Sukabumi, Jawa Barat (ANTARA GORONTALO) - Panglima TNI, Jenderal TNI Gatot
Nurmantyo, mengatakan, media sosial saat ini menjadi penjajah gaya baru
yang mayoritas penggunanya tidak merasa dijajah bahkan banyak yang
menokohkan sebagai pahlawan.
"Media sosial menjadi menjadi ancaman dan merupakan salah satu bentuk penjajahan. Bahkan penjajahan ini telah sampai ke rumah tangga," kata dia, di Sukabumi, Selasa.
Dia katakan itu di
sela orasi ilmiah kepada ribuan mahasiswa UMMI, Ormas FKPPI, Pemuda
Pancasila, Pemuda Muhamadiyah, GP Ansor, Angkatan Muda Siliwangi, di
Gedung Anton Soejarwo Lemdikpol Setukpa Kepolisian Indonesia, di
Sukabumi.
Menurut dia, saat ini pengguna media sosial tidak merasa dijajah aplikasi ini bahkan rela mengeluarkan uang untuk penjajahnya seperi membeli kuota internet. Selain itu, rata-rata pengguna media sosial menghabiskan waktu selama 18 jam di dunia maya.
Selain itu, penjajahan gaya baru ini ternyata sudah masuk hingga ke keluarga sehingga komunikasi antarkeluarga hanya dilakukan melalui dunia maya tanpa bertatap muka langsung.
Ironisnya walaupun pengguna media sosial tengah dijajah tetapi mereka malah menokohkan dan menjadikannya pahlawan, karena tidak bisa lepas pengaruhnya.
Keberadaan media sosial ini juga bisa membuat goncangan terhadap sosial ekonomi dan sudah banyak terjadi, selain itu bisa mempengaruhi kebijakan yang dikeluarkan pemerintah.
"Dengan media sosial banyak kasus yang diolah bahkan asing pun ikut campur, seperti salah satunya kasus penistaan agama," katanya.
Nurmantyo mengatakan, media sosial memang tidak selamanya negatif bagaimana setiap penggunanya memanfaatkan produk teknologi ini. Namun, bagi mereka yang sudah terjajah dengan media sosial bisa terlihat dalam perilakunya dalam berselancar di dunia maya.
Maka dari itu, media sosial ini harus dimanfaatkan untuk menebar rasa kecintaan, persatuan dan kesatuan jangan sampai digunakan untuk menyebarkan kebencian.
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2017
"Media sosial menjadi menjadi ancaman dan merupakan salah satu bentuk penjajahan. Bahkan penjajahan ini telah sampai ke rumah tangga," kata dia, di Sukabumi, Selasa.
Menurut dia, saat ini pengguna media sosial tidak merasa dijajah aplikasi ini bahkan rela mengeluarkan uang untuk penjajahnya seperi membeli kuota internet. Selain itu, rata-rata pengguna media sosial menghabiskan waktu selama 18 jam di dunia maya.
Selain itu, penjajahan gaya baru ini ternyata sudah masuk hingga ke keluarga sehingga komunikasi antarkeluarga hanya dilakukan melalui dunia maya tanpa bertatap muka langsung.
Ironisnya walaupun pengguna media sosial tengah dijajah tetapi mereka malah menokohkan dan menjadikannya pahlawan, karena tidak bisa lepas pengaruhnya.
Keberadaan media sosial ini juga bisa membuat goncangan terhadap sosial ekonomi dan sudah banyak terjadi, selain itu bisa mempengaruhi kebijakan yang dikeluarkan pemerintah.
"Dengan media sosial banyak kasus yang diolah bahkan asing pun ikut campur, seperti salah satunya kasus penistaan agama," katanya.
Nurmantyo mengatakan, media sosial memang tidak selamanya negatif bagaimana setiap penggunanya memanfaatkan produk teknologi ini. Namun, bagi mereka yang sudah terjajah dengan media sosial bisa terlihat dalam perilakunya dalam berselancar di dunia maya.
Maka dari itu, media sosial ini harus dimanfaatkan untuk menebar rasa kecintaan, persatuan dan kesatuan jangan sampai digunakan untuk menyebarkan kebencian.
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2017