Jakarta (Antaranews Gorontalo) - Kontingen Indonesia boleh berbangga karena kali pertama ini selama perhelatan Asian Games cabang angkat besi meraih medali emas, meskipun belum memenuhi target yakni sebanyak dua keping.
Indonesia pada perhelatan Asian Games 2018 Jakarta-Palembang mampu meraih satu medali emas, satu medali perak dan satu medali perunggu.
Satu keping medali emas tersebut disumbangkan oleh lifter andalan Indonesia Eko Yuli Irawan di kelas 62 kilogram.
Perolehan medali emas tersebut pun cukup mencatatkan sejarah karena disaksikan Presiden Joko Widodo bersama Menko PMK Puan Maharani serta Menpora Imam Nahrawi. Eko berhasil meraih total angkatan 311 kilogram dari jenis angkatan snatch 141 kilogram dan clean and jerk 170 kilogram,
Eko pun mengatakan, kemenangan tersebut untuk Indonesia. Ia mengatakan bahwa sejak awal tidak berjanji untuk meraih medali emas karena harus melihat situasi dan kondisi di lapangan.
Namun, pengakuannya, bersama pelatih selalu melihat peluang dan kondisi angkatan lawan dan harus mencoba meninggalkan lawan lebih jauh, sehingga mereka tidak akan berani menaikkan angkatan yang cukup tinggi.
Pelatih kepala angkat besi Indonesia Dirdja Wihardja mengatakan, strategi kemenangan sangat penting, sehingga jika ada peluang meraih emas maka harus diperjuangkan, tidak harus mengejar rekor.
Pada jenis angkatan snatch, Eko Yuli sempat sekali gagal melakukan angkatan, yakni pada kesempatan ketiga dengan berat barbel 145 kg. Sedangkan angkatan pertama 137 kg dan 141 kg berhasil dilakukan.
Sementara untuk jenis angkatan clean and jerk, Eko pun sekali gagal saat angkatan ketiga seberat 175 kg, sementara pada angkatan pertama 165 kg dan kedua 170 kg berhasil.
Kemudian, lifter putri Indonesia Sri Wahyuni yang diharapkan meraih medali emas, hanya mampu berada di peringkat ke dua dengan meraih medali perak, pada kelas 48 kg.
Ia pun meminta maaf kepada seluruh rakyat Indonesia karena tidak berhasil mempersembahkan medali emas.
Menyinggung perolehan medali di dua Asian Games terakhir yang hanya meraih medali perak, ia pun mengaku penasaran dan ingin mencoba lagi jika ada kesempatan untuk Asian Games berikutnya.
Pada Asian Games 2018 Sri Wahyuni hanya meraih peringkat kedua yakni dengan medali perak setelah berhasil mengumpulkan total angkatan 195 kg sementara peraih medali emas adalah lifter asal Korea Utara DI Song Gum dengan total angkatan 199 kg.
Sri Wahyuni sebenarnya bisa mencuri kesempatan untuk meraih medali emas jika pada angkatan clean and jerk seberat 112 kg, dapat ia lakukan namun dengan dua kali kesempatan yakni kesempatan kedua dan ketiga angkatan seberat 122 kg tersebut gagal diraih.
Sementara medali perunggu dipersembahkan lifter yang bertanding pada kelas 56 kilogram Surahmat bin Suwoto Wijoyo.
Ia menegaskan medali perunggu yang diraihnya dipersembahkan bagi Indonesia karena masih suasana haru merayakan HUT Kemerdekaan RI dan keluarga.
Suami Nurlaili itu terpicu untuk mengangkat barbel 153 kilogram pada jenis angkatan clean and jerk karena ada medali di sana.
Menyinggung rencana selanjutnya, lelaki berusia 29 tahun itu mengaku akan terus siap jika memang masih dibutuhkan sebagai atlet. Sampai dirinya memang sudah tidak mampu lagi.
