Nusa Dua, Bali (Antaranews Gorontalo) - Pertemuan Tahunan Dana Moneter Internasional-Bank Dunia (IMF-WB) akan fokus membahas dua isu jangka panjang yang memengaruhi ekonomi global, ujar Presiden Bank Dunia Jim Yong Kim.

Isu-isu yang sifatnya jangka panjang disebut Kim penting untuk diperhatikan selain isu jangka pendek seperti dampak kenaikan suku bunga, penurunan harga komoditas, dan pergeseran imbal hasil obligasi.

"Dalam pertemuan satu minggu ini, kami fokus pada dua masalah yang penting bagi setiap negara yaitu perubahan iklim dan sumber daya manusia," kata Kim dalam konferensi pers di sela-sela Pertemuan Tahunan IMF-WB di Nusa Dua, Kamis.

Perubahan iklim adalah ancaman nyata bagi perkembangan global dan upaya untuk mengakhiri kemiskinan.

"Pemanasan planet sudah berdampak pada masyarakat paling miskin dan rentan," ujar Kim.

Laporan baru Panel Antarpemerintah untuk Perubahan Iklim (IPCC) menunjukkan bahwa pada tingkat emisi gas rumah kaca saat ini, tingkat pemanasan akan mencapai 1,5 derajat Celsius dalam beberapa dekade mendatang.

Ancaman ini akan memengaruhi setiap mahluk hidup di bumi, terutama mereka yang hidup di daerah yang sangat sensitif.

Negara-negara kecil kepulauan, wilayah Laut Tengah, dan Sub-Sahara Afrika diperkirakan akan menjadi yang paling menderita akibat dampak perubahan iklim.

Isu kedua yang harus diperhatikan oleh negara-negara adalah SDM, menurut Kim, mencakup aspek pendidikan, keterampilan, dan kesehatannya.

Ia menjelaskan bahwa politisi di negara kaya dan miskin sama-sama harus berjuang keras untuk mendanai fasilitas kesehatan yang lebih baik, mengalokasikan lebih banyak dana pendidikan, dan berinvestasi pada sumber daya manusia (SDM).

"Kami membutuhkan argumen yang lebih kuat. Itulah mengapa kami meluncurkan Indeks Sumber Daya Manusia sebagai instrumen untuk membantu negara-negara berinvestasi terhadap rakyatnya," kata Kim.

Kebijakan untuk membangun SDM adalah investasi paling cerdas yang dapat dilakukan negara-negara untuk mendorong pertumbuhan ekonomi jangka panjang yang inklusif.

Saat ini, seperempat jumlah anak-anak muda dunia tidak mungkin mencapai potensi penuh mereka karena kekurangan gizi kronis dan penyakit yang mengakibatkan kekerdilan, yang secara permanen mempengaruhi perkembangan kognitif anak, kinerja sekolah, dan pendapatan masa depan.

Jika anak-anak suatu negara tumbuh tidak dapat memenuhi kebutuhan tempat kerja di masa depan, negara itu akan sulit meningkatkan daya saing ekonomi.

"Jika kita menilai isu ini sebagai sebuah urgensi, kita dapat menciptakan dunia dimana semua anak-anak bisa bersekolah dan mendapat gizi yang baik. Akhirnya mereka akan tumbuh menjadi generasi terampil dan produktif untuk mencapai cita-cita dan karir," tutur Kim.

Pewarta: Yashinta Difa Pramudyani

Editor : Hence Paat


COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2018