Kudus (ANTARA GORONTALO) - Wajah gembira terukir dari raut pasangan suami
istri M. Ramli dan Evi Erlena saat mengantar kedua anaknya ke GOR
Djarum, di Kudus, Rabu.
Kedua anak mereka, Rahmat Julio Rafli dan Rahma Novita Febi, sama-sama berhasil lolos ke grandfinal audisi umum Djarum Bulu Tangkis 2015 dalam audisi di Medan pada April lalu.
Di GOR seluas 4.925 m2 dengan 16 lapangan itu, mereka akan berjuang untuk bisa masuk sebagai anggota PB Djarum pada grandfinal audisi umum 4-6 September nanti.
"Kami senang sekali karena dua-duanya bisa lolos. Semoga bisa masuk ke sini," kata Ramli kepada ANTARA News.
Kakak beradik Rahmat dan Rahma sudah cukup dikenal di wilayah pekanbaru. Keduanya kerap menjuarai turnamen-turnamen seperti kejuaraan tingkat provinsi sampai tingkat Sumatra.
Bakat bulu tangkis Rahmat dan Rahma, diturunkan dari sang ayah Ramli.
Perkenalan Rahmat dengan bulu tangkis berawal dari ayahnya yang hobi bermain olahraga tersebut di lapangan terbuka di dekat rumahnya, sementara ibunya Evi berjualanan makanan di sana.
Rahmat pun ikut bermain. Ternyata permainannya mencuri perhatian masyarakat yang kemudian menyarankan agar Rahmat dimasukkan ke klub bulu tangkis. Bahkan sebelum ikut klub, Rahmat sudah menjuarai turnamen Olimpiade Olahraga Siswa Nasional.
Akhirnya, Rahmat masuk ke klub PB Angkasa Prestasi Gemilang Pekanbaru saat usianya sembilan tahun.
Jejak Rahmat diikuti oleh adiknya, Rahma yang masuk ke klub pada usia sembilan tahun.
Tak disangka, prestasi Rahma yang kelahiran 2 Februari 2003 itu pun bersinar seperti kakaknya.
Mengubah nasib
Ramli hanya seorang sopir mobil box, sementara Evi menambah penghasilan dengan berdagang.
Prestasi demi prestasi yang diukir oleh kedua anaknya tentu saja membanggakan Ramli dan Evi. Mereka pun sangat berharap agar Rahmat dan Rahma bisa masuk ke klub raksasa tersebut.
"Selama ini kami paksakan ada untuk biaya mereka ikut turnamen. Semoga bisa masuk di sini agar ada perubahan nasib. Mudah-mudahan ada rezeki dari sini," harap Eva.
Ini merupakan pengalaman pertama Rahmat dan Rahma mengikuti audisi umum Djarum.
"Baru ikut tahun ini karena audisi tahun-tahun sebelumnya hanya ada di Kudus. Kami tidak ada biaya. Ternyata tahun ini ada di Medan, langsung ikut, ke sana naik bus," jelas Evi.
Mereka tiba di Kudus pada Minggu (30/8) bersama teman sesama klub Vincent Suwarlan yang ditemani ayahnya Eddy Suwarlan. Rombongan Pekanbaru tersebut menyewa kamar di sebuah Restoran Makan Padang dengan biaya sewa Rp500.000.
Demi kesiapan Rahmat dan Rahma, mereka pun harus merogoh uang lagi untuk biaya latihan privat serta sewa lapangan di klub Taurus Kudus dengan biaya Rp150.000 per dua jam.
Namun, biaya tak terduga harus dikeluarkan Ramli dan Evi setelah Rahmat mendadak masuk rumah sakit pada Senin (31/8) akibat kelelahan.
Mereka sampai harus mengeluarkan uang tak sedikit, hampir Rp10 juta untuk biaya rawat inap selama dua hari dan pengobatan.
"Tetapi apapun, demi anak," ujar Ramli.
Mimpi Ramli dan Evi ingin melihat kedua anaknya di televisi bermain bulu tangkis untuk membela Indonesia.
