Palangka Raya (ANTARA GORONTALO) - Pejabat Sementara Gubernur Kalimantan
Tengah Hadi Prabowo menegaskan bahwa meninggalnya bayi bernama Ratu
Anggraini bukan akibat infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) melainkan
karena diare.
Informasi Dinas Kesehatan Kalteng kondisi diare bayi berumur 45
hari itu saat dibawa ke rumah sakit umum daerah (RSUD) Doris Silvanus
sudah kritis, kata Hadi di Palangka Raya, Senin.
"Bayi itu sudah
dua hari menderita diare baru dibawa ke rumah sakit. Pihak RSUD Silvanus
sudah berupaya melakukan penanganan seoptimalnya, tapi Tuhan
berkehendak lain. Jadi bukan karena kabut asap," ucapnya.
Sebelumnya, Ratu meninggal saat berada di ruang Instalasi Gawat
Darurat (IGD) RSUD Doris Sylvanus, Sabtu (3/10) sekitar pukul 06.37 WIB.
Dokter yang menangani mendiagnosa bayi itu mengalami dehidrasi hingga
syok akibat diare.
Hadi yang juga Deputi di Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) itu
mengatakan meninggalnya bayi tersebut belum dapat menetapkan Kota
Palangka Raya status kejadian luar biasa (KLB) diare. Sebab,
meninggalnya bayi akibat menderita diare baru satu orang dan terlambat
di bawa ke RSUD.
"Kita juga harus melihat kenapa bayi itu bisa meninggal. Perlu
dikaji juga kenapa bisa meninggal. Penanganannya sudah seperti apa.
Tidak bisa langsung ditetapkan KLB. Ada kriteria dalam menetapkan status
KLB," ucapnya.
Dia mengatakan terbakarnya lahan maupun hutan di provinsi berjuluk
"Bumi Tambun Bungai" merupakan ulah oknum-oknum masyarakat maupun pihak
perkebunan yang membersihkan lahan dengan cara membakar.
"Pemerintah justru melakukan berbagai upaya agar kabut asap bisa
segera diatasi. Kita sudah bekerja sangat keras agar kabut asap ini
teratasi. Kenapa jadi minta maaf. Bukan kita yang bakar," demikian Hadi.
Kabut Asap - Gubernur Kalteng tegaskan meninggalnya bayi Ratu bukan karena ISPA
Senin, 5 Oktober 2015 15:42 WIB