Jakarta, (Antara News) - Pengusaha yang juga Direktur Utama Lembaga Penyiaran Publik (LPP) TVRI, Helmy Yahya, mengatakan untuk menjadi pengusaha sukes membutuhkan pengalaman praktis, termasuk bagaimana menghadapi kegagalan saat menjalankan kegiatan usahanya.
"Ide saja tidak cukup perlu bekal ilmu serta pengalaman praktis," kata Helmy yang juga menjabat sebagai Dewan Komisaris sekaligus juri dan mentor kompetisi wirausaha "Diplomat Success Challenge (DSC) ke-9 di Jakarta, Kamis.
Dalam arahannya Helmy mengatakan hanya lima persen yang berhasil menjadi wirausahawan dari sekian ribu pemula yang merintis usaha.
Dalam kegiatan ini, Helmy memberikan tantangan (market challenge) kepada peserta DSC, untuk menguji penguasaan aspek strategi dan operasional bisnis (paham), solusi teknis dan inovasi (piawai) juga kepribadian sebagai pengusaha tangguh (persona).
"Asal tahu saja, beberapa pemula itu, ada yang tidak bisa berhitung, sehingga tidak tahu fixed cost (biaya tetap) dan variable cost (biaya tidak tetap) dalam menjalankan bisnis," ujar lulusan STAN (Sekolah Tinggi Akuntansi Negeri) yang juga pemilik gelar master of Professional Accounting dari Universitas Miami itu.
Kepada peserta DSC, Helmy mengatakan DSC merupakan kompetisi paling benar, serius dalam pelaksanaannya, para juri sekaligus dewan komisaris akan menghargai ide orisinil para peserta.
"Itu sebabnya peserta yang terpilih dalam kompetisi bisnis DSC ini bervariasi, ada yang baru mulai menjalankan usahanya, ada juga yang memerlukan hibah modal usaha untuk pengembangan usahanya.
"Yang pasti, kami sangat menghargai ide-ide otentik, sehingga ide harus asli, dan harus memberi manfaat. Banyak juga mereka yang menjadi socio-preneur sehingga dapat menciptakan lapangan kerja," ujarnya.
DSC merupakan ajang kompetisi pencarian wirausaha, memperebutkan total hibah modal usaha senilai Rp 2 miliar.
Helmy mengaku menemukan banyak sociopreneur dalam ajang DSC, selain juga melihat ada unsur kepahlawanan dan petualangan dari generasi milenial di sini.
Dia mencontohkan Gazan Ghafara, yang berhasil membawa produk keripik pisang 'Zanana Chips' sampai ke Tiongkok.
Ketika ditanya mengapa wirausahawan muda seperti Gazan hanya satu di antara seribu wirausahawan lainnya, Helmy menyatakan wirausahawan pemula, banyak melalui proses jatuh dan bangun kembali dari usahanya.
"Banyak faktor penyebab, seperti dukungan dari orang tua, dan kebanyakan mereka tidak melakukan analisis risiko bisnis dan kegagalan tatkala terjun sebagai pengusaha. Itulah yang menjadi perhatian kami," kata Helmy.
Helmy juga mengungkapkan aneka usaha yang bergerak di bidang pertanian dan kelautan akan lebih diutamakan, karena mereka mampu menciptakan lapangan kerja bagi banyak orang.
"Sesuai tujuan DSC, kami ingin memberi kesempatan kepada kaum muda Indonesia yang berani berwirausaha, sekaligus juga dapat memberi dampak pada lingkungan sekitar," ujar dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2018
"Ide saja tidak cukup perlu bekal ilmu serta pengalaman praktis," kata Helmy yang juga menjabat sebagai Dewan Komisaris sekaligus juri dan mentor kompetisi wirausaha "Diplomat Success Challenge (DSC) ke-9 di Jakarta, Kamis.
Dalam arahannya Helmy mengatakan hanya lima persen yang berhasil menjadi wirausahawan dari sekian ribu pemula yang merintis usaha.
Dalam kegiatan ini, Helmy memberikan tantangan (market challenge) kepada peserta DSC, untuk menguji penguasaan aspek strategi dan operasional bisnis (paham), solusi teknis dan inovasi (piawai) juga kepribadian sebagai pengusaha tangguh (persona).
"Asal tahu saja, beberapa pemula itu, ada yang tidak bisa berhitung, sehingga tidak tahu fixed cost (biaya tetap) dan variable cost (biaya tidak tetap) dalam menjalankan bisnis," ujar lulusan STAN (Sekolah Tinggi Akuntansi Negeri) yang juga pemilik gelar master of Professional Accounting dari Universitas Miami itu.
Kepada peserta DSC, Helmy mengatakan DSC merupakan kompetisi paling benar, serius dalam pelaksanaannya, para juri sekaligus dewan komisaris akan menghargai ide orisinil para peserta.
"Itu sebabnya peserta yang terpilih dalam kompetisi bisnis DSC ini bervariasi, ada yang baru mulai menjalankan usahanya, ada juga yang memerlukan hibah modal usaha untuk pengembangan usahanya.
"Yang pasti, kami sangat menghargai ide-ide otentik, sehingga ide harus asli, dan harus memberi manfaat. Banyak juga mereka yang menjadi socio-preneur sehingga dapat menciptakan lapangan kerja," ujarnya.
DSC merupakan ajang kompetisi pencarian wirausaha, memperebutkan total hibah modal usaha senilai Rp 2 miliar.
Helmy mengaku menemukan banyak sociopreneur dalam ajang DSC, selain juga melihat ada unsur kepahlawanan dan petualangan dari generasi milenial di sini.
Dia mencontohkan Gazan Ghafara, yang berhasil membawa produk keripik pisang 'Zanana Chips' sampai ke Tiongkok.
Ketika ditanya mengapa wirausahawan muda seperti Gazan hanya satu di antara seribu wirausahawan lainnya, Helmy menyatakan wirausahawan pemula, banyak melalui proses jatuh dan bangun kembali dari usahanya.
"Banyak faktor penyebab, seperti dukungan dari orang tua, dan kebanyakan mereka tidak melakukan analisis risiko bisnis dan kegagalan tatkala terjun sebagai pengusaha. Itulah yang menjadi perhatian kami," kata Helmy.
Helmy juga mengungkapkan aneka usaha yang bergerak di bidang pertanian dan kelautan akan lebih diutamakan, karena mereka mampu menciptakan lapangan kerja bagi banyak orang.
"Sesuai tujuan DSC, kami ingin memberi kesempatan kepada kaum muda Indonesia yang berani berwirausaha, sekaligus juga dapat memberi dampak pada lingkungan sekitar," ujar dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2018