Gorontalo, (ANTARA GORONTALO) - Para seniman di Sulawesi menggelar Lingkar Seni Celebes (LSC) untuk mengkampanyekan penyelamatan lingkungan, melalui sejumlah kegiatan di Rumah Adat Dulohupa Kota Gorontalo.
Kegiatan itu diikuti ratusan seniman dari daerah di Sulawesi, yang berkumpul untuk membahas masalah lingkungan serta langkah kampanye yang tepat untuk mengatasinya.
Seorang pekerja teater dari Kendari, Arsidin Lahoga, Selasa mengatakan, sikap kolektif dari pekerja seniman di Sulawesi penting dalam melakukan gerakan penyadaran masyarakat lewat seni.
Menurutnya, ada banyak tantangan yang dihadapi pihaknya saat melawan lewat kesenian, mulai dari intimidasi dan bujukan persuasif dari aparat pemerintah, hingga menghadapi warga yang cenderung apatis.
Aktivis Lingkungan, Djufryhard menilai kampanye melalui seni akan efektif, untuk merangkul kembali masyarakat yang mulai tidak peduli dengan lingkungannya.
"Di pulau Sulawesi, kita berhadapan dengan desain besar tindak eksploitasi lingkungan yang masif dan berskala besar. Mulai dari reklamasi pantai, ekspansi sawit, ijin -ijin pertambangan yang kian permisif," jelasnya.
Sementara di Palu, Sulawesi Tengah misalnya, 27 teater mahasiswa sebelumnya menggelar aksi seni untuk melawan upaya reklamasi yang dilakukan Pemerintah Kota Palu sejak 2012.
"Ada sekitar 77 hektar areal pantai milik publik Kota Palu yang ditimbun. Termasuk kawasan nelayan dan petambak garam dan akan dialihkan menjadi kawasan pariwisata, hotel dan pusat perbelanjaan," kata salah seorang anggota teater dari Palu, Idham.
Selain berdiskusi, para seniman juga mengadakan workshop seni seperti melukis, membuat instalasi seni, jurnalisme, tari serta video dokumener dan kepada ratusan pelajar, guru dan mahasiswa dari berbagai sekolah, paguyuban dan organisasi.
Pekerja teater di Gorontalo, Zulkifli Lubis mengatakan Lingkar Seni Celebes akan digelar setiap tahun.
Ia berharap LSC menjadi wadah bersama antar seniman untuk saling berbagi dan memberi dukungan terhadap karya kreatif yang dihasilkan.
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2015
Kegiatan itu diikuti ratusan seniman dari daerah di Sulawesi, yang berkumpul untuk membahas masalah lingkungan serta langkah kampanye yang tepat untuk mengatasinya.
Seorang pekerja teater dari Kendari, Arsidin Lahoga, Selasa mengatakan, sikap kolektif dari pekerja seniman di Sulawesi penting dalam melakukan gerakan penyadaran masyarakat lewat seni.
Menurutnya, ada banyak tantangan yang dihadapi pihaknya saat melawan lewat kesenian, mulai dari intimidasi dan bujukan persuasif dari aparat pemerintah, hingga menghadapi warga yang cenderung apatis.
Aktivis Lingkungan, Djufryhard menilai kampanye melalui seni akan efektif, untuk merangkul kembali masyarakat yang mulai tidak peduli dengan lingkungannya.
"Di pulau Sulawesi, kita berhadapan dengan desain besar tindak eksploitasi lingkungan yang masif dan berskala besar. Mulai dari reklamasi pantai, ekspansi sawit, ijin -ijin pertambangan yang kian permisif," jelasnya.
Sementara di Palu, Sulawesi Tengah misalnya, 27 teater mahasiswa sebelumnya menggelar aksi seni untuk melawan upaya reklamasi yang dilakukan Pemerintah Kota Palu sejak 2012.
"Ada sekitar 77 hektar areal pantai milik publik Kota Palu yang ditimbun. Termasuk kawasan nelayan dan petambak garam dan akan dialihkan menjadi kawasan pariwisata, hotel dan pusat perbelanjaan," kata salah seorang anggota teater dari Palu, Idham.
Selain berdiskusi, para seniman juga mengadakan workshop seni seperti melukis, membuat instalasi seni, jurnalisme, tari serta video dokumener dan kepada ratusan pelajar, guru dan mahasiswa dari berbagai sekolah, paguyuban dan organisasi.
Pekerja teater di Gorontalo, Zulkifli Lubis mengatakan Lingkar Seni Celebes akan digelar setiap tahun.
Ia berharap LSC menjadi wadah bersama antar seniman untuk saling berbagi dan memberi dukungan terhadap karya kreatif yang dihasilkan.
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2015