Rasa manis bagi penderita penyakit diabetes mellitus (kencing manis) agaknya terus menjadi momok yang menakutkan sehingga persepsi agar menghindari atau bahkan anti untuk mengonsumsinya tidak bisa dihindari.
Salah satunya, adalah buah kurma (Phoenix dactylifera), yang biasanya muncul di saat musim haji dan umrah -- sebagai oleh-oleh bagi mereka usai menjalani ibadah itu -- dan juga pada saat bulan Ramadhan tiba.
Sama seperti halnya madu yang dihasilkan oleh lebah (Apis sp) yang terkandung di dalamnya rasa manis, ikhwal buah kurma ini, apakah aman dikonsumsi bagi "diabetasi" -- sebutan umum bagi penderita diabetes -- juga menjadi perdebatan.
Hanya saja, dalam kajian agama Islam, baik madu maupun kurma, sudah ditegaskan, baik di dalam Kita Suci Al Quran dan juga hadits-hadits Nabi Muhammad SAW bahwa keduanya digaransi memiliki manfaat bagi kesehatan.
Dalam laman Jama'ah Salahuddin Universitas Gadjah Mada (UGM) (http://js.ugm.ac.id/2019/02/09/kurma-dalam-perspektif-quran-hadit
s-dan-sains/) berjudul "Kurma dalam Perspektif Qur’an, Hadits, dan Sains" disebutkan bahwa Allah SWT menyebutkan mengenai kurma itu dalam Q.S Ar-Ra'd ayat 4.
Ayat 4 dalam surah Ar-Ra'ad itu berbunyi: "Dan di Bumi ini terdapat bagian-bagian yang berdampingan, dan kebun-kebun anggur, tanaman-tanaman, dan pohon kurma yang bercabang dan yang tidak bercabang, disirami dengan air yang sama. Kami melebihkan sebagian tanaman-tanaman itu atas sebagian yang lain tentang rasanya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berfikir".
Keistimewaan lainnya, karena Allah SWT menyebutnya sebanyak 20 kali di 16 surah yang berbeda dalam Al Quran, dan Rasulullah Muhammad SAW menjadikan kurma sehari-hari sebagai makanan wajib keluarga.
Buah ini dapat dikonsumsi tanpa mengenal batas usia, dari ujung akar sampai daun memiliki manfaat, dapat bertahan dalam suhu tinggi hingga 50 derajat Celcius dan dalam kadar garam yang ekstrem, memiliki jangka waktu kedaluwarsa hingga 1,5 tahun -- untuk kurma yang berkualitas dan disimpan dengan teknik yang baik -- dan unik karena dari dua jenis tanaman kurma, yaitu jantan dan betina, hanya tanaman kurma betina saja yang dapat menghasilkan buah (6-7 bulan).
Sebagai mukjizat, tentu Allah SWT yang menyebutkan kurma hingga 20 kali dalam Al Quran menjadi garansi dan pemastian mengenai manfaat dari buah itu.
Penelitian mahasiswa IPB
Bila merujuk pada sejumlah penelitian, telah ada pembuktian bahwa indeks glikemik kurma tergolong rendah hingga sedang.
Ukuran kalori jika dengan indeks glikemik tergolong rendah adalah (< 55) atau sedang (55-70).
Terdapat beberapa jenis kurma yang beredar di pasaran mempunyai indeks glikemik sekitar 46 atau termasuk indeks glikemik rendah, namun ada pula kurma yang kering mempunyai indeks glikemik 100 sehingga perlu untuk memilih dengan baik.
Untuk memvalidasi manfaat dari kurma -- di mana salah satu bagiannya adalah biji -- sebuah penelitian yang dilakukan tim mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) menghasilkan temuan bahwa biji kurma bisa menjadi obat antidiabetes.
"Sektor industri juga dapat memanfaatkan hasil penelitian ini sebagai bagian dari inovasi produk antidiabetes. Bagi masyarakat, penelitian ini memberikan pengetahuan mengenai khasiat biji kurma sebagai antidiabetes," kata Lisa Giovanny, mahasiswi IPB yang menjadi ketua tim peneliti.
