Surabaya, (ANTARA GORONTALO) - Industri film Indonesia diyakini masih sangat menjanjikan bagi pelaku bisnis perfilman di Tanah Air karena mulai tumbuhnya minat masyarakat menonton film layar lebar.

"Memproduksi film layar lebar berisiko tinggi. Kalau dapat animo positif dari masyarakat ya bisa untung besar, jika tidak ya rugi," kata CEO Berlian Entertainment (rumah produksi film layar lebar Mantan Terindah) Dino Hamid, ditemui pada "roadshow" Film Mantan Terindah, di Surabaya.

Untuk itu, ungkap dia, perusahaan film tersebut melakukan serangkaian strategi promosi tersendiri guna menarik minat masyarakat menikmati karya filmnya. Salah satunya, dengan menggunakan "pre-sell" sejumlah tiket di tujuh kota sebagai titik roadshow film keduanya.

"Ketujuh kota itu antara lain Surabaya, Malang, Yogyakarta, Makassar, Jabodetabek, Bandung, dan Semarang," ujarnya.

Pada pelaksanaan pre-sell itu, harap dia, bisa menjual sebanyak 50.000 tiket. Dengan penjualan film dari strategi pasar itu, pihaknya akan menggunakan hal tersebut sebagai tolok ukur besar atau kecilnya animo pasar.

"Kunci utama adalah bagaimana minat masyarakat yang muncul pada hari pertama. Jika positif, ya kecil kemungkinan film itu bisa turun layar," ucapnya.

Ia optimistis, dengan besarnya daya tarik pasar perfilman di Tanah Air maka film yang akan tayang perdana pada tanggal 6 November itu bisa balik modal ketika telah mencatat antara 300.000 hingga 400.000 penonton.

"Pada film kedua yang kami produksi ini, prosesnya memang dimulai sejak nol dan inti ceritanya tentang sikap manusia untuk memilih takdir atau memperjuangkan cinta. Sementara, film pertama kami adalah NOAH yang dibuat dengan konsep dokumenter," tuturnya.

Pada roadshow di Surabaya tampak sejumlah pemain dan sutradara film tersebut menyapa beberapa mahasiswa di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Perbanas Surabaya.

Sutradara Film Mantan Terindah, Farishad Latjuba mengemukakan, langkah bisnisnya dengan mengenalkan film ke kalangan mahasiswa memang sesuai dengan target pasar film yang diproduksinya bersama Marcella Zalianty. Khususnya mereka yang berusia antara 17-25 tahun.

"Kendala membuat film ini terletak pada penggarapan ide cerita yang membutuhkan waktu hingga satu tahun. Bahkan kami sempat mengadakan lomba cerita pendek untuk menemukan ide cerita yang tepat dari sekitar 250 cerpen yang terkumpul," katanya.

Pewarta:

Editor : Hence Paat


COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2014