Jakarta, (ANTARAGORONTALO) - Di mata generasi 90-an, BJ Habibie dikenal sebagai sosok jenius pembuat pesawat, namanya bahkan muncul dalam lagu "Kapal Terbang" yang dibawakan penyanyi cilik terkemuka saat itu, Joshua Suherman.

"Cita-citaku/ Ingin jadi profesor/ Bikin pesawat terbang/ Seperti pak Habibie," lantun penyanyi cilik asal Surabaya itu.

Lantas, seperti apa perjalanan Habibie hingga menjadi sosok inspiratif yang dikenal orang-orang masa kini?
   
Kehidupan Habibie muda yang menggebu-gebu dan punya mimpi membesarkan industri dirgantara Indonesia dirangkum dalam film "Rudy Habibie" (Habibie & Ainun 2).

Film yang disutradarai Hanung Bramantyo dan skenarionya digarap Gina S.Noer ini membuat penonton memahami bagaimana masa kecil Habibie.

Rudy, panggilan kecil Habibie, menghabiskan masa kanak-kanak di Pare Pare. Ketika pesawat tempur Perang Dunia II meluluhlantakkan desa, ia sempat merasa anti dan takut pada pesawat terbang.

Berkat sang ayah, Rudy paham bahwa tak semua kapal terbang "sejahat" seperti pesawat tempur. Ia bertekad kelak dapat menciptakan pesawat yang bisa mengantar keluarganya mengunjungi sanak saudara yang rumahnya berjauhan. Maklum, Rudy adalah anak dari keluarga Jawa-Sulawesi.

Setelah sang ayah wafat, Ibu dan saudara-saudara Habibie pindah ke Bandung agar Rudy bisa melanjutkan pendidikan di Universitas Indonesia Bandung. Melihat potensi Rudy, ibunya memutuskan untuk mengirimnya bersekolah ke RWTH (Universitas Teknologi Rhein Westfalen Aachen) Jerman.

Kemampuannya berbahasa Jerman secara fasih selalu dipertanyakan orang-orang sampai Rudy bosan mendengarnya. Ia punya jawaban nyeleneh untuk mereka yang penasaran.

"Ayah saya kanibal, dia makan orang Jerman, sejak itu kami pandai berbahasa Jerman," ucap Rudy acap kali ditanya hal yang sama.

Para mahasiswa di Jerman saat itu diberi amanat untuk membuat Persatuan Pelajar Indonesia. Rudy yang didapuk menjadi ketua punya ambisi dan mimpi besar menciptakan industri dirgantara.

Mimpi itu dicemooh oleh teman-temannya. Hanya segelintir orang yang percaya pada Rudy, termasuk gadis Jerman bernama Ilona yang mewarnai kisah cinta di masa muda Habibie.


"Menyentil generasi muda"
   
Sutradara Hanung ingin menyentil semangat generasi muda lewat "Rudy Habibie". Menurutnya, usaha dan rintangan yang dilakukan Rudy demi mewujudkan mimpi adalah cermin dari anak-anak muda Indonesia saat ini.

"Musuh kita saat mewujudkan mimpi adalah orang-orang di sekeliling. Tidak cuma dalam politik, dirgantara, tapi juga film," tutur Hanung yang berharap film ini bisa memberi dampak positif yang kuat untuk penonton.

Gina, yang juga membuat skenario "Habibie & Ainun", memulai riset sejak film pertama dengan cara mengobrol langsung dengan Habibie. Dari percakapan mereka selama ini, Habibie punya banyak cerita menarik.

"Ibarat menggali tanah untuk menanam kangkung ternyata dapat minyak," ungkap Gina.

Dua tahun silam ia mendapatkan ide untuk membuat cerita masa muda Habibie sebelum menjadi salah satu tokoh terkemuka di Indonesia yang dibukukan dalam judul yang sama dengan filmnya. Ia juga menggarap skenario dari penuturan Habibie pada waktu yang sama.

