Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Gorontalo menggelar pelatihan peningkatan kemampuan Pendidik Sebaya di Pusat Informasi dan Konseling (PIK) Remaja di Kota Gorontalo.
Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Gorontalo, Hartati Suleman, Selasa, mengatakan Direktorat Bina Ketahanan Remaja bekerjasama dengan Johns Hopkins Center for Communication Programs (JHCCP) mengembangkan Kurikulum dan Modul “Tentang Kita” sebagai panduan Pelatihan Pendidik Sebaya dan sebagai pegangan Pendidik Sebaya dalam melaksanakan perannya di PIK Remaja.
"Inisiatif tersebut hadir pada pertemuan remaja nasional (youth summit) 2016 lalu yang merekomendasikan kepada pemerintah untuk melengkapi program-program remaja dengan modul pendidikan kesehatan reproduksi dan keluarga berencana sesuai dengan segmentasi usia remaja serta standarisasi pendidik dan konselor sebaya," ujarnya.
Pendidik Sebaya sangat identik dengan Genre dan PIK Remaja, karena hakikat dari Genre dan PIK Remaja adalah pemberdayaan remaja sebagai pendidik dan konselor bagi sebayanya.
"Kita semua menyadari bahwa untuk menyasar remaja harus dilakukan dengan kekuatan dan pengaruh teman sebayanya serta dengan cara-cara yang relevan dengan remaja. Berbagai penelitian dan kajian menunjukkan bahwa teman sebaya begitu berpengaruh pada seorang remaja," ucapnya.
Hartati menjelaskan, hasil SDKI Tahun 2017 menunjukkan bahwa kelompok sebaya dan orang tua, terutama ibu menjadi tempat paling banyak dipilih oleh remaja untuk berdiskusi tentang kesehatan reproduksi yang dialaminya.
Sebanyak 62 persen remaja perempuan dan 51 persen remaja laki-laki mengaku berdiskusi kesehatan reproduksi dengan temannya, dan 53 persen remaja perempuan serta 11 persen remaja laki-laki berdiskusi kesehatan reproduksi dengan ibunya.
Hasil survei tersebut menunjukkan bahwa remaja Indonesia membutuhkan peran teman sebayanya sebagai tempat berbagi informasi dan konsultasi tentang segala hal yang terkait dengan tumbuh-kembangnya.
"Oleh karena itu, perlu ada banyak remaja-remaja Indonesia yang tergerak hatinya untuk menjadi pendidik bagi teman sebayanya, yang secara sukarela mau berbagi informasi, menjadi tempat curhat, menjadi teman ngobrol terkait dengan pergaulan, kehidupan, termasuk tentang kesehatan reproduksi yang dialaminya," kata dia.
Dan oleh karena itu menurutnya, perlu adanya dokumen panduan/rujukan bagi seorang Pendidik Sebaya agar dapat menjalankan perannya sebaik mungkin.
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2021
Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Gorontalo, Hartati Suleman, Selasa, mengatakan Direktorat Bina Ketahanan Remaja bekerjasama dengan Johns Hopkins Center for Communication Programs (JHCCP) mengembangkan Kurikulum dan Modul “Tentang Kita” sebagai panduan Pelatihan Pendidik Sebaya dan sebagai pegangan Pendidik Sebaya dalam melaksanakan perannya di PIK Remaja.
"Inisiatif tersebut hadir pada pertemuan remaja nasional (youth summit) 2016 lalu yang merekomendasikan kepada pemerintah untuk melengkapi program-program remaja dengan modul pendidikan kesehatan reproduksi dan keluarga berencana sesuai dengan segmentasi usia remaja serta standarisasi pendidik dan konselor sebaya," ujarnya.
Pendidik Sebaya sangat identik dengan Genre dan PIK Remaja, karena hakikat dari Genre dan PIK Remaja adalah pemberdayaan remaja sebagai pendidik dan konselor bagi sebayanya.
"Kita semua menyadari bahwa untuk menyasar remaja harus dilakukan dengan kekuatan dan pengaruh teman sebayanya serta dengan cara-cara yang relevan dengan remaja. Berbagai penelitian dan kajian menunjukkan bahwa teman sebaya begitu berpengaruh pada seorang remaja," ucapnya.
Hartati menjelaskan, hasil SDKI Tahun 2017 menunjukkan bahwa kelompok sebaya dan orang tua, terutama ibu menjadi tempat paling banyak dipilih oleh remaja untuk berdiskusi tentang kesehatan reproduksi yang dialaminya.
Sebanyak 62 persen remaja perempuan dan 51 persen remaja laki-laki mengaku berdiskusi kesehatan reproduksi dengan temannya, dan 53 persen remaja perempuan serta 11 persen remaja laki-laki berdiskusi kesehatan reproduksi dengan ibunya.
Hasil survei tersebut menunjukkan bahwa remaja Indonesia membutuhkan peran teman sebayanya sebagai tempat berbagi informasi dan konsultasi tentang segala hal yang terkait dengan tumbuh-kembangnya.
"Oleh karena itu, perlu ada banyak remaja-remaja Indonesia yang tergerak hatinya untuk menjadi pendidik bagi teman sebayanya, yang secara sukarela mau berbagi informasi, menjadi tempat curhat, menjadi teman ngobrol terkait dengan pergaulan, kehidupan, termasuk tentang kesehatan reproduksi yang dialaminya," kata dia.
Dan oleh karena itu menurutnya, perlu adanya dokumen panduan/rujukan bagi seorang Pendidik Sebaya agar dapat menjalankan perannya sebaik mungkin.
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2021