Setiap hari, rata-rata sebanyak 1.100 pelaku perjalanan masuk Provinsi Gorontalo melalui perbatasan Gorontalo-Sulawesi Utara (Sulut), di Kecamatan Atinggola, Kabupaten Gorontalo Utara.

"Datanya seperti itu, sesuai daftar nama yang kami kantongi di posko Gugus Tugas COVID-19 yang ditempatkan di Kecamatan Atinggola," ujar Kepala Puskesmas Atinggola Meike Ibrahim di Gorontalo, Jumat.

Pelaku perjalanan itu, kata Meike, bervariasi, mulai dari pengendara angkutan umum dan para penumpangnya, pengendara truk bermuatan maupun kendaraan pribadi, juga pengendara sepeda motor.

Mengantisipasi tingginya pelaku pejalan yang masuk Gorontalo melewati posko tersebut, pihaknya menyiapkan rumah singgah bagi para tim medis dari luar kecamatan, untuk memudahkan mereka bersiaga menunggu shift jaga.

Seperti dari Puskesmas Dambalo, Kecamatan Tomilito, Puskesmas Ponelo, Kecamatan Ponelo Kepulauan dan Puskesmas Kwandang, Kecamatan Kwandang. Tim medis pun mendapat waktu jaga selama 12 jam setiap kali bertugas, untuk kemudian melakukan pertukaran.

Kendala ditemui petugas medis selama pandemi COVID-19 ini, seperti beberapa pelaku pejalan yang tidak jujur dengan kondisi kesehatannya. Beberapa yang ditemui sakit, langsung dirujuk untuk melakukan pemeriksaan di Puskesmas Atinggola. Beruntung hingga saat ini, belum ditemukan pelaku perjalanan yang menunjukkan gejala klinis COVID-19.

Meike menginformasikan dua pekan lalu, dari 18 orang yang di 'rapid test', satu diantaranya reaktif tes cepat itu.

Termasuk tiga anggota Brimob Gorontalo yang bertugas di perbatasan tersebut, dari tiga orang yang dirujuk dengan gejala klinis mirip COVID-19, untuk melakukan rapid test di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Zainal Umar Siddiki, dua di antaranya positif berdasarkan rapit test.

"Saat ini, mereka tidak lagi bertugas di posko perbatasan tersebut, sebab sementara menjalani masa karantina di SPN Gorontalo," ujar Meike.

Ia menyampaikan kendala lainnya yang dihadapi para petugas Gugus Tugas COVID-19 seperti aparat TNI dan Polri, Satpol-PP serta Dinas Perhubungan, adalah keperluan terhadap jaket hujan.

"Cuaca saat ini tidak menentu, kadang-kadang hujan rintik, kadang-kadang curah hujan tinggi dan lebat. Tim Gugus Tugas COVID-19 diharapkan mendapatkan bantuan jaket hujan," ungkapnya.

Bantuan tersebut diperlukan, sebab jika tidak ada aparat yang berjaga di tengah jalan, seringkali pelaku pejalan bersikap acuh dan nekad melewati pos tanpa melalui pemeriksaan kesehatan yang ditetapkan.

"Seringkali, aparat kehujanan dan pasti basah kuyup jika menghadapi pengendara yang mencoba nekad melintas saat hujan deras," ucap Meike mengaku prihatin dengan kondisi itu.
Kondisi perbatasan Gorontalo-Sulut, di pintu masuk Atinggola, wilayah timur Gorontalo Utara, di tengah pandemi COVID-19. (ANTARA/Susanti Sako)

Pewarta: Susanti Sako

Editor : Hence Paat


COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2020