Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) menyebutkan Gunung Merapi di perbatasan Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta meluncurkan awan panas guguran pada Minggu.
Kepala BPPTKG Hanik Humaida melalui keterangan resminya menyebutkan awan panas guguran terjadi pada pukul 10:04 WIB dengan durasi 150 detik. "Awan panas guguran tidak terpantau secara visual karena cuaca berkabut," kata dia.
Selain itu, dua guguran lava juga tercatat keluar dari Gunung Merapi berdasarkan periode pengamatan mulai pukul 00:00-00:06 WIB yang mengarah ke hulu Kali Gendol dengan jarak luncur maksimum 750 meter.
Pada periode pengamatan itu, gunung teraktif di Indonesia itu juga mengalami 13 gempa guguran dengan amplitudo 3-42 mm selama 10-79 detik, satu kali gempa frekuensi rendah dengan amplitudo 3 mm selama 11 detik, dan satu kali gempa hybrid dengan amplitudo 2 mm dan durasi 3.5 detik.
Hasil pengamatan visual menunjukkan asap kawah bertekanan lemah teramati berwarna putih dengan intensitas tipis, sedang, hingga tebal dan tinggi 50 meter di atas puncak kawah.
Angin di gunung itu bertiup lemah ke arah tenggara, selatan, barat daya, dan barat dengan suhu udara 17-20.8 derajat celcius, kelembaban udara 49-85 persen, dan tekanan udara 602-707.7 mmHg.
Hingga saat ini BPPTKG mempertahankan status Gunung Merapi pada Level II atau Waspada dan untuk sementara tidak merekomendasikan kegiatan pendakian kecuali untuk kepentingan penyelidikan dan penelitian yang berkaitan dengan mitigasi bencana.
BPPTKG mengimbau warga tidak melakukan aktivitas dalam radius tiga kilometer dari puncak Gunung Merapi.
Sehubungan semakin jauhnya jarak luncur awan panas guguran Merapi, BPPTKG mengimbau warga yang tinggal di kawasan alur Kali Gendol meningkatkan kewaspadaan.
Masyarakat juga diminta tidak terpancing isu-isu mengenai erupsi Gunung Merapi yang tidak jelas sumbernya dan tetap mengikuti arahan aparat pemerintah daerah atau menanyakan langsung ke Pos Pengamatan Gunung Merapi atau kantor BPPTKG, atau melalui media sosial BPPTKG.*
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2019
Kepala BPPTKG Hanik Humaida melalui keterangan resminya menyebutkan awan panas guguran terjadi pada pukul 10:04 WIB dengan durasi 150 detik. "Awan panas guguran tidak terpantau secara visual karena cuaca berkabut," kata dia.
Selain itu, dua guguran lava juga tercatat keluar dari Gunung Merapi berdasarkan periode pengamatan mulai pukul 00:00-00:06 WIB yang mengarah ke hulu Kali Gendol dengan jarak luncur maksimum 750 meter.
Pada periode pengamatan itu, gunung teraktif di Indonesia itu juga mengalami 13 gempa guguran dengan amplitudo 3-42 mm selama 10-79 detik, satu kali gempa frekuensi rendah dengan amplitudo 3 mm selama 11 detik, dan satu kali gempa hybrid dengan amplitudo 2 mm dan durasi 3.5 detik.
Hasil pengamatan visual menunjukkan asap kawah bertekanan lemah teramati berwarna putih dengan intensitas tipis, sedang, hingga tebal dan tinggi 50 meter di atas puncak kawah.
Angin di gunung itu bertiup lemah ke arah tenggara, selatan, barat daya, dan barat dengan suhu udara 17-20.8 derajat celcius, kelembaban udara 49-85 persen, dan tekanan udara 602-707.7 mmHg.
Hingga saat ini BPPTKG mempertahankan status Gunung Merapi pada Level II atau Waspada dan untuk sementara tidak merekomendasikan kegiatan pendakian kecuali untuk kepentingan penyelidikan dan penelitian yang berkaitan dengan mitigasi bencana.
BPPTKG mengimbau warga tidak melakukan aktivitas dalam radius tiga kilometer dari puncak Gunung Merapi.
Sehubungan semakin jauhnya jarak luncur awan panas guguran Merapi, BPPTKG mengimbau warga yang tinggal di kawasan alur Kali Gendol meningkatkan kewaspadaan.
Masyarakat juga diminta tidak terpancing isu-isu mengenai erupsi Gunung Merapi yang tidak jelas sumbernya dan tetap mengikuti arahan aparat pemerintah daerah atau menanyakan langsung ke Pos Pengamatan Gunung Merapi atau kantor BPPTKG, atau melalui media sosial BPPTKG.*
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2019