Jakarta (Antaranews Gorontalo) - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati meyakini tekanan ekonomi global kepada domestik pada 2019 tidak akan seberat pada 2018.

Sri Mulyani dalam diskusi "Indonesia Bukan Negara Miskin" di Jakarta, Selasa, mengatakan Indonesia tetap akan menjaga stabilitas ekonomi domestik dari tekanan ekonomi global, sembari mendorong potensi-potensi pertumbuhan ekonomi, seperti investasi dan konsumsi rumah tangga.

"Kita fokus menjaga faktor-faktor pertumbuhan dan stabilitas ekonomi dalam lingkungan yang bergerak cepat," ujar dia.

Pada pertemuan Forum Ekonomi Dunia (WEF) di Davos, Swiss, Senin (22/1), Dana Moneter Internasional (IMF) memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia sebesar 0,2 persen menjadi 3,5 persen pada 2019.

Sementara untuk 2020, IMF memperkirakan ekonomi dunia hanya akan tumbuh 3,6 persen atau turun 0,1 persen dibandingkan proyeksi sebelumnya yang diumumkan pada Oktober 2018.

Baca juga: IMF: ekspansi global melemah dengan proyeksi pertumbuhan lebih rendah

Menurut Sri Mulyani, meskipun tekanan ekonomi global masih membayangi, namun perbaikan pertumbuhan ekonomi dunia pada 2019 masih memiliki momentum untuk terus berlanjut.

Meski, lanjutnya, pertumbuhan ekonomi dunia memang tidak sekencang yang diperkirakan sebelumnya.

Selain itu, saat ini, kata Sri Mulyani, pertumbuhan ekonomi global juga dipengaruhi dari ketidakpastian dinamika politik di Amerika Serikat karena masih berlangsungnya penutupan (shutdown) pemerintahan.

Negara raksasa ekonomi lain yakni China juga melakukan penyesuaian kebijakan untuk merespon ketidakpastian dari AS tersebut.

"Shutdown AS akan memperlemah pertumbuhan ekonomi di AS, di negara negara maju juga akan alami pelemahan dan China lakukan penyesuaian dengan ekonomi yang slow down," ujar Sri.

Untuk Indonesia, Sri Mulyani masih optimsitis pertumbuhan ekonomi tahun ini bisa mencapai 5,3-5,4 persen (yoy).

Pewarta: Indra Arief Pribadi

Editor : Hence Paat


COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2019