Gorontalo, (ANTARA GORONTALO) - Permintaan tabung dan elpiji 12 kg di Kabupaten Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo, normal meski kenaikan harga cukup signifikan mencapai Rp190 ribu.

Distributor tabung dan gas elpiji di Desa Moluo, Kecamatan Kwandang yang berada di pusat ibu kota kabupaten ini, Saidah Sampara, Kamis, mengatakan, permintaan tabung dan gas elpiji 12 kg tetap normal meski harga elpiji sebelumnya Rp165 ribu meningkat menjadi Rp190 ribu.

Sedangkan harga tabung ukuran 12 kg mencapai Rp800 ribu per buah.

Perempuan berjilbab ini mengaku, rata-rata pengguna elpiji ukuran tersebut adalah pelaku usaha maupun perusahaan sehingga meski harga naik namun permintaan tetap normal.

Ia mengatakan, setiap pekan hanya menyediakan sebanyak 20 tabung saja mengingat pembelian elpiji ukuran 12 kg memang tidak banyak.

"Rata-rata pengguna elpiji ukuran ini adalah pelaku usaha maupun perusahaan besar di daerah ini, sehingga permintaannya tidak bertambah apalagi berkurang," ujarnya.

Ia menduga, mahalnya harga menyebabkan masyarakat enggan menggunakan elpiji non subsidi tersebut, bahkan diakuinya banyak pelaku usaha seperti rumah makan lebih menggunakan elpiji 3 kg.

Sementara itu, Rudi Hartono, humas salah satu perusahaan yang bergerak di bidang investasi perkayuan kabupaten ini mengaku, pihaknya memang hanya menggunakan tabung elpiji ukuran 12 kg.

"Harga yang berlaku tidak menjadi soal, sebab bahan bakar ini memang sangat dibutuhkan perusahaan untuk keperluan logistik karyawan, yang penting stoknya tersedia dan tidak sulit dicari," ujarnya.

Berbeda dengan Haris salah seorang pengelola rumah makan di Limboto, pusat ibu kota Kabupaten Gorontalo yang mengaku sangat merasakan dampak kenaikan elpiji ukuran 12 kg yang dinilai cukup memberatkan.

Pasalnya harga isi ulang di Gorontalo termasuk sangat tinggi, apalagi pembelian harga tabung ukuran ini mencapai Rp800 ribu.

"Meski tidak harus membeli tabung, namun harga gas elpiji ukuran 12 kg sangat berpengaruh pada pelayanan usahanya tersebut," ujarnya yang memilih mengurangi takaran daripada harus menaikkan harga agar tidak sepi pelanggan.

Ia berharap, pemerintah daerah dan pertamina bekerja sama mengintensifkan pengawasan terkait penjualan gas elpiji bersubsidi.

Sebab masih ada pengelola rumah makan maupun usaha lainnya yang menggunakan elpiji ukuran 3 kg, sehingga pemerataan perlu dilakukan agar bahan bakar subsidi tersebut benar-benar hanya digunakan oleh masyarakat sasaran.

Ia sendiri enggan menggunakan elpiji 3 kg bersubsidi, sebab menyadari tidak berhak menggunakannya.

"Jika pengawasan penyaluran penggunaan elpiji subsidi lebih intensif, dipastikan tidak akan salah sasaran," ujarnya. 

Pewarta: Susanti Sako

Editor : Hence Paat


COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2014