Korban jiwa akibat topan yang menerjang pusat Filipina pada malam Natal lalu meningkat jumlahnya menjadi 28 orang yang terdata pada Jumat, dengan 12 lainnya dilaporkan hilang, menurut badan kebencanaan.

Belum jelas mengenai informasi rinci kematian korban, namun sejumlah pejabat menyebut bahwa beberapa orang terkena robohan pohon, beberapa lainnya tersengat listrik dan tenggelam.

Tiga hari pasca peristiwa ini, otoritas setempat melakukan langkah untuk kembali menyalakan jaringan listrik sementara para warga berupaya memperbaiki rumah-rumah mereka yang rusak.

Topan Phanfone yang menerjang pada Selasa (24/12) malam dengan kecepatan angin mencapai 120 km/jam dan kecepatan sapuan 150 km/jam disertai hujan deras terus-menerus di sepanjang jalur pulau-pulau itu meluluhlantakkan keadaan dengan ratusan rumah rusak dan banjir di delapan wilayah.

Bencana tersebut merupakan topan ketujuh yang terjadi di Filipina sepanjang tahun ini, bertepatan dengan momen di mana jutaan orang hendak merayakan Natal dengan keluarga di kampung halaman mereka di negara mayoritas Katolik itu.

Sebanyak 43.000 dari 185.000 orang yang terdampak bencana topan berada di tenda pengungsian. Terhitung 49 rumah hancur total sementara 2.000 lainnya rusak.

Topan yang sama juga menyebabkan gangguan perjalanan dengan 115 penerbangan dibatalkan dan ribuan penumpang perjalanan kapal feri terlantar.

"Orang-orang tidak mengira bahwa bencana ini akan sebegitu parah," ujar juru bicara badan kebencanaan, Mark Timbal.

Sekalipun kekuatannya lebih rendah jika dibandingkan dengan peristiwa topan lain yang terjadi tahun ini, topan Phanfone menyebabkan tanah longsor di beberapa wilayah miskin Filipina dan beberapa pulau tertinggal.

Sumber: Reuters
 

Pewarta: Suwanti

Editor : Hence Paat


COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2019