Sejumlah juru mudi taksi laut Saronde di Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo, mengakui, jika pendapatan mereka mengalami penurunan drastis di musim kemarau saat ini.
Seperti yang diungkap Anwar Hutulo, warga Desa Malambe, dan Arifin dari Desa Panelo, keduanya di Kecamatan Ponelo Kepulauan, Kamis.
Anwar mengaku, berprofesi sebagai juru mudi taksi laut Saronde. "Sehari-hari, saya melayani penumpang antar pulau, termasuk yang akan berwisata ke Pulau Saronde," ujarnya.
Anwar menuturkan, saat musim kemarau melanda wilayah itu hingga saat ini, pendapatannya turun drastis karena petani dan nelayan menurunkan aktivitas mereka.
"Rata-rata warga di daerah ini berprofesi sebagai petani dan nelayan, saat musim kemarau dan angin kencang yang juga melanda perairan, mereka sulit beraktivitas," ungkap Anwar.
Dampaknya kata dia, pendapatan juru mudi taksi laut pun ikut turun.
"Kadang-kadang dalam sehari tidak mendapatkan apa-apa, bahkan harus nombok uang bensin," tuturnya.
Ia berharap, pemerintah daerah setempat, merealisasikan pelaksanaan gelaran pariwisata yang dapat berdampak bagi masyarakat khususnya juru mudi taksi laut.
Ia mencontohkan, Festival Saronde sangat memberikan keuntungan bagi perekonomian masyarakat lokal termasuk juru mudi taksi laut.
"Saat festival berlangsung, setiap hari kami bisa meraup keuntungan minimal Rp400 ribu, bahkan jika beruntung bisa mencapai Rp2 juta per hari," ungkap Anwar.
Ia mengaku, telah mengaspirasikan keluhan para juru mudi taksi laut ke Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) setempat, agar bisa disampaikan ke pemerintah daerah terkait pelaksanaan agenda tahunan Festival Saronde agar terus digelar di Pulau Saronde, sebab dampaknya sangat dirasakan masyarakat.
Kondisi yang sama diungkap Arifin, juru mudi taksi laut Saronde dari Desa Ponelo.
Ia mengaku, saat objek wisata bahari di Kecamatan Ponelo Kepulauan sepi pengunjung, dirinya sering tidak mendapatkan penghasilan sepeserpun.
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2019
Seperti yang diungkap Anwar Hutulo, warga Desa Malambe, dan Arifin dari Desa Panelo, keduanya di Kecamatan Ponelo Kepulauan, Kamis.
Anwar mengaku, berprofesi sebagai juru mudi taksi laut Saronde. "Sehari-hari, saya melayani penumpang antar pulau, termasuk yang akan berwisata ke Pulau Saronde," ujarnya.
Anwar menuturkan, saat musim kemarau melanda wilayah itu hingga saat ini, pendapatannya turun drastis karena petani dan nelayan menurunkan aktivitas mereka.
"Rata-rata warga di daerah ini berprofesi sebagai petani dan nelayan, saat musim kemarau dan angin kencang yang juga melanda perairan, mereka sulit beraktivitas," ungkap Anwar.
Dampaknya kata dia, pendapatan juru mudi taksi laut pun ikut turun.
"Kadang-kadang dalam sehari tidak mendapatkan apa-apa, bahkan harus nombok uang bensin," tuturnya.
Ia berharap, pemerintah daerah setempat, merealisasikan pelaksanaan gelaran pariwisata yang dapat berdampak bagi masyarakat khususnya juru mudi taksi laut.
Ia mencontohkan, Festival Saronde sangat memberikan keuntungan bagi perekonomian masyarakat lokal termasuk juru mudi taksi laut.
"Saat festival berlangsung, setiap hari kami bisa meraup keuntungan minimal Rp400 ribu, bahkan jika beruntung bisa mencapai Rp2 juta per hari," ungkap Anwar.
Ia mengaku, telah mengaspirasikan keluhan para juru mudi taksi laut ke Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) setempat, agar bisa disampaikan ke pemerintah daerah terkait pelaksanaan agenda tahunan Festival Saronde agar terus digelar di Pulau Saronde, sebab dampaknya sangat dirasakan masyarakat.
Kondisi yang sama diungkap Arifin, juru mudi taksi laut Saronde dari Desa Ponelo.
Ia mengaku, saat objek wisata bahari di Kecamatan Ponelo Kepulauan sepi pengunjung, dirinya sering tidak mendapatkan penghasilan sepeserpun.
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2019