Gorontalo, 17/9 (ANTARA GORONTALO) - Pemantauan Badan Pusat Statistik (BPS) tentang harga-harga perdesaan lima kabupaten di Provinsi Gorontalo pada Agustus 2014, Nilai Tukar Petani (NTP)) turun 0,09 persen dibandingkan Agustus 2014 dari 101,75 menjadi 101,66.
Kepala BPS Provinsi Gorontalo Ihsanurijal, Rabu, mengatakan, penurunan NTP pada Agustus 2014 disebabkan adanya penurunan indeks harga barang dan jasa, yang dikonsumsi oleh rumah tangga maupun untuk keperluan produksi pertanian.
Pada periode Februari 2013 hinggs Agustus 2014, NTP Provinsi Gorontalo tertinggi terjadi pada bulan Mei 2013 sebesar 102,08 dan terendah terjadi pada bulan Agustus 2013 sebesar 99,13.
Menurutnya, penurunan disebabkan oleh turunnya tiga NTP yaitu Subsektor Tanaman Pangan turun sebesar 0,90 persen, Subsektor Hortikultura sebesar 0,28 persen, dan Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat sebesar 0,51 persen.
Sebaliknya, dua lainnya mengalami kenaikan yaitu NTP Subsektor Peternakan sebesar 1,18 persen dan NTP Subsektor Perikanan sebesar 0,06 persen.
Ia menjelaskan, NTP merupakan perbandingan indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani, dan sebagai indikator untuk melihat tingkat daya beli petani di perdesaan.
NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi.
Dari 10 provinsi di Kawasan Timur Indonesia ada delapan provinsi yang NTP-nya berada di atas angka 100.
NTP tertinggi dicapai oleh Sulawesi Selatan dengan nilai 105,28 yang diikuti Maluku Utara 104,15, Sulawesi Barat 102,74, Sulawesi Tengah 102,71, Gorontalo 101,66, Sulawesi Tenggara 101,57, Maluku sebesar 101,08 dan Papua Barat sebesar 100,29.
Sedangkan Nilai Tukar Petani terendah terjadi pada Provinsi Papua sebesar 97,26 kemudian Sulawesi Utara dengan 99,75.
NTP nasional sebesar 102,06 mengalami penurunan sebesar 0,06 persen dari bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 102,12.
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2014
Kepala BPS Provinsi Gorontalo Ihsanurijal, Rabu, mengatakan, penurunan NTP pada Agustus 2014 disebabkan adanya penurunan indeks harga barang dan jasa, yang dikonsumsi oleh rumah tangga maupun untuk keperluan produksi pertanian.
Pada periode Februari 2013 hinggs Agustus 2014, NTP Provinsi Gorontalo tertinggi terjadi pada bulan Mei 2013 sebesar 102,08 dan terendah terjadi pada bulan Agustus 2013 sebesar 99,13.
Menurutnya, penurunan disebabkan oleh turunnya tiga NTP yaitu Subsektor Tanaman Pangan turun sebesar 0,90 persen, Subsektor Hortikultura sebesar 0,28 persen, dan Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat sebesar 0,51 persen.
Sebaliknya, dua lainnya mengalami kenaikan yaitu NTP Subsektor Peternakan sebesar 1,18 persen dan NTP Subsektor Perikanan sebesar 0,06 persen.
Ia menjelaskan, NTP merupakan perbandingan indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani, dan sebagai indikator untuk melihat tingkat daya beli petani di perdesaan.
NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi.
Dari 10 provinsi di Kawasan Timur Indonesia ada delapan provinsi yang NTP-nya berada di atas angka 100.
NTP tertinggi dicapai oleh Sulawesi Selatan dengan nilai 105,28 yang diikuti Maluku Utara 104,15, Sulawesi Barat 102,74, Sulawesi Tengah 102,71, Gorontalo 101,66, Sulawesi Tenggara 101,57, Maluku sebesar 101,08 dan Papua Barat sebesar 100,29.
Sedangkan Nilai Tukar Petani terendah terjadi pada Provinsi Papua sebesar 97,26 kemudian Sulawesi Utara dengan 99,75.
NTP nasional sebesar 102,06 mengalami penurunan sebesar 0,06 persen dari bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 102,12.
Editor : Hence Paat
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2014