Tokyo/Seoul, (Antara/Reuters) - Korea Utara (Korut) menembakkan peluru kendali balistik melewati Pulau Hokkaido di utara Jepang ke lautan pada Selasa (29/8), dan memicu peringatan berlindung sambil memantik reaksi tajam dari Perdana Menteri Shinzo Abe serta pemimpin lainnya.

Uji coba rudal paling provokatif oleh negara tertutup itu tampaknya adalah rudal Hwasong-12 jarak menengah baru yang dikembangkan, menurut para ahli.

Uji coba tersebut terjadi saat pasukan Amerika Serikat dan Korea Selatan melakukan latihan militer tahunan di Semenanjung Korea yang menarik perhatian.

Pada awal bulan ini, Korut mengancam akan menembakkan empat rudal Hwasong-12 ke laut dekat wilayah Guam setelah Presiden AS Donald Trump memperingatkan Pyongyang akan menghadapi "keamrahan besar" jika rudal tersebut mengancam AS.

Korut telah melakukan puluhan uji coba rudal balistik di bawah pemimpin Kim Jong-un, yang paling baru terjadi pada Sabtu, namun menembakkan rudal melewati daratan Jepang merupakan hal yang jarang terjadi.

"Tindakan sembrono Korut adalah ancaman yang belum pernah terjadi sebelumnya, ini merupakan hal serius dan ancaman besar bagi negara kita," ujar PM Jepang Shinzo Abe kepada wartawan.

Abe mengatakan dirinya telah berbicara dengan Trump pada Selasa dan mereka sepakat untuk meningkatkan tekanan pada Korut. Trump juga mengatakan AS "100 persen dengan Jepang".

Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa akan mengadakan pertemuan pada Selasa untuk membahas uji coba tersebut, menurut beberapa diplomat.

Awal bulan ini, 15 anggota Dewan Keamanan dengan suara bulat memberlakukan sanksi baru terhadap Korut untuk menanggapi dua peluncuran rudal jarak jauh pada Juli.

Militer Korsel mengatakan rudal tersebut diluncurkan dari dekat ibukota Korut, Pyongyang, tepat sebelum pukul 6.00 waktu setempat, dan menerbangkannya sejauh 2.700 kilometer serta mencapai ketinggian sekitar 550 kilometer.

"Kami akan menanggapi dengan tegas berdasarkan aliansi kami yang teguh dengan AS jika Korut terus melakukan provokasi nuklir dan rudal," ujar Kementerian Luar Negeri Korsel dalam pernyataannya.

Empat jet tempur Korsel melakukan pemboman dalam sebuah penembakan militer pada Selasa setelah Presiden Moon Jae-in meminta militer untuk menunjukkan kemampuannya untuk melawan Korut.

Korsel dan AS telah membahas penyebaran "aset strategis" tambahan di Semenanjung Korea, menurut presiden Blue House dalam sebuah pernyataan, tanpa memberikan rincian lebih lanjut.

"AS harus tahu bahwa hal tersebut tidak dapat menggertak DPRK dengan sanksi ekonomi dan ancaman militer serta pemberantas maupun membuat DPRK tersentak dari jalan yang dipilihnya sendiri," ujar pejabat Korut Rodong Sinmun pada Selasa, yang menyebut menggunakan inisial nama resmi Korut, Republik Rakyat Demokratik Korea.

Pewarta:

Editor : Hence Paat


COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2017