Jayapura, (ANTARA GORONTALO) - Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Tedjo Edy Purdjianto mengatakan, pemuda Indonesia juga bisa menyerang Australia melalui siber (cyber) atau komunikasi dunia maya, terkait ancaman Australia sehubungan dengan akan dihukum mati dua warganya.

"Kemarin (beberapa waktu lalu) Australia menyerang kita (Indonesia) melalui siber. Tapi, pemuda kita juga bisa serang Australia melalui siber. Ingat kemampuan kita juga tidak kalah," kata Tedjo saat menyajikan materi wawasan kebangsaan kepada peserta Kongres XIV KNPI di Jayapura, Papua, Kamis.

Ia mengemukakan hal itu di hadapan seribuan pemuda Indonesia yang menghadiri Kongres KNPI di Papua, saat menjelaskan sikap pemerintah terhadap tanggapan sejumlah negara yang memiliki warga terpidana mati di Indonesia, seperti Australia dan Brazil.

Menurut Tedjo, Presiden Joko Widodo sangat berkomitmen untuk memberantas penyalahgunaan narkoba, sehingga kebijakan hukuman mati kepada para bandar narkoba tidak bisa ditawar.

"Pak Presiden tidak akan beri grasi untuk kasus narkoba," ujarnya.

Karena itu, Menkopolhukam Kabinet Kerja Jokowi-JK ini menegaskan bahwa pemerintah tidak takut terhadap berbagai ancaman negara lain, terkait kebijakan tegas hukuman mati bagi bandar narkoba.

Australia, misalnya, mengeluarkan empat ancaman yang akan direalisasikan jika pemerintah Indonesia bersikukuh menghukum mati dua warga negaranya.

Keempat ancaman tersebut yakni menarik duta besar dari Jakarta, pariwisata Indonesia, WNI bermasalah di luar negeri akan dirugikan, dan pikirkan ulang bantuan pada Indonesia.  
   
"Australia juga mengait-ngaitkan bantuan bencana Tsunami Aceh dengan hukuman mati bandar narkoba, itu juga menyakitkan kita, sehingga jika mereka menyerang melalui siber maka kita juga bisa menyerang Australia melalui siber," ujar Tedjo.

Sejauh ini, terdapat sedikitnya empat fakta perang siber peretas (Hacker) Indonesia dengan Australia, yakni pertama, aksi spionase Australia diungkap The Sidney Morning Herald, yang mengabarkan bahwa sejumlah Kedubes Australia yang berada di wilayah Asia Tenggara terlibat kegiatan penyadapan yang dimotori dinas intelijen Amerika Serikat (NSA).

Kedua, Anonymous Indonesia gelar #OpAustralia, di mana ratusan situs Australia tumbang sebagai tindakan balasan atas tuduhan spionase yang dilakukan pihak Kedubes Australia, kelompok Anonymous Indonesia melalui akun Twitter @anon_indonesia mengumumkan daftar ratusan situs Australia yang diklaim telah berhasil mereka bajak.

Kebanyakan situs yang menjadi korban peretasan adalah situs iklan dan bisnis kelas bawah yang tak terlalu populer di Australia dan diperkirakan dipilih secara acak.

Ketiga, Anonymous Indonesia mengumandangkan serangan lanjutan yang diberi sandi perang #OpAustralia (Operation Australia).

Serangan ini kabarnya dibantu oleh kubu Anonymous Australia yang juga mengecam tindakan spionase.

Mereka pulalah yang kabarnya menggagas #OpAustralia dengan tujuan agar serangan siber yang dilakukan bisa lebih terfokus pada situs-situs pemerintahan Australia, bukan situs milik sipil yang tak bersalah.

Sasaran utama dari serangan peretas Indonesia difokuskan pada pengambilalihan situs Badan Intelijen Autralia yang beralamatkan di www.asio.gov.au dan situs tersebut pun sempat dibuat "down" untuk beberapa saat oleh kelompok Anonymous Indonesia.

Keempat, Anonymous Australia ancam serang Indonesia, dengan munculnya video berisi ancaman yang diunggah via YouTube belum lama ini.

Dalam video itu Anonymous Australia mengungkapkan pernyataan perang siber dan mengancam akan mengobrak-ngabrik beberapa situs ternama Indonesia.

Beberapa yang menjadi sasaran adalah situs www.indonesia.go.id, www.kpk.go.id, www.garuda-indonesia.com, dan www.polri.go.id. Portal media online juga turut menjadi sasaran, seperti situs www.detik.com, www.viva.co.id, www.kaskus.co.id, dan beberapa situs lainnya.

Pewarta:

Editor : Hence Paat


COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2015