Lisa bersama sejawatnya mahasiswa IPB dari Program Studi Biokimia, yakni Faliha Arinda L dan Nurul Marfira melakukan riset itu melalui kegiatan Program Kreativitas Mahasiswa bidang Penelitian (PKM PE) 2019.
Dalam penelitian yang dibimbing dosen Dr Laksmi Ambarsari, MS dari Departemen Biokimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) IPB University, judul yang diangkat adalah "Bima Sakti : Biji Kurma (Phoenix dactilyfera L.) sebagai Antidiabetes dengan Mekanisme Kinetika Inhibisi terhadap alfa-Glukosidase"
Ia menjelaskan bahwa biji kurma mengandung metabolit sekunder berupa "flavonoid" dan "saponin" yang mampu menghambat "alfa-glukosidase", enzim kunci pada metabolisme karbohidrat.
Penelitian sebelumnya, kata dia, telah membuktikan bahwa ekstrak air, etanol, metanol dan aseton mampu mengambat "alfa-glukosidase", tetapi belum ada studi yang menjelaskan aktivitas penghambatan ekstrak etanol 70 persen biji kurma terhadap "alfa-glukosidase" dengan mekanisme kinetika inhibisinya.
Menghambat "alfa-glukosidase"
Dikemukakannya bahwa penelitian itu bertujuan mengukur aktivitas ekstrak etanol 70 persen biji kurma dengan mekanisme kinetika inhibisi terhadap α-glukosidase.
"Hasil riset menunjukkan bahwa ekstrak etanol 70 persen biji kurma mampu menginhibisi enzim alfa-glukosidase dengan persentase inhibisi sebesar 61 persen pada konsentrasi 1.000 ppm," katanya.
Hasil penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa ekstrak etanol 70 persen biji kurma menginhibisi "alfa-glukosidase" secara campuran.
Selain itu, penelitian itu juga menunjukkan hasil bahwa ekstrak etanol 70 persen biji kurma menghambat "alfa-glukosidase" secara kompetitif dan nonkompetitif dengan substratnya.
"Dari hasil riset ini harapannya dihasilkan inovasi produk antidiabetes yang efektif dan aman dari ekstrak etanol 70 persen biji kurma," katanya.
Penelitian tersebut juga diharapkan menghasilkan artikel ilmiah mengenai aktivitas biji kurma dalam menghambat "alfa-glukosidase" dengan mekanisme kinetika inhibisi enzim.
"Penelitian mengenai manfaat biji kurma ini juga diharapkan menghasilkan paten sebagai obat antidiabetes," katanya.
Bagi tim, penelitian itu banyak memberikan manfaat bagi mahasiswa dan perguruan tinggi serta memberikan sumbangsih ilmu pengetahuan potensi biji kurma sebagai obat antidiabetes.
Ia menambahkan bahwa menurut data organisasi kesehatan dunia (WHO), diabetes adalah penyakit kronis yang terjadi ketika pankreas tidak memroduksi cukup insulin (hormon yang meregulasi gula darah atau glukosa) atau ketika tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang telah diproduksi secara efektif.
Berbagai upaya telah dilakukan untuk menangani kejadian diabetes mellitus, salah satunya dengan menghambat kerja "alfa-glukosidase" yang merupakan enzim kunci dalam pencernaan karbohidrat dan proses inhibisi "alfa-glukosidase" dianggap efektif untuk menunda pemecahan karbohidrat dalam usus halus serta mampu menurunkan kadar abnormal glukosa darah pada penderita diabetes.
Penghambatan kerja "alfa-glukosidase", kata dia, biasanya dilakukan melalui konsumsi obat komersial yang beredar di masyarakat.
Ia menjelaskan obat komersial yang biasa digunakan untuk menginhibisi "alfa-glukosidase", di antaranya "acarbose", "voglibose", dan "miglitol".
Namun konsumsi obat komersial tersebut memberikan efek samping seperti mual, muntah, kejang perut serta hepatotoksisitas.
Karena itu, penelitian tersebut, menurut Lisa Giovanny, bermanfaat agar mahasiswa tertarik melakukan penelitian tentang pemanfaatan bahan aktif dari bahan alam seperti biji kurma yang berkhasiat sebagai antidiabetes.