"Paling susah utak-atik 'angle' yang benar-benar menarik untuk film," tutur Gina, menambahkan sekuel ini memancarkan kesan berbeda dibandingkan film pertama yang fokus pada kisah cinta Habibie-Ainun.

Tidak semua adegan dan tokoh dalam "Rudy Habibie" yang berdasarkan kisah nyata. Ada adegan yang diubah demi menjaga plot cerita, seperti adegan wafatnya sang ayah, ada tokoh rekaan, ada juga karakter yang dibuat berdasarkan gabungan kepribadian orang-orang sekitar Habibie saat itu.

Reza Rahadian kembali berperan sebagai Habibie setelah empat tahun berlalu. Di film pertama, ia harus belajar menampilkan gerak-gerik, logat bicara Habibie yang khas, hingga Bahasa Jerman mulai dari nol.

"Sekarang hanya memanggil ingatan saat itu," kata Reza.

Kemampuan bahasa Jerman semakin terasah karena ia diberi banyak dialog berbahasa Jerman.

Reza merasa bangga dan bersyukur masih bisa berjumpa dan mengobrol langsung pria yang dipanggilnya "Eyang" itu. Menurut Reza, Habibie kerap mampir ke lokasi syuting untuk mengamati proses pembuatan film.

"Buat saya itu momen langka. Tidak semua aktor bisa berinteraksi dengan tokoh asli yang diperankan," tutur Reza yang kerap berbincang dengan Habibie untuk mendalami karakter.

Seiring berjalannya waktu, tampaknya Habibie makin puas dengan penggambaran kehidupannya di layar lebar. Menurut Reza, pada film pertama Habibie masih melontarkan beberapa kritik.

"Sekarang saya terharu lihat eyang menangis karena kisahnya dipotret dengan sempurna. Sampai eyang bilang 'exactly the same'," ungkap Reza.

Dalam sekuel, Reza beradegan mesra dengan Chelsea Islan yang memerankan Ilona, gadis Jerman yang punya keterikatan dengan  Indonesia karena pernah dirawat oleh perawat asal Ambon.

Kisah cinta gadis yang selalu mendukung Rudy dan cita-citanya itu kandas karena masalah prinsip. Chelsea mengorek kisah Ilona langsung dari mulut Habibie.

"Ilona itu salah satu cinta pertamanya Eyang," imbuh Chelsea yang belajar Nahasa Jerman untuk peran ini.

Komika Ernest Prakasa yang berperan sebagai Lim Keng Kie, sahabat Rudy, menganggap "Rudy Habibie" adalah kesempatan langka untuk bermain dalam film drama.

Pria yang biasa berperan di film komedi ini diberi kebebasan untuk menginterpretasikan karakter mendiang Lim Keng Kie akibat kurangnya referensi. Ia hanya mendapatkan latar belakang Keng Kie sebagai seorang ilmuwan, namun tak ada dokumentasi video untuk mempelajari gestur dan gaya bicara mendiang.

"Jadi coba ngebayangin dari latar belakang dia, gayanya akan seperti apa. Interpretatif, enggak berusaha meniru," ucap Ernest.

Di mata Ernest, Liem Keng Kie bagaikan malaikat penjaga Rudy yang melindungi sahabatnya dari konflik-konflik di sekitar. Ia adalah teman yang paling paham dan percaya pada visi besar Rudy untuk membangun bangsa.

Produser MD Manoj Punjabi mengemukakan rencananya mengeksplorasi kisah hidup Habibie dan orang-orang sekitarnya yang inspiratif dalam film-film berikutnya di bawah brand "Habibie & Ainun".

"Dalam lima tahun harus komplet 10 film (dalam brand Habibie & Ainun)," katanya optimistis.

Sekuel "Rudy Habibie" dibintangi oleh Indah Permata Sari, Ernest Prakasa, Boris Bokir, Pandji Pragiwaksono, Millane Fernandez, Dian Nitami dan Donny Damara.

Pewarta:

Editor : Hence Paat


COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2016