Gorontalo,  (ANTARA GORONTALO) - Kepala Dinas Koperasi Perindustrian Perdagangan (Diskoperindag) Kabupaten Gorontalo Utara, Muchtar Adam, Selasa, menegaskan meroketnya harga cabai rawit bukan lantaran dipengaruhi naiknya harga Bahan Bakar Minyak (BBM) tetapi akibat kurangnya pasokan.

Ia mengatakan, dari pantauan yang dilakukan pihaknya di 11 pasar tradisional di kabupaten ini, harga cabai masih tinggi mencapai Rp120 ribu/kilo gram dan melonjaknya harga akibat minimnya pasokan.

Bahkan pada hari pasar Minggu (23/11) harga cabai rawit di pasar Molingkapoto, Kecamatan Kwandang sempat mencapai Rp140 ribu/kilo gram.

Muchtar mengaku sangat optimistis jika tingginya harga cabai rawit hanya akan bertahan selama dua bulan, mengingat saat ini tanaman tersebut rata-rata telah memasuki masa berbuah setelah sempat melalui musim kemarau.

Tim terpadu kata ia, cukup intensif turun memantau harga cabai rawit agar kenaikannya tidak dimanfaatkan oleh ulah para spekulan nakal yang ingin seenaknya mempermainkan harga.

"Mengingat cabai rawit merupakan salah satu komoditas utama rempah-rempah yang menjadi primadona konsumen di Gorontalo," kata Muchtar.

Sementara itu, salah seorang petani cabai di Desa Milango, Kecamatan Tomilito, Sirah, mengaku tidak bisa menikmati tingginya harga cabai rawit saat ini.

Sekitar dua ribu pohon cabai yang ia tanam memang tidak mati saat musim panas yang baru saja dilewati, namun belum satupun yang berbuah.

"Seluruh pohon cabai kami masih sedang dalam proses berbuah, setelah hujan turun cukup intens di wilayah ini," ujarnya yang khawatir saat panen nanti harga telah anjlok.

Sedangkan Ain Shaleh pedagang cabai berpindah di kabupaten ini mengaku, kenaikan harga cabai juga dipengaruhi oleh naiknya harga BBM meski tidak signifikan.

Ia mencontohkan, harga cabai rawit yang dijual petani di Kecamatan Tolinggula atau ujung barat kabupaten ini berada di kisaran Rp60 ribu-Rp80 ribu/kilo gram.

Namun naiknya harga bensin, cukup berpengaruh pada harga jual cabai rawit setelah berada di pasar tradisional yang ada di pusat ibu kota kabupaten.

Ia mengaku, kondisi tersebut cukup mempengaruhi pendapatannya sebab tingginya harga membuat berkurangnya minat pembeli, sehingga ia tidak berani membeli cabai dalam jumlah banyak.

Pewarta: Susanti Sako

Editor : Hence Paat


COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2014