Balikpapan, (Antaranews Gorontalo) - Wakil Ketua MPR Mahyudin menegaskan Pancasila dan UUD'45 merupakan hasil ijtihad para ulama besar Bangsa Indonesia yang sudah sesuai ajaran Islam, sehingga jika ada yang ingin mendirikan negara Islam, itu sudah menyalahi UUD dan Pancasila.

"Dalam Pembukaan UUD 45 tegas disebutkan 'atas rahmat Allah dan didorong oleh keinginan luhur', Jelas atas rahmat Allah bukan menggunakan atas rahmat Tuhan. Ini sangat Islami," kata Mahyudin saat sosialisasi Empat Pilar di Pondok Pesantren Al Islami Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari di Balikpapan  Kalimantan Timur, Sabtu.

Mahyudin menjelaskan para pendiri bangsa sudah sangat bijak dan dengan pemikiran yang matang demi kebaikan serta keutuhan bangsa dan negara dalam memutuskan dasar negara.

"Tak penting negara Islam, tapi yang lebih penting orang-orangnya Islami," kata Mahyudin.

Karena itu Mahyudin mengingatkan jika ada yang ingin mendirikan negara Islam di Indonesia maka sebenarnya telah melanggar UUD 45.

Mahyudin juga mengingatkan para santri agar berhati-hati dengan papaham dan ideologi yang "aneh-aneh". Mahyudin menyarankan belajar agama kepada para ulama yang sudah jelas dan diakui.

"Belajarlah pada guru-guru yang jelas memiliki rekam jejak bagus. Kalau ada yang 'aneh-aneh' itu berbahaya. Apalagi orang baru yang belum tahu jelas rekam jejaknya," kata Mahyudin.

Mahyudin juga mengingatkan Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang toleran. Ajaran Islam juga tidak mengajarkan kekerasan apalagi sampai bom bunuh diri.

Menurut Mahyudin aksi bom bunuh diri di Surabaya jelas bukan ajaran Islam namun hal itu adanya ideologi tertentu yang salah.

"Kita tidak usah menjadi Tuhan yang berhak menghakimi orang lain. Kalau ada yang kafir tidak usah kita yang menghukum," kata Mahyudin.

Mahyudin mengajak semua pihak untuk tidak terpengaruh dengan hal-hal yang menyimpang seperti aksi bom bunuh diri tersebut. Semua pihak memiliki tanggung jawab untuk menjaga kedamaian di bumi Indonesia.

Pewarta: Jaka Suryo

Editor : Hence Paat


COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2018