Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo, menangani sejumlah kasus kematian ibu pasca-melahirkan dengan membangun kerja sama bersama Palang Merah Indonesia (PMI) setempat dan perbaikan sistem rujukan.
Hal itu dikatakan kepala Dinas Kesehatan Gorontalo Utara, Rizal Yusuf Kune, di Gorontalo, Kamis.
Ia mengatakan, melalui Sub Koordinator Program Kesehatan Keluarga dan Gizi, pihaknya hingga akhir September 2022, mencatat ada 4 kasus kematian ibu pasca-melahirkan (maternal).
Dua di antaranya, merupakan kasus kematian yang terjadi di luar daerah.
"Hanya saja mereka adalah penduduk daerah ini, berdasarkan Kartu Tanda Penduduk (KTP) yang dimiliki. Namun menikah dan menetap di luar daerah. Kemudian terjadi kasus kematian maternal, maka tercatat sebagai kasus di wilayah ini," katanya.
Kondisi itu telah diatur melalui sistem pelaporan kematian maternal, dimana kasusnya tercatat bukan berdasarkan alamat domisili, melainkan alamat yang tercantum di KTP.
Namun ia memastikan, dua kasus di luar daerah itu, pihaknya hingga kini belum menerima data resmi terkait riwayat kehamilan dan kelahiran.
Sehingga sulit mengidentifikasi penyebab kematian. Sementara di daerah itu kata dia, tercatat 1.481 kelahiran yang dihitung sejak Januari hingga September 2022.
Dengan demikian, rasionalitas angka kematian ibu (AKI) tahun ini berada di kisaran angka 270 per 100.000 kelahiran.
Olehnya, untuk mengatasi permasalahan kematian yang terjadi di daerah ini, katanya pula, pihaknya melakukan advokasi untuk membangun nota kesepahaman (MoU) dengan pihak Palang Merah Indonesia (PMI) terkait penyediaan stok darah.
Mengingat kasus kematian maternal banyak disebabkan perdarahan. Termasuk telah menggelar audit maternal pariental surveilans respon (AMPSR) yang menghadirkan dokter ahli kandungan dan dokter ahli anak.
Untuk mengkaji kasus kematian ibu melahirkan serta kematian bayi dan balita.
Hasilnya diketahui, selang bulan Januari hingga September 2022, ada 4 kematian Ibu melahirkan pasca bersalin (maternal).
Penyebab utamanya ialah kekurangan volume cairan akibat perdarahan. Sedangkan pada kasus bayi baru lahir (neonatal), terjadi 19 kasus kematian, serta 16 kematian bayi pada rentang usia 1 hingga 12 bulan.
Juga berat badan lahir rendah serta penyakit pneumonia yang masih mendominasi penyebab kematian.
"Pertemuan itu menghasilkan rekomendasi sebagai solusi permasalahan. Diantaranya, dengan mengoptimalkan sistem rujukan melalui aplikasi Sisrute, yaitu sebuah sistem informasi untuk memudahkan proses rujukan pasien," katanya.
Disertai melakukan kalibrasi alat kesehatan untuk meningkatkan kualitas sarana dan prasarana, baik di puskesmas maupun rumah sakit.***
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2022
Hal itu dikatakan kepala Dinas Kesehatan Gorontalo Utara, Rizal Yusuf Kune, di Gorontalo, Kamis.
Ia mengatakan, melalui Sub Koordinator Program Kesehatan Keluarga dan Gizi, pihaknya hingga akhir September 2022, mencatat ada 4 kasus kematian ibu pasca-melahirkan (maternal).
Dua di antaranya, merupakan kasus kematian yang terjadi di luar daerah.
"Hanya saja mereka adalah penduduk daerah ini, berdasarkan Kartu Tanda Penduduk (KTP) yang dimiliki. Namun menikah dan menetap di luar daerah. Kemudian terjadi kasus kematian maternal, maka tercatat sebagai kasus di wilayah ini," katanya.
Kondisi itu telah diatur melalui sistem pelaporan kematian maternal, dimana kasusnya tercatat bukan berdasarkan alamat domisili, melainkan alamat yang tercantum di KTP.
Namun ia memastikan, dua kasus di luar daerah itu, pihaknya hingga kini belum menerima data resmi terkait riwayat kehamilan dan kelahiran.
Sehingga sulit mengidentifikasi penyebab kematian. Sementara di daerah itu kata dia, tercatat 1.481 kelahiran yang dihitung sejak Januari hingga September 2022.
Dengan demikian, rasionalitas angka kematian ibu (AKI) tahun ini berada di kisaran angka 270 per 100.000 kelahiran.
Olehnya, untuk mengatasi permasalahan kematian yang terjadi di daerah ini, katanya pula, pihaknya melakukan advokasi untuk membangun nota kesepahaman (MoU) dengan pihak Palang Merah Indonesia (PMI) terkait penyediaan stok darah.
Mengingat kasus kematian maternal banyak disebabkan perdarahan. Termasuk telah menggelar audit maternal pariental surveilans respon (AMPSR) yang menghadirkan dokter ahli kandungan dan dokter ahli anak.
Untuk mengkaji kasus kematian ibu melahirkan serta kematian bayi dan balita.
Hasilnya diketahui, selang bulan Januari hingga September 2022, ada 4 kematian Ibu melahirkan pasca bersalin (maternal).
Penyebab utamanya ialah kekurangan volume cairan akibat perdarahan. Sedangkan pada kasus bayi baru lahir (neonatal), terjadi 19 kasus kematian, serta 16 kematian bayi pada rentang usia 1 hingga 12 bulan.
Juga berat badan lahir rendah serta penyakit pneumonia yang masih mendominasi penyebab kematian.
"Pertemuan itu menghasilkan rekomendasi sebagai solusi permasalahan. Diantaranya, dengan mengoptimalkan sistem rujukan melalui aplikasi Sisrute, yaitu sebuah sistem informasi untuk memudahkan proses rujukan pasien," katanya.
Disertai melakukan kalibrasi alat kesehatan untuk meningkatkan kualitas sarana dan prasarana, baik di puskesmas maupun rumah sakit.***
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2022