Kementerian Pertanian melalui Karantina Pertanian Gorontalo mencatat peningkatan kinerja ekspor komoditas olahan kelapa asal provinsi itu yang cukup signifikan.
Sebanyak 229 kali ekspor dengan total volume sebesar 5.852 ton olahan kelapa dengan nilai ekonomi mencapai Rp130 miliar. Sementara komoditas yang sama di tahun 2019 hanya 16 kali ekspor dengan total 439 ton atau senilai Rp11,9 miliar saja.
"Peningkatan fasilitasi layanan karantina untuk produk olahan kelapa yang sangat menggembirakan, apalagi di masa pandemi namun tidak ada masalah," kata Kepala Karantina Pertanian Gorontalo Muhammad Shahrir, Senin.
Shahrir menerangkan bahwa peningkatan kinerja ekspor di wilayahnya disebabkan sinergisitas antar entitas, baik instansi pemerintah pusat dan daerah, pelaku usaha dan juga petani.
Menurut Shahrir, selaku koordinator upaya peningkatan ekspor di wilayah kerjanya, beberapa langkah operasional telah dilaksanakan sepanjang tahun 2020. Antara lain percepatan layanan, sosialisasi dan membuka akses informasi terkait potensi dan proses bisnis ekspor produk pertanian melalui klinik agro ekspor di kantor layananan karantina.
"Sebelumnya, pelaku usaha asal Gorontalo melaporkan komoditasnya sebagai komoditas antar area dikarenakan komoditas akan diekspor melalui Surabaya atau 'restuffing'. Kini dapat dilakukan melalui kantor layanan kami, lebih cepat dan mudah," jelas Shahrir.
Produk olahan merupakan komoditas dengan resiko rendah atau low risk, namun tetap melalui serangkaian pemeriksaan dan tindakan karantina guna memenuhi persyaratan negara tujuan ekspor.
"Setelah kami pastikan sehat dan aman, sertifikat kesehatan tumbuhan atau phytosanitary certificate kami terbitkan," tutup Sharir.
Kepala Badan Karantina Pertanian, Ali Jamil mengapresiasi terobosan layanan yang diberikan sehingga dapat mempermudah para pelaku usaha agribisnis di Provinsi Gorontalo.
Selanjutnya, Jamil berharap kerja sama yang baik ini dapat terus ditingkatkan agar program strategis Gerakan Tiga Kali Lipat Ekspor Pertanian yang digagas Menteri Pertanian dapat tercapai.
"Komoditas olahan kelapa yang diekspor sudah sesuai dengan harapan kita, jangan kelapa bulat yang kita kirim karena selain harga lebih rendah juga tidak memberikan nilai tambah," jelas Jamil.
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2021
Sebanyak 229 kali ekspor dengan total volume sebesar 5.852 ton olahan kelapa dengan nilai ekonomi mencapai Rp130 miliar. Sementara komoditas yang sama di tahun 2019 hanya 16 kali ekspor dengan total 439 ton atau senilai Rp11,9 miliar saja.
"Peningkatan fasilitasi layanan karantina untuk produk olahan kelapa yang sangat menggembirakan, apalagi di masa pandemi namun tidak ada masalah," kata Kepala Karantina Pertanian Gorontalo Muhammad Shahrir, Senin.
Shahrir menerangkan bahwa peningkatan kinerja ekspor di wilayahnya disebabkan sinergisitas antar entitas, baik instansi pemerintah pusat dan daerah, pelaku usaha dan juga petani.
Menurut Shahrir, selaku koordinator upaya peningkatan ekspor di wilayah kerjanya, beberapa langkah operasional telah dilaksanakan sepanjang tahun 2020. Antara lain percepatan layanan, sosialisasi dan membuka akses informasi terkait potensi dan proses bisnis ekspor produk pertanian melalui klinik agro ekspor di kantor layananan karantina.
"Sebelumnya, pelaku usaha asal Gorontalo melaporkan komoditasnya sebagai komoditas antar area dikarenakan komoditas akan diekspor melalui Surabaya atau 'restuffing'. Kini dapat dilakukan melalui kantor layanan kami, lebih cepat dan mudah," jelas Shahrir.
Produk olahan merupakan komoditas dengan resiko rendah atau low risk, namun tetap melalui serangkaian pemeriksaan dan tindakan karantina guna memenuhi persyaratan negara tujuan ekspor.
"Setelah kami pastikan sehat dan aman, sertifikat kesehatan tumbuhan atau phytosanitary certificate kami terbitkan," tutup Sharir.
Kepala Badan Karantina Pertanian, Ali Jamil mengapresiasi terobosan layanan yang diberikan sehingga dapat mempermudah para pelaku usaha agribisnis di Provinsi Gorontalo.
Selanjutnya, Jamil berharap kerja sama yang baik ini dapat terus ditingkatkan agar program strategis Gerakan Tiga Kali Lipat Ekspor Pertanian yang digagas Menteri Pertanian dapat tercapai.
"Komoditas olahan kelapa yang diekspor sudah sesuai dengan harapan kita, jangan kelapa bulat yang kita kirim karena selain harga lebih rendah juga tidak memberikan nilai tambah," jelas Jamil.
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2021