Jakarta (ANTARA GORONTALO) - Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri
mengimpikan kejayaan kembali kekuatan militer Indonesia sebagaimana
pernah terjadi pada masa pemerintahan Presiden Soekarno di mana
Indonesia dikenal sebagai negara paling kuat di belahan bumi bagian
selatan.
"Sudah saatnya kita rancang kedaulatan dan keberdikarian angkatan perang Indonesia agar disegani kembali di dunia internasional," kata Megawati saat memberikan pembekalan kepada 437 calon perwira TNI di Aula Gatot Subroto, Cilangkap, Jakarta Timur, Jumat.
Di sisi lain, Megawati mengingatkan bahwa tantangan dan ancaman yang dihadapi sekarang ini semakin kompleks, yang tidak cukup dihadapi dengan peralatan militer.
Perkembangan modern telah menyeret negara-negara pada suatu kondisi peperangan yang tidak kasat mata yang dikenal dengan istilah "proxy war". Perang modern ini adalah sebuah ujian berat, tidak hanya bagi TNI, tetapi juga terhadap seluruh elemen bangsa.
"Kita menghadapi kejahatan keuangan internasional, perdagangan manusia, peredaran narkotika, serta terorisme yang melibatkan lintas negara," katanya.
Menurut Megawati, tujuan utama perang tidak langsung itu sama, yakni mencoba memecah belah bangsa dan menguasai Indonesia yang begitu kaya.
"Mereka (asing) yang berkolaborasi dengan para penjual bangsa, akan terus memperlemah kedaulatan politik, ekonomi, dan sistem sosial kita. Menghadapi ancaman tersebut maka kita tidak hanya berjuang mewujudkan TNI sebagai tentara rakyat dengan alutsista modern," katanya.
Sebab, lanjut Megawati, senjata modern bukanlah hal utama. Sejarah perjuangan kemerdekaan bangsa membuktikan bahwa senjata yang paling hebat adalah semangat perjuangan dan komitmen total bagi bangsa dan negara Indonesia.
"Hal ini juga ditegaskan oleh Bung Karno pada saat peresmian Lembaga Pertahanan Nasional pada 20 Mei 1965.
"Asal semangat berkobar dan bersatu, kita bisa menundukkan musuh paling hebat sekalipun. Persatuan rakyat adalah senjata yang sehebat-hebatnya," kata Megawati mengutip pidato Bung Karno.
Ketua Dewan Pengarah Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila (UKP-PIP) juga mengingatkan bahwa perang ideologi juga masih terus terjadi untuk menggantikan Pancasila.
Oleh karena itu, kata dia, sangat penting untuk membumikan Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, dan itu merupakan tugas bersama.
"Pembumian Pancasila ini sangatlah penting guna mewujudkan Indonesia yang berdaulat di bidang politik, berdiri di atas kaki sendiri (berdikari) di bidang ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan," katanya.
Dengan Pancasila, pemerintahan negara Republik Indonesia memiliki tanggung jawab melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia.
"Tugas ini memerlukan kekuatan pertahanan yang solid, dengan TNI sebagai tulang punggung utama," ucapnya.
Di hadapan Megawati, Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo meminta kepada Komisi I DPR RI untuk mendesak pemerintah agar mempercepat pengadaan Alat Utama Sistem Persenjataan (Alutsista) berupa kapal selam kilo class dan pesawat jenis Sukhoi SU-35 untuk TNI Angkatan Udara.
"Mudah-mudahan Komisi I DPR bergerak cepat menekan Kementerian Pertahanan mempercepat pengadaan kapal selam dan Sukhoi," ujar Gatot.
Ia pun mengapresiasi Megawati Soekarnoputri saat menjadi presiden yang berani membeli pesawat dan senjata dari Rusia meskipun kondisi Indonesia saat itu tengah kritis lantaran diembargo Amerika Serikat.
