Wonogiri (ANTARA) - Ratusan warga Desa Gendayakan, Kecamatan Paranggupito, Kabupaten Wonogiri, bersyukur karena saat ini diberikan air yang cukup melimpah dari sumber air Gua Jomblang untuk memenuhi kebutuhan pada musim kemarau. Karena, pada tahun-tahun sebelumnya, setiap musim kemarau tiba, desa ini selalu kekurangan air bersih untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.
Setiap rumah di empat dukuh di desa itu, mulai Agustus 2023, sudah terpasang keran air yang disambungkan melalui pipa instalasi yang bersumber dari mata air Gua Jomblang. Mereka kini tidak lagi mengambil air berjarak jauh, yang membutuhkan waktu beberapa jam menuju lokasi atau dengan membeli air bersih.
Mesinem, warga Desa Gendayakan, bersyukur dan berterima kasih atas kerja bersama dari berbagai institusi yang telah menghadirkan air bersih ke rumah-rumah warga di desa itu. Desa di daerah terpencil dengan jarak sekitar 10 kilometer lebih dari Kantor Kecamatan Paranggupito itu, dulu, warganya harus membeli air dari truk tangki.
Warga yakin pendistribusian air dari Gua Jomblang tersebut tidak hanya memenuhi kebutuhan dasar warga, tetapi juga mampu mengangkat kesejahteraan hidup warga desa. Warga kini tidak perlu susah mengambil air dari jarak yang jauh atau mengeluarkan uang banyak untuk membeli air bersih selama musim kemarau.
Warga lain di Dukuh Puring menyampaikan warga Desa Gendayakan pada tahun-tahun sebelumnya harus membeli air bersih dari tangki. Sebelum ditemukan sumber air Gua Jomblang di Dukuh Ngejring, Gendayakan, harus membeli air Rp150 ribu hingga Rp170 ribu/tangki. Bahkan, harga air pada bulan puasa mencapai sekitar Rp200 ribu per tangki.
Untuk memenuhi kebutuhan air bersih sehari-hari, bahkan warga harus menjual ternaknya untuk membeli air. Namun, sekarang dengan ditemukan sumber air Gua Jomblang, penduduk tidak perlu lagi membeli air karena bisa memanfaatkan sumber air gua yang sudah ditingkatkan sistem pendistribusian ke warga.
Butuh pengorbanan besar untuk mendapatkan air bersih. Mulai dari berjalan kaki bahkan harus menjual ternak agar bisa beli air bersih.
Kepala Desa Gendayakan Heri Sutopo menyampaikan warga mengalami kekeringan setiap tahun ketika tiba musim kemarau, dulu. Mereka kesulitan mengakses air bersih untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.
Karakter lahan di wilayah Desa Gendayakan yang sebagian besar perbukitan berbatu gamping (karst) dan vegetasi berakar dangkal, membuat air tidak tersimpan di dalam tanah sehingga warga tak bisa menggali sumur untuk mengambil air bersih. Padahal, air merupakan kebutuhan vital bagi ratusan warga yang bekerja sebagai petani di wilayah ini.
Kondisi kekeringan tersebut terjadi setiap tahun ketika musim kemarau tiba. Untuk mendapatkan air bersih, warga hanya mempunyai dua pilihan, yakni membuat penampungan air saat hujan. Lalu, ketika musim kemarau panjang, warga harus memanggul air sambil berjalan kaki sekitar empat jam pulang pergi ke Pacitan, Jawa Timur, untuk mengambil 25 liter air bersih.
Ketiadaan air bersih di Desa Gendayakan menimbulkan sejumlah implikasi, terutama dalam hal menurunnya kesejahteraan masyarakat. Mulai dari gagal panen hingga tergerusnya tabungan warga untuk membeli air.
Padahal harga air pada musim kemarau tidak murah. Untuk satu tangki air dengan kapasitas 5.000 liter, warga harus merogoh kocek sekitar Rp150 ribu. Pada musim kemarau, harga air naik menjadi Rp170 ribu hingga Rp200 ribu.
Warga Desa Gendayakan lebih dari 80 persen menggantungkan hidup dari bertani. Kalau gagal panen karena tidak ada air, otomatis mereka tidak memiliki penghasilan. Ada juga warga yang terpaksa menukarkan ternak peliharaan mereka, seperti sapi demi mendapatkan air bersih. Dengan kondisi seperti itu, secara perlahan kesejahteraan warga menurun.
Kondisi ini berangsur membaik mulai pada 2019. Ketika itu, kerja persaudaraan lintas instansi dan elemen masyarakat mulai mengeksplorasi Gua Jomblang. Hasil penelitian menunjukkan, di dasar gua terdapat sumber air bersih melimpah dengan baku mutu yang dapat dikonsumsi manusia.
