Gorontalo,  (ANTARA GORONTALO) - "Rasa memiliki membuat saya bertahan menjaga tiga pulau ini, apalagi ada penyu yang harus saya perjuangkan untuk tetap hidup," ucap Ismail Kulupani (55).

Pria ini dulu adalah seorang nelayan asli Desa Dunu, Kecamatan Monano Kabupaten Gorontalo Utara, yang kini menjadi jagawana (penjaga hutan) di Cagar Alam Mas Popaya Raja.

Melalui rekomendasi sejumlah peneliti dari LIPI, ia kemudian diangkat menjadi PNS di Balai Konservasi Sumberdaya Alam (BKSDA) Sulawesi Utara pada tahun 1987.

"Dulu, saya membantu para peneliti itu mengidentifikasi tumbuhan dan hewan di cagar alam, kemudian mereka merekomendasikan saya kepada pemerintah untuk diangkat jadi PNS," ungkapnya.

Berstatus PNS tak membuat dirinya bergelimang fasilitas saat bertugas patroli ke Pulau Mas, Pulau Popaya dan Pulau Raja yang berada di seberang lautan.

Setiap bertugas, ia hanya menggunakan perahu dengan panjang 4 meter yang bermesin sederhana, serta sebuah parang.

Hewan yang paling dijaganya adalah penyu. Di cagar alam tersebut ada empat jenis penyu yakni penyu sisik, penyu tempayan, penyu hijau dan penyu belimbing.

"Paling banyak jenisnya adalah penyu sisik. Telur dan dagingnya diburu untuk dimakan atau dijual dengan harga sekitar Rp600 ribu untuk satu penyu besar," jelasnya.

Karena khawatir penyu di cagar alam itu akan punah, Ismail membawa pulang telur penyu yang ditemukannya ke Desa Dunu dan menangkarkannya.

Ia menggunakan uang pribadinya untuk membeli bensin saat patroli di pulau dan memberi makan ratusan tukik, karena tak ada biaya operasional dari kantornya untuk itu.

Padahal, anak-anak penyu tersebut harus diberi makan selama empat hingga enam bulan, sebelum dilepas kembali ke laut.

Beberapa kejadian tragis yang dialaminya tak lantas membuatnya trauma atau bosan menjalani pekerjaannya.

Ia pernah beberapa jam mengapung di tengah laut karena perahunya terbalik dan akhirnya selamat karena terdampar di Pulau Popaya.

Kejadian lain, ia pernah dilempari bom ikan oleh sekelompok nelayan yang ketahuan sedang menangkap ikan dengan bom di perairan sekitar pulau.

"Saya anggap semua kejadian itu sebagai pengalaman berharga. Bahkan bila saya sudah pensiun pun, saya berniat untuk tetap menjaga penyu dan semua yang ada di cagar alam ini," tukasnya.

Ya, kecintaan pada penyu membuatnya bertahan selama 27 tahun dan entah sampai kapan.

Pewarta: Debby Hariyanti Mano

Editor : Hence Paat


COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2014