Sejumlah aktivis yang menjadi korban penculikan tahun 1998 dan keluarga korban penculikan mengimbau masyarakat untuk memilih calon presiden Joko Widodo yang dinilai tepat untuk memimpin negara Indonesia.
"Dari dua capres yang maju pada pemilu presiden tahun 2019, kami menilai Pak Jokowi yang tepat. Dia memiliki hati nurani dan kepedulian yang tinggi kepada masyarakat," kata Paian Siahaan, orang tua korban penculikan bernama Ucok Siahaan, pada konferensi pers, di Jakarta, Rabu.
Menurut Siahaan, keluarga korban penculikan berharap Joko Widodo dapat terpilih lagi untuk periode kedua, sehingga dapat meyelesaikan kasus penculikan 1998.
Budiarti, ibu dari korban penculikan bernama Gilang, penculikan terhadap aktivis 1998, sangat tidak manusia. "Anak saya yang diculik, suatu hari jenazahnya ditemukan di hutan dalam kondisi tidak utuh. Apa salah anak saya?," katanya.
Menurut dia, kasus penculikan itu terjadi pada 21 tahun lalu, tapi sampai saat ini belum jelas status korban dan pelaku penculiknya seperti apa.
Ma'rufah, ibu dari korban penculikan bernama Faisol Reza, bercerita bahwa dia menjadi panik dan sedih, ketika mengetahui anaknya diculik di Jakarta. "Saya tahu anak saya diculik, ketika membaca berita di koran," kata Ma'rufah yang tinggal di Probolinggo, Jawa Timur ini.
"Alhamdulillah, anak saya kemudian bisa bebas karena pertolongan Allah SWT. Faisol cerita, selama penculikan, dia mengalami siksaan," katanya.
Keluarga korban penculikan yang hadir, baik Paian Siahaan, Budiarti, Ma'rufah, menyerukan agar masyarakat memilih Jokowi pada pemilu 2019.
Korban penculikan. Mugiyanto, mengatakan, ada sebanyak 23 aktivis yang menjadi korban penculikan pada 1998. Dari jumlah tersebut, sembilan korban dibebaskan, sementara korban lainnya belum diketahui nasib dan statusnya hingga saat ini.
Tiga di antara korban yang dilepaskan itu hadir, yaitu Mugiyanto, Faisol Reza, Aan Rusdiyanto. Satu orang lainnya, diundang tapi tidak hadir, adalah Raharjo Waluyo Jati.
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2019