Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Gorontalo Utara akan meminta intervensi Pemerintah Provinsi (Pemprov) Gorontalo, untuk kecukupan stok gula di daerah itu.

"Hingga April 2020, daerah ini mengalami minus untuk kebutuhan gula pasir mencapai 57,38 ton," ujar Kepala Dinas Ketahanan Pangan Gorontalo Utara, Rian Sukardi, di Gorontalo, Kamis.

Hal itu dipicu tingkat permintaan tidak sama dengan pasokan gula pasir untuk daerah ini. 

Pasar lokal masih mengandalkan gula impor, sementara pasokannya berkurang di tengah wabah COVID-19.

Namun ada kabar gembira diterima pihaknya kata Rian, dimana pabrik gula Tolangohula memiliki stok sebanyak 3.500 ton, menghadapi Ramadhan tahun ini.

"Kita akan memasukkan permohonan ke Pemprov, agar mendapat intervensi untuk pasokan gula dari Tolangohula tersebut," ungkapnya.

Beberapa produk yang juga mengalami minus pasokan, seperti sayuran, buah-buahan, ayam potong dan telur ayam.

Sementara untuk minyak tanah dan garam beryodium, mengalami surplus.

Sama halnya dengan stok beras yang hingga Oktober 2020, diprediksi surplus mencapai 2.008 ton.

Pihaknya kata Rian, sudah menyurati para pemilik gudang beras untuk tetap menjaga ketersediaan dengan tidak memasarkan beras ke luar daerah selama masa darurat COVID-19 ini, untuk menjaga ketersediaan.

Namun tidak membatasi pembelian oleh pedagang lokal, agar harga tidak mengalami kenaikan.

Meski diakuinya, kenaikan harga beras di tingkat lokal saat ini terjadi, dipengaruhi kondisi pandemi COVID-19.

"Kenaikan beras terjadi, seiring musibah wabah COVID-19 padahal panen raya sementara berlangsung," katanya.

Di sejumlah pasar tradisional, harga beras berkualitas bagus dijual rata-rata Rp530 ribu per karung atau naik Rp5 ribu per karung dari pekan lalu.

Sementara beras berkualitas rendah, berada dikisaran Rp450 ribu per karung atau stabil dikisaran Rp9 ribu per kilo gram.***
 

Pewarta: Susanti Sako

Editor : Hence Paat


COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2020