Seoul (ANTARA GORONTALO) - Korea Utara akan melarang wisatawan asing masuk
mulai Jumat untuk mencegah penyebaran virus Ebola, kata operator tur ke
negara itu kepada kantor berita Reuters.
"Kami baru saja menerima berita resmi dari pemerintah DPRK bahwa, mulai besok, turis dari negara manapun, terlepas dari negara mana yang baru-baru ini mereka kunjungi, tidak akan diizinkan masuk," kata Gareth Johnson dari Young Pioneers Tours, agen perjalanan berbasis di Tiongkok yang melayani wisata ke Korea Utara.
Namun sampai saat ini masih belum jelas apakah larangan memasuki Republik Demokratik Rakyat Korea (Democratic People's Republic of Korea/DPRK) tersebut juga meliputi utusan diplomatik dan komunitas bisnis terkait Pyongyang.
Pada akhir September, kantor berita resmi Korea Utara, KCNA, memberitakan bahwa pemerintah Korea Utara meningkatkan upaya pencegahan penyebaran Ebola dengan memeriksa orang asing dan turis yang mungkin membawa virus mematikan itu.
Sejumlah agen perjalanan lain yang mengurus wisata ke Korea Utara membenarkan berita yang menurut mereka berasal dari saluran resmi di Pyongyang dan Beijing.
"Masih belum diketahui berapa lama larangan ini akan diberlakukan, dan karena sifat kebijakan DPRK yang sangat suka berubah, kami masih berharap dapat menjalankan tiga perjalanan wisata yang dijadwalkan pada sisa tahun 2014 ini," kata Nick Bonner dari Koryo Tours, agen perjalanan di Beijing yang khusus melayani tur di Korea Utara.
Perjalanan internasional ke Korea Utara merupakan hal langka dan meskipun belum ada laporan kasus Ebola di negara tersebut, pada masa lalu negara itu menutup perbatasan bagi pengunjung asing karena alasan kesehatan.
"Tahun 2003, negara itu menutup perbatasan karena ancaman SARS meskipun tidak ada satupun laporan kasus di sana," kata Bonner.
Setidaknya 4.877 orang meninggal dunia dalam wabah Ebola terburuk yang pernah tercatat di dunia menurut perkiraan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dengan hampir 10.000 kasus tercatat sampai 19 Oktober, meski jumlah kasus sebenarnya bisa tiga kali lipat lebih banyak.
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2014
"Kami baru saja menerima berita resmi dari pemerintah DPRK bahwa, mulai besok, turis dari negara manapun, terlepas dari negara mana yang baru-baru ini mereka kunjungi, tidak akan diizinkan masuk," kata Gareth Johnson dari Young Pioneers Tours, agen perjalanan berbasis di Tiongkok yang melayani wisata ke Korea Utara.
Namun sampai saat ini masih belum jelas apakah larangan memasuki Republik Demokratik Rakyat Korea (Democratic People's Republic of Korea/DPRK) tersebut juga meliputi utusan diplomatik dan komunitas bisnis terkait Pyongyang.
Pada akhir September, kantor berita resmi Korea Utara, KCNA, memberitakan bahwa pemerintah Korea Utara meningkatkan upaya pencegahan penyebaran Ebola dengan memeriksa orang asing dan turis yang mungkin membawa virus mematikan itu.
Sejumlah agen perjalanan lain yang mengurus wisata ke Korea Utara membenarkan berita yang menurut mereka berasal dari saluran resmi di Pyongyang dan Beijing.
"Masih belum diketahui berapa lama larangan ini akan diberlakukan, dan karena sifat kebijakan DPRK yang sangat suka berubah, kami masih berharap dapat menjalankan tiga perjalanan wisata yang dijadwalkan pada sisa tahun 2014 ini," kata Nick Bonner dari Koryo Tours, agen perjalanan di Beijing yang khusus melayani tur di Korea Utara.
Perjalanan internasional ke Korea Utara merupakan hal langka dan meskipun belum ada laporan kasus Ebola di negara tersebut, pada masa lalu negara itu menutup perbatasan bagi pengunjung asing karena alasan kesehatan.
"Tahun 2003, negara itu menutup perbatasan karena ancaman SARS meskipun tidak ada satupun laporan kasus di sana," kata Bonner.
Setidaknya 4.877 orang meninggal dunia dalam wabah Ebola terburuk yang pernah tercatat di dunia menurut perkiraan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dengan hampir 10.000 kasus tercatat sampai 19 Oktober, meski jumlah kasus sebenarnya bisa tiga kali lipat lebih banyak.
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2014