Washington (ANTARA GORONTALO) - Amerika Serikat pada Rabu menuduh Rusia tengah membangun sistem pertahanan udara di wilayah Ukraina timur dan terlibat dalam pelatihan militer terhadap gerilyawan pro-Moskow.

Dengan demikian, Amerika Serikat secara tidak langsung menuding Rusia telah melanggar gencatan senjata yang diupayakan oleh Uni Eropa.

"Ini adalah peralatan sistem pertahanan udara milik Rusia paling besar yang terdapat di wilayah Ukraina timur sejak Agustus lalu," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat Marie Harf dalam pernyataan tertulis.

Dia juga mengatakan bahwa semakin kompleksnya latihan militer kelompok gerilyawan "secara tidak meragukan lagi menunjukkan keterlibatan Rusia."

"Dalam latihan yang digelar, mereka kini menggunakan kendaraan penjelajah tanpa awak (UAV) milik Rusia. Ini adalah sebuah bukti yang tidak terbantahkan mengenai kehadiran Rusia," tambah Harf.

Sementara itu pertempuran antara gerilyawan pro-Rusia dengan pasukan Ukraina pada beberapa pekan terakhir terus terjadi meski kedua belah pihak telah menyepakati gencatan senjata pada Februari lalu. Meski demikian, Menteri Luar Negeri Sergei Lavrov pada Senin mengatakan bahwa pelanggaran terhadap gencatan senjata itu telah berhenti.

Pernyataan Lavrov itulah yang kemudian dibantah oleh Harf yang mengatakan bahwa Rusia telah melanggar kesepakatan gencatan senjata dan mengumpulkan pasukan di sekitar perbatasan Ukraina.

"Setelah menempatkan pasukan di sekitar perbatasan, Rusia kini mengirim unit tambahan ke wilayah yang sama," kata harf sambil menambahkan bahwa penambahan tersebut merupakan yang paling besar sejak Oktober.

Secara keseluruhan, konflik di Ukraina timur telah menewaskan lebih dari 6.000 orang sejak dimulai pada tahun lalu, saat pihak gerilyawan menyatakan merdeka dari Kiev sebagai bentuk protes terhadap penggulingan presiden pro-Moskow dan pembentukan pemerintahan pro-Barat.

Ukraina dan sejumlah negara Barat sejak lama menuduh Moskow telah mengirim tentara dan persenjataan untuk mendukung gerakan separatis. Tudingan itu dibantah dengan keras oleh Rusia.

Amerika Serikat dan Eropa kemudian menjatuhkan sanksi terhadap Moskow karena dianggap memperkeruh situasi. Sanksi itu hanya akan dicabut jika Rusia dinilai mematuhi gencatan senjata yang ditandatangani di Minsk.
(G005)

Pewarta:

Editor : Hence Paat


COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2015