Gorontalo,  (ANTARA GORONTALO) - Sejumlah warga Kabupaten Pohuwato yang tinggal di kawasan mangrove, diberi pelatihan oleh tiga lembaga yakni Japesda, Kopesda dan Yayasan Insan Cita untuk membesarkan kepiting bakau.

Pembesaran dan penggemukan kepiting bakau dilakukan di Desa Bulili Kecamatan Marisa, Desa Limbula Kecamatan Wonggarasi, dan Desa Sidounge Kecamatan Randangan.

Ketiga lembaga bersama warga setempat membesarkan sekitar 1.060 bibit, dengan harga Rp30 ribu per kilogram yang berisi sekitar tiga ekor bibit.

Ribuan kepiting tersebut berasal dari benih lokal yang dibesarkan dengan sistem baterai atau keramba, yakni di dalam kotak-kotak yang terbuat dari papan kayu.

" Kami tidak menggunakan sistem kandang untuk meminimalkan penebangan dan penggunaan kayu bakau, karena kandangnya terbuat dari bahan itu. Sistem keramba ini lebih mudah dan efektif," kata Direktur Jaringan Advokasi Pengelolaan Sumber Daya Alam (Japesda) Sugeng Sutrisno di Gorontalo, Kamis.

Kepiting yang siap panen biasanya memiliki berat di atas 5 ons dan dijual dengan harga Rp135 ribu per kilogram.

Menurutnya, pembesaran kepiting dilakukan secara swadaya oleh masyarakat sebagai upaya untuk pelestarian mangrove, serta memberi solusi kepada masyarakat yang hanya membuat tambak di areal bakau.

" Banyak alternatif mata pencaharian warga yang tinggal di area mangrove, tidak hanya menambak saja. Tambak hanya bisa menghasilkan secara intensif selama 25 tahun, sedangkan keramba kepiting ini bisa menghasilkan kapan saja," tukasnya.

Selain itu, prospek ekonomi komoditas tersebut sangat menjanjikan terutama untuk memenuhi pasar ekspor kepiting di dunia.

Pewarta: Debby Hariyanti Mano

Editor : Hence Paat


COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2015