Gorontalo,  (ANTARA GORONTALO) - Deputi Bank Indonesia Perwakilan Gorontalo Ahmad Kosasih mengatakan, potensi dampak pelemahan rupiah tidak dirasakan secara signifikan oleh masyarakat Gorontalo.

"Dampak pelemahan nilai tukar rupiah pada perekonomian Provinsi Gorontalo tidak sgnifikan, hal tersebut tercermin dari rasio ekspor luar negeri dibanding total ekspor Provinsi Gorontalo yang rata-rata hanya sebesar 9,5 persen," katanya, Jumat.

Sedangkan rasio impor luar negeri Gorontalo dibanding total impor provinsi Gorontalo rata-rata hanya sebesar 3,6 persen.

Pada triwulan I 2015, lanjutnya, pertumbuhan ekonomi Provinsi Gorontalo diperkirakan berada pada kisaran 6,48 persen hingga 7,34 persen.

"Melemah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 8,20 persen. Dari sisi penawaran, sektor konstruksi, sektor perdagangan dan sektor administrasi pemerintahan diperkirakan tumbuh melambat sedangkan sektor pertanian mengalami peningkatan," tambahnya.

Sementara dari sisi permintaan, melambatnya pertumbuhan ekonomi di triwulan I 2015 terutama didorong oleh belum optimalnya realisasi APBD maupun APBN yang berpengaruh pada kinerja investasi, ditengah peningkatan konsumsi rumah tangga dan kinerja ekspor.

Kendati inflasi sampai dengan awal triwulan I 2015 diperkirakan masih terkendali, namun sejumlah faktor risiko masih berpotensi menyebabkan peningkatan tekanan inflasi.

Faktor itu antara lain gangguan pasokan pangan serta kenaikan harga bensin bersubsidi sebesar Rp200 per liter pada awal Maret, dan potensi kembali naiknya harga BBM bersubsidi.

Pewarta: Debby Hariyanti Mano

Editor : Hence Paat


COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2015