Juan Mata dan hedonisme

Senin, 27 Januari 2014 19:10 WIB

Jakarta (ANTARA GORONTALO) - Kapan kali terakhir Anda terjangkit virus hedonisme? Jawaban bisik sana bisik sini, bila Anda memberi tepuk tangan setelah membaca teks bertitel "Juan Mata dirampas Manchester United dari Chelsea".

Seseorang atau sekelompok orang mengidap hedonisme bila mengijinkan "yang baik" dengan "yang menyenangkan" berjodoh di laga kehidupan, beraksi di ajang Premier League.

Diam-diam, Jose Mourinho menyamakan antara "yang baik" dengan "yang menyenangkan" ketika merelakan mantan gelandang serang Chelsea itu justru melakukan desersi ke kubu Old Trafford.

Tunggu saja, siulan dan cemooh dari fans The Blues manakala Mata menggiring bola dengan mengenakan kostum skuad Setan Merah. Mengapa?

Fans setia Chelsea berpedoman bahwa jika yang baik dan yang menyenangkan sama artinya, maka mustahil untuk menyatakan bahwa sesuatu itu baik tetapi justru tidak menyenangkan. Apakah yang menyenangkan itu senantiasa baik?

Apakah kepindahan Mata dengan nilai kontrak 4,5 juta pound atau sekitar Rp745 miliar, memang baik dan menyenangkan? Baik untuk siapa? Menyenangkan untuk siapa?

Kalau yang baik disamakan dengan yang menyenangkan, maka kata baik hampir tidak dapat didefinisikan, karena kata baik tidak dapat dicarikan dan ditemukan intipatinya lagi. Lantas bagaimana harus bersikap? Hijrahnya Mata dari Chelsea hendaknya dilihat dengan kacamata skeptis saja.

Ya, bersikaplah skeptis ketika seseorang atau sekelompok orang coba-coba menyamakan yang baik dengan yang menyenangkan, ketika mereka menempuh laga kehidupan dengan memercayai hedonisme dengan sepenuh hati dan seonggok pembenaran.

Bermodal sikap skeptis itulah, tercetus pertanyaan apakah biang kerok kepindahan Mata justru karena perilaku Mourinho yang cenderung haus kekuasaan?

Silakan mencermati rincian seputar apa yang dilakukan dan dikatakan The Special One. "Ada banyak hal yang harus diputuskan oleh seorang manajer, dan bagi saya itu merupakan keputusan yang sulit. Saya masih sangat berharap dia berada dan bertahan dalam skuad," kata Mourinho.

"Menjadi pemain dalam situasi seperti ini sungguh sulit. Ia (Mata) selayaknya mengetahui bahwa Chelsea tetap membuka pintu bagi dia (untuk tampil bermain secara reguler di tim utama)," katanya sebagaimana dikutip dari BBC.

"Saya ingin semua orang senang. Maafkan saya karena saya tidak mampu menyenangkan setiap orang dalam skuad ini. Saya sedih dengan peristiwa ini...," kata pelatih asal Portugal ini.

Mourinho rancak menyusun logika pernyataan. Sebagai seorang pemimpin, ia meminta pemaafan kepada semua orang dengan menyebut tidak mampu menyenangkan keinginan banyak orang.

Pelatih asal Portugal itu menyatakan ia merasa prihatin bercampur harap dengan kepindahan Mata. Mou masih berharap kepada Mata agar bersedia membuka pintu hati untuk bersedia tampil membela The Blues secara reguler.

Nah, ciri-ciri dari mereka yang suka mempraktekkan hedonisme yakni mengalimatkan pernyataan-pernyataannya dengan mengatasnamakan kepentingan khalayak, padahal tersembunyi asa kekuasaan karena "ada udang di baik batu".

Apakah langkah Mourinho itu benar-benar bertujuan mendongkrak popularitas Chelsea? Sudah merupakan rahasia umum, bahwa perkataan yang dilontarkan Mourinho ketika menangani klub manapun merupakan titah hukum dan wajib diamini oleh para punggawa yang ia besut.

Selain berjuluk "The Special One", Mourinho bergelar "The untouchable one", salah satunya merujuk kepada fakta  kepindahan Mata ke Manchester United.

Untuk membaca langkah Mourinho ketika menggarap Chelsea, pertanyaan kuncinya bukan "apakah itu memang benar" melainkan pertanyaannya, "itu apa artinya".

