Jakarta (ANTARA GORONTALO) - Terkadang ada orang di sekitar Anda yang
tiba-tiba mudah lelah, inginnya selalu istirahat dan suasana hatinya
mudah berubah.
Bila begitu, jangan langsung sebut dia manja atau pemalas karena bisa saja dia menyandang multipel sklerosis (MS).
Spesialis saraf dari Departemen Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/RSCM, Dr Riwanti Estiasari, SpS(K), mengatakan kondisi ini disebabkan sel imun tubuh yang menyerang organ-organ tubuh.
"Harusnya
kalau ada kuman masuk akan dibunuh sel darah putih. Tapi yang terjadi
pada penyandang MS, sel darah putih terlalu aktif dan menyerang sel-sel
saraf dan merusak tubuh kita sendiri," ujar dia di Jakarta, Jumat.
Salah
seorang penyandang MS, Kanya Puspokusumo, mengaku saat rasa lelah
melanda, dirinya bahkan bisa tak sanggup melakukan apapun.
"Lelah
seperti habis olahraga seharian lalu beresin rumah seharian. Padahal
enggak ngapa-ngapain. Capek sekali. Itu harus istirahat. Bisa sebentar
bahkan berhari-hari," kata dia dalam kesempatan yang sama.
Lebih
lanjut, selain mudah lelah, penyandang MS juga umumnya terganggu
penglihatannya, bermasalah dalam keseimbangan sehingga terkadang
bermasalah saat berjalan, mudah kebas atau kram dan bermasalah saat
berpikir.
"Lebih dari 50 persen penyandang
terganggu penglihatannya, dari pandangannya kabur, sampai menghilang,
gangguan keseimbangan dan memburuk pada kondisi panas. Pasien tidak suka
panas, mandi air terlalu panas, penglihatan suka dirasa menurun," papar
Riwanti.
Namun yang membuat frustasi, adalah
gejala yang hilang dan timbul. Inilah yang terkadang membuat penderita
mendapat label pemalas dan manja.
"Gejalanya
hilang timbul, bulan ini kakinya diseret-seret, bulan depan enggak lagi
atau lain lagi gejalanya. Bisa sewaktu-waktu memberat. Kadang dianggap
berpura-pura, malas hingga gangguan jiwa," kata Riwanti.
Hanya
saja, seseorang tak bisa langsung didiagnosis menyandang MS hanya
berkaca pada gejala yang disebutkan di atas. Dokter harus melakukan
sejumlah pemeriksaan dulu untuk memastikannya.
"Kalau
sudah ada gejala bisa dilakukan pemeriksaan MRI, pemeriksaan darah,
pemeriksaan cairan otak dan saraf. Tetapi, gejalanya memang tidak
khasdan seringkali harus ditunggu. Ketika diperiksa kadang-kadang tidak
ada apa-apa," tutur Riwanti.
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2017