Kini, dengan perkembangan penelitian yang ada, maka para diabetasi dapat semakin yakin bahwa harapan bagi kesembuhan mereka mendapatkan penguatan dari studi-studi ilmiah.
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2019
Salah satunya, adalah buah kurma (Phoenix dactylifera), yang biasanya muncul di saat musim haji dan umrah -- sebagai oleh-oleh bagi mereka usai menjalani ibadah itu -- dan juga pada saat bulan Ramadhan tiba.
Sama seperti halnya madu yang dihasilkan oleh lebah (Apis sp) yang terkandung di dalamnya rasa manis, ikhwal buah kurma ini, apakah aman dikonsumsi bagi "diabetasi" -- sebutan umum bagi penderita diabetes -- juga menjadi perdebatan.
Hanya saja, dalam kajian agama Islam, baik madu maupun kurma, sudah ditegaskan, baik di dalam Kita Suci Al Quran dan juga hadits-hadits Nabi Muhammad SAW bahwa keduanya digaransi memiliki manfaat bagi kesehatan.
Dalam laman Jama'ah Salahuddin Universitas Gadjah Mada (UGM) (http://js.ugm.ac.id/2019/02/09/kurma-dalam-perspektif-quran-hadit
s-dan-sains/) berjudul "Kurma dalam Perspektif Qur’an, Hadits, dan Sains" disebutkan bahwa Allah SWT menyebutkan mengenai kurma itu dalam Q.S Ar-Ra'd ayat 4.
Ayat 4 dalam surah Ar-Ra'ad itu berbunyi: "Dan di Bumi ini terdapat bagian-bagian yang berdampingan, dan kebun-kebun anggur, tanaman-tanaman, dan pohon kurma yang bercabang dan yang tidak bercabang, disirami dengan air yang sama. Kami melebihkan sebagian tanaman-tanaman itu atas sebagian yang lain tentang rasanya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berfikir".
Keistimewaan lainnya, karena Allah SWT menyebutnya sebanyak 20 kali di 16 surah yang berbeda dalam Al Quran, dan Rasulullah Muhammad SAW menjadikan kurma sehari-hari sebagai makanan wajib keluarga.
Buah ini dapat dikonsumsi tanpa mengenal batas usia, dari ujung akar sampai daun memiliki manfaat, dapat bertahan dalam suhu tinggi hingga 50 derajat Celcius dan dalam kadar garam yang ekstrem, memiliki jangka waktu kedaluwarsa hingga 1,5 tahun -- untuk kurma yang berkualitas dan disimpan dengan teknik yang baik -- dan unik karena dari dua jenis tanaman kurma, yaitu jantan dan betina, hanya tanaman kurma betina saja yang dapat menghasilkan buah (6-7 bulan).
Sebagai mukjizat, tentu Allah SWT yang menyebutkan kurma hingga 20 kali dalam Al Quran menjadi garansi dan pemastian mengenai manfaat dari buah itu.
Penelitian mahasiswa IPB
Bila merujuk pada sejumlah penelitian, telah ada pembuktian bahwa indeks glikemik kurma tergolong rendah hingga sedang.
Ukuran kalori jika dengan indeks glikemik tergolong rendah adalah (< 55) atau sedang (55-70).
Terdapat beberapa jenis kurma yang beredar di pasaran mempunyai indeks glikemik sekitar 46 atau termasuk indeks glikemik rendah, namun ada pula kurma yang kering mempunyai indeks glikemik 100 sehingga perlu untuk memilih dengan baik.
Untuk memvalidasi manfaat dari kurma -- di mana salah satu bagiannya adalah biji -- sebuah penelitian yang dilakukan tim mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) menghasilkan temuan bahwa biji kurma bisa menjadi obat antidiabetes.
"Sektor industri juga dapat memanfaatkan hasil penelitian ini sebagai bagian dari inovasi produk antidiabetes. Bagi masyarakat, penelitian ini memberikan pengetahuan mengenai khasiat biji kurma sebagai antidiabetes," kata Lisa Giovanny, mahasiswi IPB yang menjadi ketua tim peneliti.
Lisa bersama sejawatnya mahasiswa IPB dari Program Studi Biokimia, yakni Faliha Arinda L dan Nurul Marfira melakukan riset itu melalui kegiatan Program Kreativitas Mahasiswa bidang Penelitian (PKM PE) 2019.