Untuk menelanjangi apakah seseorang atau sekelompok orang berperilaku hedonistis, silakan mencermati dan menganalisa fakta-fakta.

Yang dapat bersifat benar atau salah adalah pernyataan-pernyataan yang mengungkapkan fakta-fakta, bahwa Chelsea telah menjual salah satu pemain terbaik Eropa, bahwa pembelian Manchester United yang disebut-sebut termahal dalam perjalanan sejarah klub memang sungguh tepat dan berdayaguna.

Fakta juga bahwa Mourinho tahu persis bahwa Mata tidak lagi nyekrup dengan gaya Chelsea yang makin mengedepankan tempo permainan menekan lawan di lapangan. Mou ingin setiap anak asuhannya punya kekuatan dan kecepatan ekstra.

Ini yang menjadi salah satu penyebab pemain asal Spanyol itu lebih banyak duduk di bangku cadangan. Pemain berusia 25 tahun itu dibiarkan sendiri sepi tidak diturunkan dalam "starting XI" Chelsea.

Buntutnya, Mata frustrasi. Dan fans sejati The Blues berbondong-bondong berempati dengan keadaan Mata. "Mata adalah orang pilihan David Moyes," kata pengamat bola Nevin kepada BBC Sport. "Jika anda mengamati pemain mana yang bersedia bekerja bersama dengan Moyes, maka ia (Mata) adalah salah satunya," katanya juga.

Ketika berbicara mengenai hedonisme, maka bahasa melukiskan realitas. Dengan mendatangkan Mata, apakah Moyes menyamakan yang baik dengan yang menyenangkan?

Kedatangan Mata jelas-jelas bertujuan memantik prestasi Manchester United, di tengah badai cedera yang sedang menerpa dua striker andalan, yakni Robin van Persie dan Wayne Rooney. Kuartet penyerang, yakni Mata, Rooney, Van Persie, dan Adnan Januzaj memunculkan prospek cerah. Ini hedonisme yang ditempuh dan dijalani Moyes.

Mantan pelatih Everton itu mendapati bahwa United tengah menjalani masa paceklik gol. Sampai tengah musim kompetisi Premier League, kini mereka rata-rata hanya mampu mencetak 1,64 gol, padahal musim lalu 2,26 gol.

Catatan statistik Mata semasa membela Chelsea demikian menjanjikan. Ia mampu menciptakan peluang setiap 28 menit dalam dua musim lalu di ajang Premier League. Inilah hedonisme yang ditempuh Moyes, agar United tidak terlalu mengandalkan Van Persie dan Rooney. Yang baik dan yang menjanjikan di mata pelatih berkebangsaan Skotlandia itu, adalah merekrut Mata.

Langkah Moyes tidak tanpa kritik. Berbekal skeptisisme, manajer Arsene Wenger mempertanyakan "fairness" jendela transfer ketika Chelsea menjual Mata ke Manchester United.

Boleh jadi manajer asal Prancis itu terus berhitung dengan kalkulasi njlimet. Boleh jadi juga, Wenger berharap Mata dapat dipinang The Gunners. Rapor produktivitas Mata di Chelsea menjadi nilai tambah.

Bermain dalam 17 pertandingan, Mata mampu mencetak satu gol selama musim 2013/14. Musim 2012/13, ia turun dalam 64 pertandingan, dan melesakkan 19 gol. Musim 2011/12, Mata mengemas 12 gol dalam 54 laga yang ia jalani.

Hedonisme versus skeptisisme, artinya jangan pernah percaya omongan mereka yang sedang berayun dengan kekuasaan. Yang perlu dilakukan, verifikasi dengan memeriksa dan menentukan makna suatu ucapan, bukan benar atau salahnya pernyataan.

Anda dapat turut berucap bersama pujangga Latin klasik, bahwa "veritatis simplex oratio est" (bahasa kebenaran itu sederhana saja, tanpa tedeng alibi apapun).
(A024)

Pewarta:

Editor : Hence Paat


COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2014

Terkait

Tangga pertama menuju puncak Garuda mendunia

Jumat, 13 Oktober 2023 6:31

Indonesia menuju transisi energi terbarukan

Minggu, 24 September 2023 15:30

Awas El Nino

Rabu, 30 Agustus 2023 12:04

Menaruh asa kepada laut

Senin, 3 Juli 2023 16:20
Terpopuler