Dia pun mengaku ingin menjadi pelatih setelah tidak aktif lagi sebagai lifter lantaran kecintaannya kepada olah raga tersebut.
Penggemar olah raga sepak bola itu pun mengaku akan terus berlatih dengan bimbingan pelatih yang memiliki program terarah serta strategi.
Sementara lifter yang pernah jaya, yakni Triyatno hanya mampu berada di peringkat ke empat pada kelasnya. Sementara beberapa lifter yang diikutsertakan dalam pertandingan di Asian Games 2018 ini masih jauh dari zona medali.
Tingkatkan dan Pembinaan
Pelatih kepala tim angkat besi Indonesia pada Asian Games 2018 Dirdja Wihardja mengaku bangga karena angkat besi mencetak sejarah dengan meraih medali emas untuk kali pertama selama keikutsertaan tim Merah Putih di ajang olahraga negara-negara se-Asia.
Memang, lanjut dia, diharapkan dua medali emas dari Eko Yuli Irawan dan Sri Wahyuni, namun hanya Eko yang mampu memenuhi target tersebut.
Sementara untuk tim yang saat ini ada akan dipertahankan dan terus ditingkatkan kemampuannya untuk menghadapi seleksi Olimpiade, dan tidak akan mencari lifter lain. Apalagi, harus menyesuaikan kelas yang bakal diikuti, karena ada yang harus berubah seperti Eko Yuli Irawan kemungkinan akan pindah kelas ke 61 kilogram dari 62 kilogram.
Dirdja pun mengakui, timnya saat ini adalah "the best" karena merupakan lifter-lifter terbaik yang dipilih dari daerah-daerah termasuk catatan akhir di PON Jawa Barat lalu.
Mantan pelatih nasional yang kini menangani lifter di Balikpapan, Kaltim, Lukman menilai pembinaan terhadap Eko Yuli Irawan belum menorehkan hasil karena total angkatannya belum kembali ke posisi terbaiknya saat di London 2012 seberat 217 kilogram dan Triyatno 333 kilogram.
Artinya, lanjut dia, pelatnas yang dilakukan terhadap dua lifter tersebut belum maksimal atau justeru menurun karena tidak bisa mengembalikan ke kemampuan terbaik para atlet.
Sementara, Wakil Ketua Pengurus Besar Persatuan Angkat Berat, Binaraga, dan Angkat Besi Seluruh Indonesia Joko Pramono mengatakan, pihaknya akan mengevaluasi atlet dan pelatih terkait hasil pertandingan di Asian Games 2018.
Pada pertandingan di kelas 69 kilogram putra, lifter Indonesia Triyatno hanya menempati posisi ke empat, dan terpaut satu kilogram lebih ringan total angkatannya dari peraih perunggu. Di sana ada kesalahan teknis karena Triyatno terlambat tampil untuk mengangkat barbel pada kesempatan pertama di clean and jerk.
Itu mengapa sampai Triyatno terlambat masuk ke arena. Ini perlu ditanyakan ke pelatih, jangan sampai hal seperti itu terjadi lagi, kata dia.
Joko yang juga Ketua Pertandingan Cabang Angkat Besi Asian Games 2018 itu menilai, kelas 69 kg yang diikuti Triyatno dengan posisi ke empat, terpaut satu kilogram dari total angkatan, sebagai grup "setan" karena diikuti banyak lifter berkualitas tinggi.
Menyinggung keberlanjutan para lifter yang gagal di Asian Games, Joko mengatakan mereka masih tetap di Pelatnas karena akan menghadapi kejuaraan yang lebih besar.
Ia mengatakan pihaknya juga prihatin dengan kondisi regenerasi lifter di Tanah Air. Karena itu, lanjutnya, pada Asian Games di Jakarta ini juga dimasukkan lifter-lifter baru sehingga diharapkan bisa menjadi andalan pada masa mendatang.