"Seperti idola mereka Susi Susanti dan Taufik Hidayat," kata Eva.
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2015
Kedua anak mereka, Rahmat Julio Rafli dan Rahma Novita Febi, sama-sama berhasil lolos ke grandfinal audisi umum Djarum Bulu Tangkis 2015 dalam audisi di Medan pada April lalu.
Di GOR seluas 4.925 m2 dengan 16 lapangan itu, mereka akan berjuang untuk bisa masuk sebagai anggota PB Djarum pada grandfinal audisi umum 4-6 September nanti.
"Kami senang sekali karena dua-duanya bisa lolos. Semoga bisa masuk ke sini," kata Ramli kepada ANTARA News.
Kakak beradik Rahmat dan Rahma sudah cukup dikenal di wilayah pekanbaru. Keduanya kerap menjuarai turnamen-turnamen seperti kejuaraan tingkat provinsi sampai tingkat Sumatra.
Bakat bulu tangkis Rahmat dan Rahma, diturunkan dari sang ayah Ramli.
Perkenalan Rahmat dengan bulu tangkis berawal dari ayahnya yang hobi bermain olahraga tersebut di lapangan terbuka di dekat rumahnya, sementara ibunya Evi berjualanan makanan di sana.
Rahmat pun ikut bermain. Ternyata permainannya mencuri perhatian masyarakat yang kemudian menyarankan agar Rahmat dimasukkan ke klub bulu tangkis. Bahkan sebelum ikut klub, Rahmat sudah menjuarai turnamen Olimpiade Olahraga Siswa Nasional.
Akhirnya, Rahmat masuk ke klub PB Angkasa Prestasi Gemilang Pekanbaru saat usianya sembilan tahun.
Jejak Rahmat diikuti oleh adiknya, Rahma yang masuk ke klub pada usia sembilan tahun.
Tak disangka, prestasi Rahma yang kelahiran 2 Februari 2003 itu pun bersinar seperti kakaknya.
Mengubah nasib
Ramli hanya seorang sopir mobil box, sementara Evi menambah penghasilan dengan berdagang.
Prestasi demi prestasi yang diukir oleh kedua anaknya tentu saja membanggakan Ramli dan Evi. Mereka pun sangat berharap agar Rahmat dan Rahma bisa masuk ke klub raksasa tersebut.
"Selama ini kami paksakan ada untuk biaya mereka ikut turnamen. Semoga bisa masuk di sini agar ada perubahan nasib. Mudah-mudahan ada rezeki dari sini," harap Eva.
Ini merupakan pengalaman pertama Rahmat dan Rahma mengikuti audisi umum Djarum.
"Baru ikut tahun ini karena audisi tahun-tahun sebelumnya hanya ada di Kudus. Kami tidak ada biaya. Ternyata tahun ini ada di Medan, langsung ikut, ke sana naik bus," jelas Evi.
Mereka tiba di Kudus pada Minggu (30/8) bersama teman sesama klub Vincent Suwarlan yang ditemani ayahnya Eddy Suwarlan. Rombongan Pekanbaru tersebut menyewa kamar di sebuah Restoran Makan Padang dengan biaya sewa Rp500.000.
Demi kesiapan Rahmat dan Rahma, mereka pun harus merogoh uang lagi untuk biaya latihan privat serta sewa lapangan di klub Taurus Kudus dengan biaya Rp150.000 per dua jam.
Namun, biaya tak terduga harus dikeluarkan Ramli dan Evi setelah Rahmat mendadak masuk rumah sakit pada Senin (31/8) akibat kelelahan.
Mereka sampai harus mengeluarkan uang tak sedikit, hampir Rp10 juta untuk biaya rawat inap selama dua hari dan pengobatan.
"Tetapi apapun, demi anak," ujar Ramli.
Mimpi Ramli dan Evi ingin melihat kedua anaknya di televisi bermain bulu tangkis untuk membela Indonesia.
"Seperti idola mereka Susi Susanti dan Taufik Hidayat," kata Eva.
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2015