Jakarta (ANTARA GORONTALO) - Sejarah pelayaran agung nusantara dipamerkan
dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Asosiasi Negara Lingkar Samudera
Hindia (Indian Ocean Rim Association/IORA) yang berlangsung di Jakarta
Convention Center pada 5-7 Maret 2017.
Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya di Jakarta, Minggu, mengatakan penyelenggaraan IORA Summit 2017 disemarakkan dengan rangkaian kegiatan pendukungan antara lain pameran yang mengangkat tema "The Great Voyage Indian Ocean".
"Pameran berupa reproduksi foto peta klasik, artefak, karya seni, dan foto-foto obyek wisata nusanatara di RIM India Ocean," kata Arief.
Menpar yang bertugas sebagai Wakil Penanggung Jawab Bidang Media dan Hubungan Masyarakat dalam Kepanitiaan Nasional Penyelenggara KTT IORA 2017 itu mengatakan pameran sejarah pelayaran agung nusantara itu menempati booth seluas 18 m2 yang didesain dalam bentuk bangunan kapal yang diharapkan mampu menarik perhatian tamu undangan.
Menpar Arief Yahya juga berharap pameran itu bisa menjadi media yang memberikan informasi dan pemahaman kepada para tamu tentang perjalanan sejarah nusantara yang sejak ratusan tahun lalu telah melakukan pelayaran agung melintasi Samudera India menuju dan berangkat dari nusantara yang kemudian membuka dunia baru.
"Pelayaran agung tersebut antara lain digambarkan dalam replika Samuderaksa Borobudur sebagai pelayaran yang dilakukan pelaut dari Jawa ke Madagaskar dan Afrika pada Abad 4-9 Masehi," katanya.
Selain itu, ada perjalanan keagamanan (Hindu, Budha, Islam) yang membentuk peradaban dunia ("trail of civilization").
Ada pula perjalanan jalur sutra yang dilakukan oleh Ibnu Batutah, Marcopolo, dan Cheng Ho yang membuka peradaban baru dalam perdagangan internasional, serta jalur rempah dan eksplorasi dunia baru yang dilakukan bangsa Eropa (Portugis, Spanyol, Inggris, dan Belanda).
Sementara itu untuk menggambarkan perjalanan sejarah kekinian dipamerkan "great tour" menuju Indian Ocean di Nusantara berupa obyek-obyek wisata menarik seperti di Barus-Danau Toba, Tanjung Lesung-Banten, Barobudur, Mandalika, Komodo-Labuan Bajo, dan sejumlah destinasi wisata lainnya.
Sejarah IORA dimulai pada Maret 1995, saat Perdana Menteri Afrika Selatan Nelson Mandela mengadakan kunjungan ke India untuk memprakarsai terbentuknya Indian Ocean Rim Initiative.
Dua tahun kemudian, diselenggarakan KTT pertama kali di Mauritius pada 5-7 Maret 1997 bersamaan terbentuknya Indian Ocean Rim Association for Regional Cooperation (IOR-ARC).
Pada 2012, nama IOR-ARC berubah menjadi Indian Ocean Rim Association (IORA).
Organisasi yang berpusat di Mauritania ini kini mempunyai 21 negara anggota yaitu Afrika Selatan, Australia, Bangladesh, Komoro, India, Indonesia, Iran, Kenya, Madagaskar, Malaysia, Mauritius, Mozambik, Oman, Uni Emirat Arab, Seychelles, Singapura, Somalia, Sri Lanka, Tanzania, Thailand, dan Yaman serta 7 negara mitra wicara (dialogue partner) yaitu; China, Perancis, Jepang, Amerika Serikat, Mesir, Jerman, dan Inggris.
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2017
Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya di Jakarta, Minggu, mengatakan penyelenggaraan IORA Summit 2017 disemarakkan dengan rangkaian kegiatan pendukungan antara lain pameran yang mengangkat tema "The Great Voyage Indian Ocean".
"Pameran berupa reproduksi foto peta klasik, artefak, karya seni, dan foto-foto obyek wisata nusanatara di RIM India Ocean," kata Arief.
Menpar yang bertugas sebagai Wakil Penanggung Jawab Bidang Media dan Hubungan Masyarakat dalam Kepanitiaan Nasional Penyelenggara KTT IORA 2017 itu mengatakan pameran sejarah pelayaran agung nusantara itu menempati booth seluas 18 m2 yang didesain dalam bentuk bangunan kapal yang diharapkan mampu menarik perhatian tamu undangan.
Menpar Arief Yahya juga berharap pameran itu bisa menjadi media yang memberikan informasi dan pemahaman kepada para tamu tentang perjalanan sejarah nusantara yang sejak ratusan tahun lalu telah melakukan pelayaran agung melintasi Samudera India menuju dan berangkat dari nusantara yang kemudian membuka dunia baru.
"Pelayaran agung tersebut antara lain digambarkan dalam replika Samuderaksa Borobudur sebagai pelayaran yang dilakukan pelaut dari Jawa ke Madagaskar dan Afrika pada Abad 4-9 Masehi," katanya.
Selain itu, ada perjalanan keagamanan (Hindu, Budha, Islam) yang membentuk peradaban dunia ("trail of civilization").
Ada pula perjalanan jalur sutra yang dilakukan oleh Ibnu Batutah, Marcopolo, dan Cheng Ho yang membuka peradaban baru dalam perdagangan internasional, serta jalur rempah dan eksplorasi dunia baru yang dilakukan bangsa Eropa (Portugis, Spanyol, Inggris, dan Belanda).
Sementara itu untuk menggambarkan perjalanan sejarah kekinian dipamerkan "great tour" menuju Indian Ocean di Nusantara berupa obyek-obyek wisata menarik seperti di Barus-Danau Toba, Tanjung Lesung-Banten, Barobudur, Mandalika, Komodo-Labuan Bajo, dan sejumlah destinasi wisata lainnya.
Sejarah IORA dimulai pada Maret 1995, saat Perdana Menteri Afrika Selatan Nelson Mandela mengadakan kunjungan ke India untuk memprakarsai terbentuknya Indian Ocean Rim Initiative.
Dua tahun kemudian, diselenggarakan KTT pertama kali di Mauritius pada 5-7 Maret 1997 bersamaan terbentuknya Indian Ocean Rim Association for Regional Cooperation (IOR-ARC).
Pada 2012, nama IOR-ARC berubah menjadi Indian Ocean Rim Association (IORA).
Organisasi yang berpusat di Mauritania ini kini mempunyai 21 negara anggota yaitu Afrika Selatan, Australia, Bangladesh, Komoro, India, Indonesia, Iran, Kenya, Madagaskar, Malaysia, Mauritius, Mozambik, Oman, Uni Emirat Arab, Seychelles, Singapura, Somalia, Sri Lanka, Tanzania, Thailand, dan Yaman serta 7 negara mitra wicara (dialogue partner) yaitu; China, Perancis, Jepang, Amerika Serikat, Mesir, Jerman, dan Inggris.
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2017