Gorontalo, (ANTARA GORONTALO) - Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Aloe Saboe telah merawat 122 pasien Demam Berdarah Dengue (DBD) sejak awal Januari 2016.
Direktur RSUD Aloe Saboe, dr Andang Ilato, mengatakan, kasus demam berdarah yang ditangani di RSUD Aloe Saboe mengalami peningkatan.
Menurut data, hingga sekarang yang masih dirawat sebanyak 105 pasien dan yang sudah pulang sebanyak 17 pasien.
"Memang di setiap awal tahun dan akhir tahun selalu terjadi peningkatan kasus termasuk DBD dan diare, yang umumnya diderita oleh anak-anak, balita hingga 15 tahun, karena kita adalah rumah sakit provinsi, kita merawat semua pasien dari seluruh kabupaten dan kota, untuk pasien DBD paling banyak berasal dari kota Gorontalo," ungkapnya.
Dr Andang juga mengatakan, pihak RSUD Aloe Saboe selalu melakukan penanganan yang maksimal kepada penderita DBD sampai sembuh, dan selama bulan Januari 2016 telah empat orang meninggal akibat DBD, yaitu dua orang dari kota Gorontalo dan dua lainnya dari kabupaten Gorontalo.
"Pasien yang meninggal akibat DBD tersebut, saat masuk di RSUD Aloe Saboe sudah mendekati syok, karena diakibatkan oleh keterlambatan keluarga saat membawa ke rumah sakit," kata dr Andang.
Menurutnya, DBD dapat dapat mudah diobati, yaitu dengan asupan cairan, asupan cairan yang masuk kedalam tubuh harus cukup dibandingkan cairan yang keluar dari pembuluh darah, selain menjaga kebersihan lingkungan agar jentik nyamuk tidak berkembang biak ditempat-tempat yang tergenang air.
Untuk kasus DBD di provinsi Gorontalo sepanjang tahun 2015, tercatat telah terjadi 278 kasus dan 13 kematian, dan pada awal 2016 saja, sudah tercatat seratus 122 kasus DBD dan lima kematian.
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2016
Direktur RSUD Aloe Saboe, dr Andang Ilato, mengatakan, kasus demam berdarah yang ditangani di RSUD Aloe Saboe mengalami peningkatan.
Menurut data, hingga sekarang yang masih dirawat sebanyak 105 pasien dan yang sudah pulang sebanyak 17 pasien.
"Memang di setiap awal tahun dan akhir tahun selalu terjadi peningkatan kasus termasuk DBD dan diare, yang umumnya diderita oleh anak-anak, balita hingga 15 tahun, karena kita adalah rumah sakit provinsi, kita merawat semua pasien dari seluruh kabupaten dan kota, untuk pasien DBD paling banyak berasal dari kota Gorontalo," ungkapnya.
Dr Andang juga mengatakan, pihak RSUD Aloe Saboe selalu melakukan penanganan yang maksimal kepada penderita DBD sampai sembuh, dan selama bulan Januari 2016 telah empat orang meninggal akibat DBD, yaitu dua orang dari kota Gorontalo dan dua lainnya dari kabupaten Gorontalo.
"Pasien yang meninggal akibat DBD tersebut, saat masuk di RSUD Aloe Saboe sudah mendekati syok, karena diakibatkan oleh keterlambatan keluarga saat membawa ke rumah sakit," kata dr Andang.
Menurutnya, DBD dapat dapat mudah diobati, yaitu dengan asupan cairan, asupan cairan yang masuk kedalam tubuh harus cukup dibandingkan cairan yang keluar dari pembuluh darah, selain menjaga kebersihan lingkungan agar jentik nyamuk tidak berkembang biak ditempat-tempat yang tergenang air.
Untuk kasus DBD di provinsi Gorontalo sepanjang tahun 2015, tercatat telah terjadi 278 kasus dan 13 kematian, dan pada awal 2016 saja, sudah tercatat seratus 122 kasus DBD dan lima kematian.
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2016