Jakarta (ANTARA GORONTALO) - Direktur Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah Kementerian Agama Muhammad Thambrin mengatakan pada Jumat pekan ini (15/7) Matahari akan berada di atas kiblat sehingga dapat menjadi kesempatan Muslim di Indonesia untuk memperbaiki arah kiblat shalatnya.
Berdasarkan perhitungan astronomi, pada Jumat (15/7) Matahari melintas tepat di atas Kabah pukul 16.27 WIB, demikian sebagaimana siaran pers yang diterima di Jakarta, Rabu.
"Sehingga bayang-bayang suatu benda yang berdiri tegak lurus di mana saja pada jam itu akan mengarah ke Kabah," kata Thambrin.
Menurut dia, terdapat beberapa teknik yang dapat digunakan untuk meluruskan arah kiblat, di antaranya menggunakan kompas, alat ukur theodolit serta fenomena posisi matahari melintas tepat di atas Kabah yang dikenal dengan istilah Istiwa Azam atau Rashdul Kiblat.
Sehubungan dengan itu, Thambrin mengatakan Muslim dan pengurus takmir masjid/mushalla yang akan memverifikasi kesesuaian arah kiblat, dapat melakukan langkah-langkah pengoreksian kiblat.
Beberapa cara dapat dilakukan untuk mengoreksi arah kiblatnya. Pertama, pastikan benda yang menjadi patokan harus benar-benar berdiri tegak lurus atau menggunakan bandul.
Selanjutnya, permukaan dasar harus betul-betul datar serta rata dan jam pengukuran harus disesuaikan dengan BMKG, RRI atau Telkom.
"Jika ketiga tahapan itu sudah dilakukan, maka bayangan benda yang digunakan untuk memverifikasi itu akan mengarah ke Kabah," kata dia.
Fenomena alam itu, kata dia, juga sempat terjadi pada Jumat (27/5). Saat itu, Matahari melintas tepat di atas Kabah pada pukul 16.18 WIB.
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2016
Berdasarkan perhitungan astronomi, pada Jumat (15/7) Matahari melintas tepat di atas Kabah pukul 16.27 WIB, demikian sebagaimana siaran pers yang diterima di Jakarta, Rabu.
"Sehingga bayang-bayang suatu benda yang berdiri tegak lurus di mana saja pada jam itu akan mengarah ke Kabah," kata Thambrin.
Menurut dia, terdapat beberapa teknik yang dapat digunakan untuk meluruskan arah kiblat, di antaranya menggunakan kompas, alat ukur theodolit serta fenomena posisi matahari melintas tepat di atas Kabah yang dikenal dengan istilah Istiwa Azam atau Rashdul Kiblat.
Sehubungan dengan itu, Thambrin mengatakan Muslim dan pengurus takmir masjid/mushalla yang akan memverifikasi kesesuaian arah kiblat, dapat melakukan langkah-langkah pengoreksian kiblat.
Beberapa cara dapat dilakukan untuk mengoreksi arah kiblatnya. Pertama, pastikan benda yang menjadi patokan harus benar-benar berdiri tegak lurus atau menggunakan bandul.
Selanjutnya, permukaan dasar harus betul-betul datar serta rata dan jam pengukuran harus disesuaikan dengan BMKG, RRI atau Telkom.
"Jika ketiga tahapan itu sudah dilakukan, maka bayangan benda yang digunakan untuk memverifikasi itu akan mengarah ke Kabah," kata dia.
Fenomena alam itu, kata dia, juga sempat terjadi pada Jumat (27/5). Saat itu, Matahari melintas tepat di atas Kabah pada pukul 16.18 WIB.
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2016