Gorontalo, (ANTARA GORONTALO) - Harga ikan segar di Kabupaten Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo, naik tajam hingga mencapai 200 persen.
"Kenaikan harga ikan segar dipicu kondisi laut yang bergelombang tinggi dan berangin kencang," ujar Hut Halada, nelayan tangkap di Kecamatan Gentuma Raya, di Gorontalo, Selasa.
Saat ini kata dia, harga ikan cakalang segar berada di kisaran Rp1,2 juta per 60 kilogram atau per kotak steoroform, atau naik dari kisaran harga Rp300 ribu-Rp400 ribu. Sementara ikan teri segar berada di kisaran Rp800 ribu per kotak atau naik dari kisaran harga Rp150 ribu-Rp200 ribu per kotak.
Kenaikan harga ikan ini cukup menguntungkan nelayan, namun kata Hut pihaknya pun seringkali tidak berani turun melaut jika kondisi sedang tidak memungkinkan.
Khusus di pelabuhan pendaratan ikan (PPI) Gentuma kata Hut, dalam sepekan ini masih banyak pemilik kapal memilih sandar karena cuaca tidak memungkinkan untuk melaut.
Kepala Bidang Kelautan dan Perikanan Tangkap Dinas Kelautan dan Perikanan setempat, Amanda Sunge mengatakan, harga ikan di daerah ini semakin baik didukung dengan berbagai fasilitas yang disiapkan pemerintah daerah.
Ditambah lagi kata ia, investasi "cold storage" yang telah beroperasi di wilayah Gentuma, sangat mendukung stabilitas harga ikan segar dan sangat mendukung aktivitas nelayan.
Namun potensi yang sangat besar di bidang perikanan tangkap tidak dipungkiri, acapkali membuat produksi ikan segar melimpah dan harga menjadi anjlok.
Karena itu, program investasi ikan segar tersebut diharapkan berjalan dengan baik didukung upaya pemerintah daerah menyiapkan fasilitas pengeringan ikan maupun alat-alat penjemuran ikan yang disalurkan untuk nelayan, diantaranya di Kecamatan Kwandang, Sumalata Timur dan Gentuma.
Seperti ikan teri basah kata Amanda, jika produksi melimpah seringkali nelayan tidak mampu menampung ataupun melakukan pengeringan.
"Sering dibuang kembali ke laut dengan percuma," ujar Amanda.
Dia menambahkan, sarana "cold storage" dan penjemuran ikan diharapkan meningkatkan produksi perikanan tangkap di daerah ini yang potensinya mencapai 65 ribu ton per tahun.
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2017
"Kenaikan harga ikan segar dipicu kondisi laut yang bergelombang tinggi dan berangin kencang," ujar Hut Halada, nelayan tangkap di Kecamatan Gentuma Raya, di Gorontalo, Selasa.
Saat ini kata dia, harga ikan cakalang segar berada di kisaran Rp1,2 juta per 60 kilogram atau per kotak steoroform, atau naik dari kisaran harga Rp300 ribu-Rp400 ribu. Sementara ikan teri segar berada di kisaran Rp800 ribu per kotak atau naik dari kisaran harga Rp150 ribu-Rp200 ribu per kotak.
Kenaikan harga ikan ini cukup menguntungkan nelayan, namun kata Hut pihaknya pun seringkali tidak berani turun melaut jika kondisi sedang tidak memungkinkan.
Khusus di pelabuhan pendaratan ikan (PPI) Gentuma kata Hut, dalam sepekan ini masih banyak pemilik kapal memilih sandar karena cuaca tidak memungkinkan untuk melaut.
Kepala Bidang Kelautan dan Perikanan Tangkap Dinas Kelautan dan Perikanan setempat, Amanda Sunge mengatakan, harga ikan di daerah ini semakin baik didukung dengan berbagai fasilitas yang disiapkan pemerintah daerah.
Ditambah lagi kata ia, investasi "cold storage" yang telah beroperasi di wilayah Gentuma, sangat mendukung stabilitas harga ikan segar dan sangat mendukung aktivitas nelayan.
Namun potensi yang sangat besar di bidang perikanan tangkap tidak dipungkiri, acapkali membuat produksi ikan segar melimpah dan harga menjadi anjlok.
Karena itu, program investasi ikan segar tersebut diharapkan berjalan dengan baik didukung upaya pemerintah daerah menyiapkan fasilitas pengeringan ikan maupun alat-alat penjemuran ikan yang disalurkan untuk nelayan, diantaranya di Kecamatan Kwandang, Sumalata Timur dan Gentuma.
Seperti ikan teri basah kata Amanda, jika produksi melimpah seringkali nelayan tidak mampu menampung ataupun melakukan pengeringan.
"Sering dibuang kembali ke laut dengan percuma," ujar Amanda.
Dia menambahkan, sarana "cold storage" dan penjemuran ikan diharapkan meningkatkan produksi perikanan tangkap di daerah ini yang potensinya mencapai 65 ribu ton per tahun.
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2017