"Hasilnya kita ditakuti karena punya Sukhoi. Semoga ini dapat memacu Komisi I untuk mempercepat (pengadaan) sehingga angkatan darat, udara, dan laut dapat hebat seperti dulu," tegas Gatot.
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2017
"Sudah saatnya kita rancang kedaulatan dan keberdikarian angkatan perang Indonesia agar disegani kembali di dunia internasional," kata Megawati saat memberikan pembekalan kepada 437 calon perwira TNI di Aula Gatot Subroto, Cilangkap, Jakarta Timur, Jumat.
Di sisi lain, Megawati mengingatkan bahwa tantangan dan ancaman yang dihadapi sekarang ini semakin kompleks, yang tidak cukup dihadapi dengan peralatan militer.
Perkembangan modern telah menyeret negara-negara pada suatu kondisi peperangan yang tidak kasat mata yang dikenal dengan istilah "proxy war". Perang modern ini adalah sebuah ujian berat, tidak hanya bagi TNI, tetapi juga terhadap seluruh elemen bangsa.
"Kita menghadapi kejahatan keuangan internasional, perdagangan manusia, peredaran narkotika, serta terorisme yang melibatkan lintas negara," katanya.
Menurut Megawati, tujuan utama perang tidak langsung itu sama, yakni mencoba memecah belah bangsa dan menguasai Indonesia yang begitu kaya.
"Mereka (asing) yang berkolaborasi dengan para penjual bangsa, akan terus memperlemah kedaulatan politik, ekonomi, dan sistem sosial kita. Menghadapi ancaman tersebut maka kita tidak hanya berjuang mewujudkan TNI sebagai tentara rakyat dengan alutsista modern," katanya.
Sebab, lanjut Megawati, senjata modern bukanlah hal utama. Sejarah perjuangan kemerdekaan bangsa membuktikan bahwa senjata yang paling hebat adalah semangat perjuangan dan komitmen total bagi bangsa dan negara Indonesia.
"Hal ini juga ditegaskan oleh Bung Karno pada saat peresmian Lembaga Pertahanan Nasional pada 20 Mei 1965.
"Asal semangat berkobar dan bersatu, kita bisa menundukkan musuh paling hebat sekalipun. Persatuan rakyat adalah senjata yang sehebat-hebatnya," kata Megawati mengutip pidato Bung Karno.
Ketua Dewan Pengarah Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila (UKP-PIP) juga mengingatkan bahwa perang ideologi juga masih terus terjadi untuk menggantikan Pancasila.
Oleh karena itu, kata dia, sangat penting untuk membumikan Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, dan itu merupakan tugas bersama.
"Pembumian Pancasila ini sangatlah penting guna mewujudkan Indonesia yang berdaulat di bidang politik, berdiri di atas kaki sendiri (berdikari) di bidang ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan," katanya.
Dengan Pancasila, pemerintahan negara Republik Indonesia memiliki tanggung jawab melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia.
"Tugas ini memerlukan kekuatan pertahanan yang solid, dengan TNI sebagai tulang punggung utama," ucapnya.
Di hadapan Megawati, Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo meminta kepada Komisi I DPR RI untuk mendesak pemerintah agar mempercepat pengadaan Alat Utama Sistem Persenjataan (Alutsista) berupa kapal selam kilo class dan pesawat jenis Sukhoi SU-35 untuk TNI Angkatan Udara.
"Mudah-mudahan Komisi I DPR bergerak cepat menekan Kementerian Pertahanan mempercepat pengadaan kapal selam dan Sukhoi," ujar Gatot.
Ia pun mengapresiasi Megawati Soekarnoputri saat menjadi presiden yang berani membeli pesawat dan senjata dari Rusia meskipun kondisi Indonesia saat itu tengah kritis lantaran diembargo Amerika Serikat.
"Hasilnya kita ditakuti karena punya Sukhoi. Semoga ini dapat memacu Komisi I untuk mempercepat (pengadaan) sehingga angkatan darat, udara, dan laut dapat hebat seperti dulu," tegas Gatot.
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2017