Jakarta (ANTARA GORONTALO) - Rina Emilda, istri penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan meminta Presiden Joko Widodo membentuk Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) untuk mengusut kasus penyerangan terhadap suaminya itu.

"Harapannya pertama adalah agar segera ada perhatian Bapak Presiden membentuk TGPF agar bisa melihat fakta-fakta penyiraman air keras ini secara objektif," kata Rina atau akrab disapa Emil, saat konferensi pers terkait perkembangan kondisi kesehatan Novel Baswedan dan penanganan kasus penyerangan Novel di kediaman Novel di kawasan Kepala Gading, Jakarta Utara, Senin.

Dalam konferensi pers itu juga dihadiri oleh Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Pemuda Muhammadiyah Dahnil Anzar Simanjuntak, aktivis HAM Haris Azhar, Direktur Eksekutif LBH Jakarta Alghifari Aqsa, Wakil Koordinator Bidang Advokasi Kontras Putri Kanesia, dan Hasan perwakilan masyarakat di sekitar kediaman Novel.

"Yang kedua, apabila perkara terungkap harapannya agar tidak terjadi lagi peristiwa teror kepada penegak hukum seperti saya," kata Emil.

Ia pun menyatakan bahwa dirinya masih menunggu respons dari pihak Istana Kepresidenan untuk bertemu dengan Presiden Joko Widodo membahas penuntasan kasus penyerangan terhadap suaminya itu.


Novel Baswedan dan istrinya, Rina Emilda serta anak bungsu mereka, saat ditemui ANTARA News di Singapura beberapa waktu lalu. (ANTARA News/Monalisa).


Pada kesempatan yang sama, Ketua Pimpinan Pusat (PP) Pemuda Muhammadiyah Dahnil Anzar Simanjuntak menyatakan pihak Istana Kepresidenan belum merespons terkait keinginan istri penyidik KPK Novel Baswedan untuk bertemu dengan Presiden Joko Widodo.

"Kami yang ada di sini itu menyampaikan pernyataan secara lisan kepada pihak Istana, permintaan agar Presiden berkenan menerima Mbak Emil," kata Dahnil saat konferensi pers tersebut.

Menurut Dahnil, dirinya sudah menyampaikannya secara lisan maupun pesan WhatsApp kepada Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Pratikno terkait penjadwalan pertemuan tersebut.

"Kemudian beliau menyampaikan akan berusaha menjadwalkan pertemuan Mbak Emil dengan Presiden bahkan belakangan melalui Mas Johan Budi, kami menerima kabar bahwa Presiden meminta kalau nanti sudah dijadwalkan Presiden juga ingin bukan hanya bertemu Mbak Emil tetapi juga Ibu dari Mas Novel," kata Dahnil.

Namun kemudian, kata dia, pihak Istana Kepresidenan berharap ada surat resmi yang diajukan, tidak hanya dalam bentuk penyampaian secara lisan.

"Memang sejak awal kami tidak ingin mengirimkan surat resmi tetapi kemudian karena ada permintaan dari pihak Istana terkait dengan surat resmi itu, kami memutuskan meminta Mbak Emil untuk menulis surat dengan tulisan tangan dan dikirimkan ke Istana," tuturnya.

Selanjutnya, kata dia, pada Senin (21/8) pihaknya sudah mengirimkan surat dan sudah diterima oleh pihak Istana Kepresidenan.

"Kemudian meraka akan menjadwalkan, terakhir saya meminta kepada Pak Pratikno agar kemudian penjadwalan pertemuan Mbak Emil dengan Presiden itu bisa dilakukan setelah tanggal 25 atau sebelum Idul Adha," kata Dahnil.

Namun, kata Dahnil, sampai dengan hari ini dan menjelang Hari Raya Idul Adha, pihaknya belum mendapat kabar lagi apakah kemudian Presiden berkenan menerima Emil.

Novel Baswedan disiram air keras oleh dua orang pengendara motor di dekat rumahnya pada 11 April 2017 seusai sholat subuh di Masjid Al-Ihsan dekat rumahnya. Mata Novel pun mengalami kerusakan sehingga ia harus menjalani perawatan di Singapura sejak 12 April 2017.

Novel adalah salah satu penyidik senior KPK yang antara lain menangani kasus korupsi dalam pengadaan KTP-elektronik (KTP-e).

Pewarta:

Editor : Hence Paat


COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2017