Joko pun mengingatkan, PABBSI jangan selalu mengandalkan kepada Eko dan Triyatno terus. Harus segera mencari bibit penerus.
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2018
Indonesia pada perhelatan Asian Games 2018 Jakarta-Palembang mampu meraih satu medali emas, satu medali perak dan satu medali perunggu.
Satu keping medali emas tersebut disumbangkan oleh lifter andalan Indonesia Eko Yuli Irawan di kelas 62 kilogram.
Perolehan medali emas tersebut pun cukup mencatatkan sejarah karena disaksikan Presiden Joko Widodo bersama Menko PMK Puan Maharani serta Menpora Imam Nahrawi. Eko berhasil meraih total angkatan 311 kilogram dari jenis angkatan snatch 141 kilogram dan clean and jerk 170 kilogram,
Eko pun mengatakan, kemenangan tersebut untuk Indonesia. Ia mengatakan bahwa sejak awal tidak berjanji untuk meraih medali emas karena harus melihat situasi dan kondisi di lapangan.
Namun, pengakuannya, bersama pelatih selalu melihat peluang dan kondisi angkatan lawan dan harus mencoba meninggalkan lawan lebih jauh, sehingga mereka tidak akan berani menaikkan angkatan yang cukup tinggi.
Pelatih kepala angkat besi Indonesia Dirdja Wihardja mengatakan, strategi kemenangan sangat penting, sehingga jika ada peluang meraih emas maka harus diperjuangkan, tidak harus mengejar rekor.
Pada jenis angkatan snatch, Eko Yuli sempat sekali gagal melakukan angkatan, yakni pada kesempatan ketiga dengan berat barbel 145 kg. Sedangkan angkatan pertama 137 kg dan 141 kg berhasil dilakukan.
Sementara untuk jenis angkatan clean and jerk, Eko pun sekali gagal saat angkatan ketiga seberat 175 kg, sementara pada angkatan pertama 165 kg dan kedua 170 kg berhasil.
Kemudian, lifter putri Indonesia Sri Wahyuni yang diharapkan meraih medali emas, hanya mampu berada di peringkat ke dua dengan meraih medali perak, pada kelas 48 kg.
Ia pun meminta maaf kepada seluruh rakyat Indonesia karena tidak berhasil mempersembahkan medali emas.
Menyinggung perolehan medali di dua Asian Games terakhir yang hanya meraih medali perak, ia pun mengaku penasaran dan ingin mencoba lagi jika ada kesempatan untuk Asian Games berikutnya.
Pada Asian Games 2018 Sri Wahyuni hanya meraih peringkat kedua yakni dengan medali perak setelah berhasil mengumpulkan total angkatan 195 kg sementara peraih medali emas adalah lifter asal Korea Utara DI Song Gum dengan total angkatan 199 kg.
Sri Wahyuni sebenarnya bisa mencuri kesempatan untuk meraih medali emas jika pada angkatan clean and jerk seberat 112 kg, dapat ia lakukan namun dengan dua kali kesempatan yakni kesempatan kedua dan ketiga angkatan seberat 122 kg tersebut gagal diraih.
Sementara medali perunggu dipersembahkan lifter yang bertanding pada kelas 56 kilogram Surahmat bin Suwoto Wijoyo.
Ia menegaskan medali perunggu yang diraihnya dipersembahkan bagi Indonesia karena masih suasana haru merayakan HUT Kemerdekaan RI dan keluarga.
Suami Nurlaili itu terpicu untuk mengangkat barbel 153 kilogram pada jenis angkatan clean and jerk karena ada medali di sana.
Menyinggung rencana selanjutnya, lelaki berusia 29 tahun itu mengaku akan terus siap jika memang masih dibutuhkan sebagai atlet. Sampai dirinya memang sudah tidak mampu lagi.
Dia pun mengaku ingin menjadi pelatih setelah tidak aktif lagi sebagai lifter lantaran kecintaannya kepada olah raga tersebut.