Peningkatan sistem distribusi
Sejak ditemukan sumber air Gua Jomblang, kerja persaudaraan yang digagas sejak 2019 oleh warga Desa Gendayakan, kelompok mahasiswa pecinta alam Gapadri dari ITNY, Padepokan Dakwah Sunan Kalijaga (Padasuka), dan sebuah yayasan sukses mendistribusikan air ke masyarakat.
Pada 2023 ini, Gua Jomblang mampu menghasilkan 144 ribu liter air per hari yang bisa memenuhi kebutuhan 2.071 jiwa di Desa Gendayakan. Air dari Gua Jomblang hingga Agustus 2023 sudah disalurkan kepada 720 warga di empat dusun yakni Dusun Ngejring, Gendayakan, Blimbing, dan Pucung. Upaya tersebut berhasil memerdekakan warga desa dari bencana kekeringan.
Bondan Dwi Cahyono dari tim Peningkatan Sistem Distribusi Air Bersih Gua Jomblang menyampaikan pengangkatan sumber air di gua yang berada di kedalaman 180 meter itu dimulai sejak 2019 hingga sekarang. Di bagian bawah gua seperti ada sungai di bawah tanah. Pompa air dahulu di kedalaman 180 meter dan mulai Juni 2023 disempurnakan dengan perbaikan sistem instalasi dari dasar menuju ke atas ke penampungan air.
Perbaikan sistem ini dengan menambah tiga pompa air yang mampu mengangkat air sebanyak 144.000 liter per hari, yang bisa salurkan kepada 2.071 jiwa dari 11 dukuh di Desa Gendayakan. Sebelumnya, hanya dua pompa air yang mampu menaikkan air rata-rata 21.600 liter per hari untuk kebutuhan 720 jiwa.
Deputy Program Director Bakti Sosial Djarum Foundation Achmad Budiharto menyatakan pihaknya tergerak membantu mengatasi kesulitan yang dihadapi warga Gendayakan. Meski sudah menemukan sumber air bersih di Goa Jomblang, proses distribusi air bersih ke rumah-rumah warga tidak mudah. Gua Jomblang merupakan gua vertikal yang memiliki kedalaman 180 meter, atau setara dengan 45 lantai gedung bertingkat.
Jika diukur, kedalaman gua melebihi tingginya Monas. Tidak mudah mengangkat air dengan kedalaman seperti itu. Dibutuhkan instalasi pompa dan pipa yang kuat untuk mengangkat air ke atas.
Proses optimalisasi pendistribusian air bersih Gua Jomblang terus disempurnakan. Pada tempat sumber air itu dilengkapi instalasi pompa, kelistrikan, dan jalur pendistribusian air ke warga. Instalasi pompa meliputi penggantian pompa berupa tiga unit pompa terendam atau submersible. Kemudian, instalasi pipa juga diganti dari semula pipa PVC menjadi pipa stainles steel agar tidak mudah pecah.
Adapun pada sistem kelistrikan, tegangan listrik yang sering turun diperbaiki dengan penggantian trafo dan kabel tanpa percabangan. Kabel yang didesain khusus ini berfungsi menghambat voltase naik-turun sehingga menanggulangi risiko pompa terbakar. Daya listrik juga dinaikkan menjadi 11.000 VA per 1 phase dari sebelumnya 4.000 VA per 1 phase.
Selain itu, juga melakukan penutupan pada mulut gua dengan memasang steel grating di bibir gua. Hal ini dilakukan untuk mencegah benda-benda asing yang masuk dari ketinggian lebih dari 100 meter yang dapat merusak instalasi pompa.
Dengan berbagai peningkatan tersebut, saat ini debit air yang diangkat dari Gua Jomblang mampu memenuhi kebutuhan air warga di empat dusun. Tak hanya itu, melimpahnya debit air dari Gua Jomblang ini kelak juga dinikmati oleh warga tujuh dusun lain di Desa Gendayakan sehingga pada masa mendatang, 11 dusun bisa menikmati air bersih.
Berdasarkan kalkulasi, debit air yang saat ini sudah berhasil diangkat dari Gua Jomblang mampu memenuhi kebutuhan air untuk 2.071 warga yang tersebar di 11 dusun di Desa Gendayakan. Ini adalah kabar yang sangat menggembirakan.
Di tengah musim kemarau yang sedang terjadi di sebagian wilayah Indonesia, kerinduan warga Desa Gendayakan terhadap air bersih kini mulai terobati. Ke depan, kerja persaudaraan ini dapat memberikan manfaat lebih banyak warga desa.
Setelah mata air Gua Jomblang mengalir, kini tak ada lagi air mata yang menetes. Pun saat musim kemarau tiba.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Mata air gua yang menghapus air mata warga Gendayakan