Dalam penelitian yang dibimbing dosen Dr Laksmi Ambarsari, MS dari Departemen Biokimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) IPB University, judul yang diangkat adalah "Bima Sakti : Biji Kurma (Phoenix dactilyfera L.) sebagai Antidiabetes dengan Mekanisme Kinetika Inhibisi terhadap alfa-Glukosidase"
Ia menjelaskan bahwa biji kurma mengandung metabolit sekunder berupa "flavonoid" dan "saponin" yang mampu menghambat "alfa-glukosidase", enzim kunci pada metabolisme karbohidrat.
Penelitian sebelumnya, kata dia, telah membuktikan bahwa ekstrak air, etanol, metanol dan aseton mampu mengambat "alfa-glukosidase", tetapi belum ada studi yang menjelaskan aktivitas penghambatan ekstrak etanol 70 persen biji kurma terhadap "alfa-glukosidase" dengan mekanisme kinetika inhibisinya.
Menghambat "alfa-glukosidase"
Dikemukakannya bahwa penelitian itu bertujuan mengukur aktivitas ekstrak etanol 70 persen biji kurma dengan mekanisme kinetika inhibisi terhadap α-glukosidase.
"Hasil riset menunjukkan bahwa ekstrak etanol 70 persen biji kurma mampu menginhibisi enzim alfa-glukosidase dengan persentase inhibisi sebesar 61 persen pada konsentrasi 1.000 ppm," katanya.
Hasil penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa ekstrak etanol 70 persen biji kurma menginhibisi "alfa-glukosidase" secara campuran.
Selain itu, penelitian itu juga menunjukkan hasil bahwa ekstrak etanol 70 persen biji kurma menghambat "alfa-glukosidase" secara kompetitif dan nonkompetitif dengan substratnya.
"Dari hasil riset ini harapannya dihasilkan inovasi produk antidiabetes yang efektif dan aman dari ekstrak etanol 70 persen biji kurma," katanya.
Penelitian tersebut juga diharapkan menghasilkan artikel ilmiah mengenai aktivitas biji kurma dalam menghambat "alfa-glukosidase" dengan mekanisme kinetika inhibisi enzim.
"Penelitian mengenai manfaat biji kurma ini juga diharapkan menghasilkan paten sebagai obat antidiabetes," katanya.
Bagi tim, penelitian itu banyak memberikan manfaat bagi mahasiswa dan perguruan tinggi serta memberikan sumbangsih ilmu pengetahuan potensi biji kurma sebagai obat antidiabetes.
Ia menambahkan bahwa menurut data organisasi kesehatan dunia (WHO), diabetes adalah penyakit kronis yang terjadi ketika pankreas tidak memroduksi cukup insulin (hormon yang meregulasi gula darah atau glukosa) atau ketika tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang telah diproduksi secara efektif.
Berbagai upaya telah dilakukan untuk menangani kejadian diabetes mellitus, salah satunya dengan menghambat kerja "alfa-glukosidase" yang merupakan enzim kunci dalam pencernaan karbohidrat dan proses inhibisi "alfa-glukosidase" dianggap efektif untuk menunda pemecahan karbohidrat dalam usus halus serta mampu menurunkan kadar abnormal glukosa darah pada penderita diabetes.
Penghambatan kerja "alfa-glukosidase", kata dia, biasanya dilakukan melalui konsumsi obat komersial yang beredar di masyarakat.
Ia menjelaskan obat komersial yang biasa digunakan untuk menginhibisi "alfa-glukosidase", di antaranya "acarbose", "voglibose", dan "miglitol".
Namun konsumsi obat komersial tersebut memberikan efek samping seperti mual, muntah, kejang perut serta hepatotoksisitas.
Karena itu, penelitian tersebut, menurut Lisa Giovanny, bermanfaat agar mahasiswa tertarik melakukan penelitian tentang pemanfaatan bahan aktif dari bahan alam seperti biji kurma yang berkhasiat sebagai antidiabetes.
Kini, dengan perkembangan penelitian yang ada, maka para diabetasi dapat semakin yakin bahwa harapan bagi kesembuhan mereka mendapatkan penguatan dari studi-studi ilmiah.
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2019