Penggemar olah raga sepak bola itu pun mengaku akan terus berlatih dengan bimbingan pelatih yang memiliki program terarah serta strategi.
Sementara lifter yang pernah jaya, yakni Triyatno hanya mampu berada di peringkat ke empat pada kelasnya. Sementara beberapa lifter yang diikutsertakan dalam pertandingan di Asian Games 2018 ini masih jauh dari zona medali.
Tingkatkan dan Pembinaan
Pelatih kepala tim angkat besi Indonesia pada Asian Games 2018 Dirdja Wihardja mengaku bangga karena angkat besi mencetak sejarah dengan meraih medali emas untuk kali pertama selama keikutsertaan tim Merah Putih di ajang olahraga negara-negara se-Asia.
Memang, lanjut dia, diharapkan dua medali emas dari Eko Yuli Irawan dan Sri Wahyuni, namun hanya Eko yang mampu memenuhi target tersebut.
Sementara untuk tim yang saat ini ada akan dipertahankan dan terus ditingkatkan kemampuannya untuk menghadapi seleksi Olimpiade, dan tidak akan mencari lifter lain. Apalagi, harus menyesuaikan kelas yang bakal diikuti, karena ada yang harus berubah seperti Eko Yuli Irawan kemungkinan akan pindah kelas ke 61 kilogram dari 62 kilogram.
Dirdja pun mengakui, timnya saat ini adalah "the best" karena merupakan lifter-lifter terbaik yang dipilih dari daerah-daerah termasuk catatan akhir di PON Jawa Barat lalu.
Mantan pelatih nasional yang kini menangani lifter di Balikpapan, Kaltim, Lukman menilai pembinaan terhadap Eko Yuli Irawan belum menorehkan hasil karena total angkatannya belum kembali ke posisi terbaiknya saat di London 2012 seberat 217 kilogram dan Triyatno 333 kilogram.
Artinya, lanjut dia, pelatnas yang dilakukan terhadap dua lifter tersebut belum maksimal atau justeru menurun karena tidak bisa mengembalikan ke kemampuan terbaik para atlet.
Sementara, Wakil Ketua Pengurus Besar Persatuan Angkat Berat, Binaraga, dan Angkat Besi Seluruh Indonesia Joko Pramono mengatakan, pihaknya akan mengevaluasi atlet dan pelatih terkait hasil pertandingan di Asian Games 2018.
Pada pertandingan di kelas 69 kilogram putra, lifter Indonesia Triyatno hanya menempati posisi ke empat, dan terpaut satu kilogram lebih ringan total angkatannya dari peraih perunggu. Di sana ada kesalahan teknis karena Triyatno terlambat tampil untuk mengangkat barbel pada kesempatan pertama di clean and jerk.
Itu mengapa sampai Triyatno terlambat masuk ke arena. Ini perlu ditanyakan ke pelatih, jangan sampai hal seperti itu terjadi lagi, kata dia.
Joko yang juga Ketua Pertandingan Cabang Angkat Besi Asian Games 2018 itu menilai, kelas 69 kg yang diikuti Triyatno dengan posisi ke empat, terpaut satu kilogram dari total angkatan, sebagai grup "setan" karena diikuti banyak lifter berkualitas tinggi.
Menyinggung keberlanjutan para lifter yang gagal di Asian Games, Joko mengatakan mereka masih tetap di Pelatnas karena akan menghadapi kejuaraan yang lebih besar.
Ia mengatakan pihaknya juga prihatin dengan kondisi regenerasi lifter di Tanah Air. Karena itu, lanjutnya, pada Asian Games di Jakarta ini juga dimasukkan lifter-lifter baru sehingga diharapkan bisa menjadi andalan pada masa mendatang.
Joko pun mengingatkan, PABBSI jangan selalu mengandalkan kepada Eko dan Triyatno terus. Harus segera mencari bibit penerus.
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2018