan tenaga kerja yang terampil
dan terdidik, sehingga dapat langsung bekerja di industri,†tegas
Airlangga.
Langkah ini sesuai dengan Instruksi
Presiden Nomor 9 tahun 2016 tentang Revitalisasi SMK untuk Peningkatan
Kualitas dan Daya Saing SDM Indonesia.
“Kami
akan memfasilitasi kerja sama dengan Italia untuk vocational training di
bidang pelatihan dan pengembangan desain keramik,†tambahnya.
Ketua
Umum Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (Asaki) Elisa Sinaga
mengatakan, melalui Pameran Keramika, menjadi ajang para pelaku industri
domestik menampilkan beragam produk-produk unggulannya dari penerapan
teknologi terkini.
"Melalui pameran ini, kami
ingin juga menumbuhkan kembali minat msyarakat untuk mencintai dan
menggunakan produk keramik lokal yang telah banyak berkualitas, kreatif,
dan inovatif," tuturnya.
Dengan dipamerkannya
produk berstandar internasional, Elisa berharap dapat mendorong pasar
dalam negeri untuk menggunakan produk lokal di berbagai proyek
pembangunan gedung perkantoran, fasiltas umum, hingga sarana dan
prasarana seperti Mass Rapid Transit (MRT) dan Light Rail Transit (LRT).
“Diperkirakan
hingga tahun 2025, angka kebutuhan rumah di Indonesia mencapai 30 juta
unit, sehingga permintaan untuk berbagai produk keramik juga akan
meningkat,†ujarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2017