Gorontalo, (ANTARA GORONTALO) - Keberadaan lima ekor buaya muara yang muncul di sepanjang pantai Dambalo, dari pesisir Desa Dambalo hingga Desa Bulango Raya, Kecamatan Tomilito, Kabupaten Gorontalo Utara, sangat potensial dijadikan objek pariwisata.
Rasman Olii, warga setempat mengatakan, jika penangkapan buaya muara tersebut diharapkan tidak melukai satwa dilindungi itu.
"Sebaiknya buaya-buaya itu tidak ditangkap, namun pemerintah daerah mengajak masyarakat untuk melindunginya. Jika memang berbahaya sebab sudah memakan korban, sebaiknya ada tindakan cepat pemerintah daerah untuk berkoordinasi dengan instansi teknis terkait," ujar Rasman, Sabtu.
Menurut dia, keberadaan buaya muara sangat potensial menjadi daya tarik pariwisata. Keberadaan buaya agar tidak disakiti, sebab potensial menjadi ciri khas wisata alam di daerah ini.
Konservasi dan upaya memperlakukan buaya dengan tepat serta tindakan cepat agar tidak meresahkan warga, apalagi memakan korban khususnya nelayan di wilayah pesisir tersebut perlu dilakukan pemerintah.
Paling tepat pemerintah daerah melalui Dinas Kelautan dan Perikanan serta Dinas Pariwisata, berkoordinasi dengan Balai Konservasi Satwa untuk penanganan buaya-buaya tersebut.
Friska, warga Tomilito mengatakan, keberadaan buaya-buaya di muara atau di jembatan Sangobungo yang ada diperbatasan Desa Bulango Raya dan Desa Dambalo, diprediksi sudah ada sejak lama.
"Dulu saya masih duduk di bangku SD, jika melintasi kawasan mangrove di sekitar jembatan Sangobungo, sering melihat buaya berukuran kecil berada di lokasi mangrove. Mungkin saja itu adalah buaya muara yang kini sudah berukuran besar lebih dari 1 meter," ujar Friska.
Maka yang perlu dilakukan pemerintah daerah yaitu menjadikan kawasan tersebut sebagai lokasi konservasi buaya yang bisa disuguhkan sebagai objek wisata alam, serta menata pemukiman warga di sekitarnya agar habitat buaya tidak terganggu.
Kepala Balai Konservasi Sumberdaya Alam (BKSA) Gorontalo, Syamsudin Hadju mengatakan, pihaknya sudah mendapatkan informasi terkait penangkapan buaya muara di pesisir pantai Dambalo oleh nelayan setempat.
"Kami sedang berupaya menghubungi warga yang berhasil menangkap buaya. Sangat diharapkan warga sukarela menyerahkan satwa dilindungi itu untuk dikembalikan ke habitat asal," ujar Syamsudin.
Pihaknya pun sedang berkoordinasi dengan Komunitas Pencinta Satwa, terkait pelepasan buaya muara. Sebab perlu pertimbangan matang sesuai kondisi untuk mengembalikannya ke habitat awal agar tidak terganggu keberadaannya juga tidak menjadi ancaman bagi warga.
"Kita akan memikirkan lokasi yang tepat untuk buaya muara yang sudah ditangkap warga, sebelum dikembalikan ke habitat awal mengingat hingga kini pihak BKSA Gorontalo belum pernah melakukan pelepasan buaya ke habitat awal," ujarnya.
Jika memang harus dikembalikan ke habitatnya di kawasan yang ramai aktivitas penduduk seperti nelayan tangkap, maka perlu dipikirkan langkah yang tepat agar buaya tidak terganggu dan masyarakat pun bebas dari ancaman gigitan buaya.
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2017
Rasman Olii, warga setempat mengatakan, jika penangkapan buaya muara tersebut diharapkan tidak melukai satwa dilindungi itu.
"Sebaiknya buaya-buaya itu tidak ditangkap, namun pemerintah daerah mengajak masyarakat untuk melindunginya. Jika memang berbahaya sebab sudah memakan korban, sebaiknya ada tindakan cepat pemerintah daerah untuk berkoordinasi dengan instansi teknis terkait," ujar Rasman, Sabtu.
Menurut dia, keberadaan buaya muara sangat potensial menjadi daya tarik pariwisata. Keberadaan buaya agar tidak disakiti, sebab potensial menjadi ciri khas wisata alam di daerah ini.
Konservasi dan upaya memperlakukan buaya dengan tepat serta tindakan cepat agar tidak meresahkan warga, apalagi memakan korban khususnya nelayan di wilayah pesisir tersebut perlu dilakukan pemerintah.
Paling tepat pemerintah daerah melalui Dinas Kelautan dan Perikanan serta Dinas Pariwisata, berkoordinasi dengan Balai Konservasi Satwa untuk penanganan buaya-buaya tersebut.
Friska, warga Tomilito mengatakan, keberadaan buaya-buaya di muara atau di jembatan Sangobungo yang ada diperbatasan Desa Bulango Raya dan Desa Dambalo, diprediksi sudah ada sejak lama.
"Dulu saya masih duduk di bangku SD, jika melintasi kawasan mangrove di sekitar jembatan Sangobungo, sering melihat buaya berukuran kecil berada di lokasi mangrove. Mungkin saja itu adalah buaya muara yang kini sudah berukuran besar lebih dari 1 meter," ujar Friska.
Maka yang perlu dilakukan pemerintah daerah yaitu menjadikan kawasan tersebut sebagai lokasi konservasi buaya yang bisa disuguhkan sebagai objek wisata alam, serta menata pemukiman warga di sekitarnya agar habitat buaya tidak terganggu.
Kepala Balai Konservasi Sumberdaya Alam (BKSA) Gorontalo, Syamsudin Hadju mengatakan, pihaknya sudah mendapatkan informasi terkait penangkapan buaya muara di pesisir pantai Dambalo oleh nelayan setempat.
"Kami sedang berupaya menghubungi warga yang berhasil menangkap buaya. Sangat diharapkan warga sukarela menyerahkan satwa dilindungi itu untuk dikembalikan ke habitat asal," ujar Syamsudin.
Pihaknya pun sedang berkoordinasi dengan Komunitas Pencinta Satwa, terkait pelepasan buaya muara. Sebab perlu pertimbangan matang sesuai kondisi untuk mengembalikannya ke habitat awal agar tidak terganggu keberadaannya juga tidak menjadi ancaman bagi warga.
"Kita akan memikirkan lokasi yang tepat untuk buaya muara yang sudah ditangkap warga, sebelum dikembalikan ke habitat awal mengingat hingga kini pihak BKSA Gorontalo belum pernah melakukan pelepasan buaya ke habitat awal," ujarnya.
Jika memang harus dikembalikan ke habitatnya di kawasan yang ramai aktivitas penduduk seperti nelayan tangkap, maka perlu dipikirkan langkah yang tepat agar buaya tidak terganggu dan masyarakat pun bebas dari ancaman gigitan buaya.
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2017